Terhempas Badai (Dua: Kegemparan Bermula)

Dua : Kegemparan bermula

Dua puluh tahun memendam rindu, ya, hampir dua puluh dia yang diliputi keselamatan dan kesejahteraan telah pergi dari suka duka kehidupan dunia. Derita kehilangan masih mendera hati-hati kami. Utusan Tuhan semesta yang mengasihi kami telah menyelesaikan tugas dengan gilang gemilang, ia meninggalkan kami agar kami dapat membuktikan pada dunia keabadian kasih sayangnya.

Ia manusia terpuji, semesta menyebut namanya, Sang Terpuji. Kehidupan dizamannya bukanlah kehidupan kesenangan, hidup bersamanya adalah gelombang masalah yang kemudian dapat ia selesaikan sesuai kemampuan manusia. Keistimewaannya adalah ketika kebijaksanaannya sanggup menuntun manusia melaksanakan kehendak langit dengan sederhana dan mudah diikuti.

Aku menyaksikan keputusan-keputusan kontroversial yang tidak disenangi pernah terjadi di zamannya. Kadang keputusan itu tidak memuaskan penghuni Madinah yang tak beriman padanya, dan pernah pula keputusannya membuat berduka keluarga-keluarga Madinah yang beriman padanya. Tapi itu semua bukan keputusannya sendiri, bukan berdasarkan hawa nafsunya. Ia adalah pembawa pesan Tuhan yang Maha Adil Maha Bijaksana.

Di suatu ketika tatkala luka uhud belum mengering, Yahudi Bani Nadhir akan mendapat hukumannya. Bani Nadhir melakukan pengkhianatan tak termaafkan. Bani Nadhir adalah bagian utuh masyarakat Madinah. Kami dengan mereka berbeda keyakinan, tapi telah bersumpah setia untuk membela tanah air yang sama, saling membantu dalam menghadapi permasalahan bersama.

Adalah seorang pria muslim Madinah membunuh dua orang lelaki yang telah dalam perlindungan Rasulullah. Denda untuk kasus pembunuhan (diyat) harus dibayarkan oleh kami penduduk Madinah pada keluarga korban. Denda yang sangat besar dimana denda untuk satu orang terbunuh adalah sejumlah 100 ekor unta, dan kesalahan seorang Muslim bernama ‘Amr Bin Umayyah harus kami tanggung bersama.

Rasulullah datang tak bersenjata menemui para pemimpin Bani Nadhir untuk meminta bantuan. Hari itu hari sabtu, ketika mulut manis kaum Yahudi menyatakan kesediaan untuk membantu pembayaran diyat, tetapi ternyata mereka menyiapkan perangkap pembunuhan terhadap Rasulullah. Niat busuk yang segera tersingkap, ketika malaikat jibril mengabarkan kebusukan para pemimpin Bani Nadhir. Mereka hendak menghantam kepala Rasulullah dengan batu, yang mereka lemparkan dari lantai dua tepat diatas kepala Rasulullah saat duduk bersama mereka. Rasulullah menyingkir dari tempat duduknya dan meninggalkan mereka sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi.

Selamat dari rencana pembunuhan, Rasulullah mengutus Muhammad Bin Maslamah kepada mereka untuk membacakan sebuah ultimatum, bahwa komunitas Bani Nadhir harus keluar dari Madinah. Waktu yang diberikan untuk persiapan adalah 10 hari. Sesudah sepuluh hari, maka siapapun Bani Nadhir yang masih terlihat dirumahnya akan dihukum kehilangan nyawanya,

Ahh, Bani Nadhir, semestinya mereka tak semena-mena pada sesama penghuni Madinah, tidak melakukan pengkhianatan dengan melakukan rencana pembunuhan pada pemimpin kami. Tak ada lagi yang dapat diharapkan dari tetangga yang senang berkhianat, siapakah yang mau bertetangga dengan jenis manusia demikian? tatkala mereka ada disamping kita dan kita tak mendapatkan rasa aman atas kehormatan, harga diri, harta dan nyawa.

Abdullah bin Ubay hampir membuat perang pecah, ketika ia melakukan propaganda bahwa Bani Nadhir tak sendiri, ada ia dan pasukannya, lalu Bani Ghaththafan dan Bani Quraizhah yang siap mengangkat senjata demi keberadaan Bani Nadhir didalam kota Madinah. Sepuluh hari hampir berlalu tatkala Bani Nadhir tak menjumpai siapapun datang untuk mengokohkan keberadaan mereka di kota Madinah. Rasa takut mulai menyergap, apalagi Rasulullah dan pasukannya telah mengepung perkampungan Bani Nadhir.

Hiruk pikuk terjadi didalam perkampungan, pun dirumah-rumah kaum anshar. Banyak wanita-wanita anshar gelisah, anak-anak mereka berada dibalik benteng Bani Nadhir. Merupakan adat turun temurun anak-anak dari suku Aus dan Khazraj disusukan oleh wanita-wanita Yahudi, termasuk oleh wanita-wanita Bani Nadhir. Banyak pemuda Aus dan Khazraj memiliki kedekatan psikologis pada kabilah-kabilah yahudi, bahkan mengikuti agama mereka. Hingga ketika ultimatum mencapai masanya, bumi Madinah dihujani tangisan wanita Anshar yang anak-anak mereka memilih ikut keluarga susuan meninggalkan Madinah.

Hari itu diperkampungan Bani Nadhir asap mengepul dimana-mana, pohon-pohon kurma diluar benteng ditumbangkan dan dibakar. Seorang wanita berusaha menarik anaknya dari rombongan Bani Nadhir yang terusir. Anak itu meraung menolak tarikan ibunya. Keluarga perempuan itu mendatangi Rasulullah, ia mengadu “anak-anak kami, bagaimana anak-anak kami wahai Rasulullah? Mengapakah mereka ikut terusir bersama keluarga susuannya?”

Lalu datang keluarga lainnya dan lainnya, mencoba memaksa anak-anak mereka tinggal dikota Madinah. Keadaan yang semakin bertambah kacau ketika kobaran api yang semakin menyala-nyala dan suara pohon-pohon yang ditebang terhenti sejenak. Kaum yahudi Bani Nadhir melancarkan propaganda ditengah-tengah kegentingan.

Pohon-pohon kurma yang ditebang dan dibakar adalah suatu strategi pengepungan, ketika benteng-benteng mereka dikelilingi rimbunnya pohon-pohon kurma. Mereka mengirim juru bicara-juru bicara yang pandai bersilat lidah. Rasulullah mengeluarkan suatu perintah umum, agar pohon-pohon yang mesti ditebang, ditebang saja. Pelaksanaannya berbeda-beda, orang semisal Abdullah Bin Salam memperhatikan dua hal dalam penebangan pohon kurma yaitu letak dan jenis pohon, ia menebang pohon selain kurma ‘ajwah, ia berniat bahwa kurma ‘ajwah sebagai kurma terbaik harus dapat dinikmati kaum muslimin. Abu Laila memiliki timbangan yang sama, yaitu posisi pohon dan jenis pohon, namun ia justru menebang kurma ‘ajwah, tujuannya adalah agar hati orang-orang yahudi hancur melihat pohon-pohon yang mereka cintai rusak dan hangus terbakar. Jika demikian berat kecintaan orang-orang Yahudi pada kemegahan dunia, maka lebih besarlah kecintaan kami pada Rasulullah, mereka harus merasakan kepedihan yang bersemayam didalam hati kami jika rencana mereka membunuh Rasulullah berhasil.

Juru bicara propaganda bekerja ditengah kekacauan, mereka menebar issue bahwa kaum muslimin menyukai kerusakan, tidak mencintai lingkungan. Mereka berkata pembangunan dan perbaikan dikalangan ummat islam sekedar slogan semata. Propaganda yang berhasil ketika seketika pandangan dilayangkan ke seluruh area, tampak kerusakan dimana-mana. Hati kaum mukmininpun melemah, lalu kami menjadi berbantah-bantahan satu sama lain, satu pihak membenarkan perkataan orang Yahudi, dan pihak lainnya menyatakan ini adalah strategi menghancurkan musuh hingga kedasar kecintaan dan kebanggaannya.

Pemandangan yang semakin menyayat hati ketika disisi lain, jerit tangis wanita-wanita anshar meratapi pilihan anak-anak mereka, yang lebih memilih turut serta terusir dari kampung halaman.

Dalam kegelapan kepulan asap dan kesesakan dada, Rasulullah membawa keputusan Allah yang adil bagi kami. Penebangan pohon ataupun meninggalkannya tetap kokoh berdiri keduanya adalah diperbolehkan. Perintah Allah yang semakin membuat murka orang-orang yahudi dan membuat mereka memiliki amunisi yang semakin banyak untuk memperolok-olok kami.

Lalu keputusan bagi anak-anak anshar yang memilih terusir adalah tiada paksaan dalam beragama, ayat yang menorehkan duka dan menyedot seluruh pemahaman. Bagi kabilah-kabilah arab seorang anak sangat berharga, dan kini ratusan kesetiaan terlepas dari ikatan rahimnya. Keadilan kadang meninggalkan jejak kepedihan dalam jiwa, semoga upaya hati-hati manusia menyembuhkan kepedihan yang terjadi akibat tegaknya keadilan adalah sesungguhnya limpahan pahala dari Yang Maha Kuasa bagi jiwa-jiwa yang lemah dan penggugur dosa-dosanya.

Situasi yang demikian selalu berulang terjadi, dizaman ayahku, dizaman Amirul Mukminin Umar, dan kini dimasa dua cahaya. Lima tahun pertama kepemimpian Utsman Bin Affan seolah tanpa permasalahan kontroversi yang demikian, dan kini perjalanan waktu seakan telah mengantar kepada awal suatu kegemparan besar. Ya, aku telah berfirasat bahwa apa yang terjadi hari-hari ini adalah awal kegemparan.

Seorang wanita Juhainah melahirkan sesudah 6 bulan pernikahannya. Suaminya mengajukan tuntutan dan tuduhan atas kesucian istrinya. Khalifah Utsman telah memutuskan hukuman rajam bagi wanita itu. Berita akan keputusan yang kemudian menjadi gunjingan seantero kota, dan ketika permasalahan sampai ditelingan Ali dan Ibnu Abbas, suasana kontroversi semakin menjadi-jadi. Ali yang tidak mendengar langsung dari Sang Dua Cahaya pemimpin Kaum Mukminin segera bergegas menuju tempat eksekusi rajam, dan semua itu telah terlaksana. Ketika disisi lain Utsman pun mendengar pendapat Ibnu Abbas yang sama dengan pendapat Ali. Keduanya berkata bahwa waktu hamil dan menyusui itu adalah 30 bulan, dan al Qur’an menyebut bahwa kesempurnaan menyusui adalah 24 bulan, berarti sesingkat-singkatnya hamil adalah 6 bulan. Maka tidak bisa semena-mena dilayangkan tuduhan perzinahan bagi wanita yang mengalami kehamilan hanya 6 bulan setelah hari pernikahannya.

Situasi gaduh dalam perbincangan di masyarakat terjadi, apalagi saudari perempuan yang dirajam itu berkata bahwa saudarinya bersumpah, hanya suaminyalah satu-satunya lelaki yang pernah menyentuhnya, dan sang bayi yang telah berusia 2 tahun menampakkan tanda-tanda bahwa ia akan sangat mirip dengan ayahnya. Nyatalah di masyarakat bahwa keputusan Khalifah Utsman adalah keputusan kontroversi.

Aku meyakini ini adalah suatu pertanda akan tuduhan-tuduhan yang tidak benar pada khalifah Utsman, kritikan dan celaan atas keputusan-keputusan sang Dua Cahaya akan banyak didengar dan digunjingkan. Saat itu telah tiba, dan ini adalah awalnya, disinilah kegemparan bermula.

Kewajiban Seorang Muslim pada Negerinya (1)

Bismillahirrahmaanirrahin

Fase Mekkah,
Semakin ditadabburi, semakin melahirkan decak kagum, dan melahirkan kefahaman.

13 tahun dakwah Mekkah, berbalut kesabaran

Dakwah Islam hadir pertama kali, hadir pada masyarakat tanpa raja.
Masyarakat Mekkah tegak diatas kepemimpinan kolektif kabilah-kabilah Quraisy.
Dimana semakin kuat suatu kabilah, semakin didengar suara kabilah tersebut dalam menentukan sikap politik Mekkah.
Kekuatan kabilah ditentukan oleh :
1. Peranan Kabilah terkait ka’bah dan urusan Mekkah
2. Jumlah anggota kabilah
3. Harta kekayaan

Pada masyarakat Mekkah yang demikian, dakwah islam dimulai

Rasulullah memulai dakwahnya dengan seruan kalimat tauhid :
Tiada ilaah (sembahan) kecuali Allah.

Dan pernyataan keimanan atas kenabian, bahwa “Muhammad adlah nabi dan utusan Allah”

Suatu seruan yang dipahami masyarakat Mekkah sebagai seruan menyeluruh yang menyerang sendi-sendi “kekuasaan”
Dimana loyalitas kesetiaan pada kelompok kabilah akan bergeser kepada kesetiaan loyalitas pada agama.

Ketakutan kehilangan kekuasaan segera menyergap para penguasa Mekkah.

Ketakutan yang pada kenyataan tidak terbukti, sebab Rasulullah memfokuskan dakwah pada :

1. Pemurnian ritual penyembahan, bahwa menyembah Allah haruslah dengan cara yang Allah ridhai, sebagaimana cara yang Allah ajarkan.
Shalat telah diajarkan jibril sejak pertama kali wahyu turun

2. Mengubah mindset.
Masyarakat Mekkah adalah masyarakat “kelas dua”. Masyarakat yang tidak berani bermimpi besar, tidak memiliki daya saing melawan kebudayaan adidaya.
Mindset lemah ini dikikis habis Rasulullah,
Maka cita yang digelorakan adalah “kita akan menaklukan Romawi dan Persia”
Perhatikanlah gelora semangat ini “menaklukan Romawi dan Persia”
Seruan Rasulullah sama sekali bukan “mengislamkan Mekkah, atau merebut kekuasaan politik Mekkah”

3. Mengubah pandangan hidup.
Bahwa hidup bukan hanya di dunia, tetapi ada kehidupan sesudah mati. Manusia akan dibangkitkan dihari kemudian

Adapun bidang sosial politik, secara lebih mendetil terjabarkan pada sikap-sikap spesifik.

Dalam bidang sosial Rasulullah mengajarkan 4 sikap
1. Menjaga dan mendorong akhlaq mulia yang dimiliki masyarakat Mekkah

2. Mendukung pranata dan peristiwa sosial yang bertujuan menjaga keluhuran masyarakat, seperti pernikahan

3. Memerangi pranata dan peristiwa sosial yang bertentangan dengan ajaran islam, seperti : zina

4. Mendiamkan (sementara) pranata dan peristiwa sosial yang bertentangan dengan ajaran islam, seperti minum khamr, riba

Dalam bidang politik, atau kekuasaan,
Masa Mekkah mengajarkan bersikap elegan

Rasulullah adalah anggota masyarakat Mekkah, yang ta’at kepada konsensus masyarakat zamannya.

Dakwah Islam adalah dakwah anti “pemberontakan”
Kita mendapati bahwa saat dakwah merebak, para kepala kabilah tidak menerima, dan lalu melancarkan siksaan dan kekerasan,
Seruan Rasulullah kepada para sahabat adalah bersabar
Bukan seruan perlawanan, bukan seruan angkat senjata.

Kenapa?

Keta’atan Rasulullah pada norma-norma kekuasaan zamannya benar-benar ditunjukkan,

Bani Hasyim melindunginya, apapun agama mereka,
Muththalib yang saudara Hasyim, keturunan mereka, turut melindungi nabi Muhammad.
Kekuasaan zaman itu adalah kekuasaan kabilah, tidak ada yang berani melanggar batas-batas kekuasaan masing-masing.

Ketika kabilah-kabilah bersepakat memboikot Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Tidak boleh berdagang, tidak boleh menikahi, dan tidak boleh bersumpah setia pada Bani Hasyim.
Bani Hasyim tidak dapat mengelak dari kesepakatan itu.
Tunduk pada apa yang menjadi ketetapan, tidak memberontak, tidak membangkang.
3 tahun lamanya Bani Hasyim dan Bani Muththalib hidup penuh derita dan kesengsaraan.

Abu Bakar dan Umar adalah anggota masyarakat Mekkah pula, ta’at pada konsensus masyarakat. Maka mereka tak berjualan dengan Bani Hasyim.
Yang dilakukan keduanya adalah “bantuan sosial”, yang bantuan sosial ini pun kerap digagalkan oleh musuh dakwah, semisal Abu Jahal.

Pengakuan atas otoritas Mekkah kembali ditunjukkan nabi Muhammad sesudah peristiwa Thaif.

Sesudah wafat Khadijah dan Abu Thalib, Rasulullah semakin terhimpit.
Terlebih-lebih setelah Allah memberikan anugerah pada Rasulullah berupa peristiwa isra dan mi’raj.
Banyak ummat Islam murtad dan ragu atas keimanan mereka.
Kondisi yang benar-benar menyempitkan, menyudutkan Rasulullah, hingga Rasulullah keluar dari Mekkah.

Keluar dari daerah otoritas dan perlindungan di zaman itu, mesti jelas, apa maksud dan tujuannya, berniagakah? Melancongkah? Negosiasikah? Atau keluar dengan maksud dan tujuan politik?
Setiap keluar area memiliki konsekuensi masing-masing.

Keluarnya Rasulullah dari Mekkah saat itu, dan berlabuh di kota Thaif, adalah mencari suaka politik.
Tempat berteduh yang nyaman bagi menjalankan keyakinan dan dakwah Islam.

Tetapi Thaif menolak Rasulullah.

Kembali ke Mekkah setelah keluar dengan tujuan politik tertentu bukanlah hal yang mudah.
Keluar ke Thaif telah menghilangkan kuasa perlindungan Bani Hasyim,
Kabilah-kabilah lawan akan bebas menyakitinya.

Maka jaminan keamanan di cari Rasulullah,
Dan Rasulullah mendapat jaminan keamanan dari Muth’im Bin ‘ady tetangga Rasulullah yang berasal dari Bani Umayyah, yang kafir dan wafat dalam keadaan kafir.

Peristiwa Boikot dan kembalinya Rasulullah ke Mekkah dari Thaif, memperlihatkan bahwa Rasulullah mengakui norma kekuasaan yang berlaku.

Tak ada pemberontakan bersenjata,
Tak ada kekacauan,
Yang ada adalah kesabaran dan keteguhan dalam mempertahankan keyakinan, keteguhan menjalankan ritual, keteguhan menjunjung akhlaq mulia di tengah himpitan dan kesulitan.

Kisah pengakuan dan penghormatan atas kekuasaan ini, ditemukan dalam kisah Nabi Musa dan Fir’aun.
Bani Israil adalah budak tertindas pada masyarakat Mesir.
Saat nabi Musa diperintah Allah membawa keluar Bani Israil dari Mesir,
Yang pertama dilakukan nabi Musa adalah meminta izin pada Fir’aun, penguasa Bani Israil saat itu.

Atas kesabaran ini, jalan keluar apakah yang ditempuh?

Apakah menanti hingga manusia beriman seluruhnya? Atau minimal rakyat daerah otoritas tertentu meminta perubahan?

Perjalanan para nabi-nabi dan dakwah islam telah memperlihatkan,
Bahwa adanya mayoritas pendukung pemikiran dakwah, sebelum penaklukan adalah tidak mungkin,
Para nabi-nabi didustakan kaumnya, lalu apakah para da’I pewaris nabi akan menemukan hanya penerimaan dalam dakwahnya?

Tersebab suatu garis tabi’at perjuangan,
Harus ada penaklukan dan kemenangan, hingga manusia melihat, mendukung ide dan pemikiran,
Pun itu semua dengan menghadapi musuh-musuh ideologi dan pemikiran.
Karena manusia berbeda-beda, pemikiran, ide, kecenderungan,
juga ada ego dan persaingan.

Penaklukan adalah berarti juga adanya kekuasaan,

Hal-hal yang selalu memilki batasan,
Harus berkuasa tapi tak boleh memberontak.
Memperoleh kekuasaan di Mekkah bukanlah hal mudah,
Kalaupun dahulu di awal dakwah pernah para pembesar quraisy akan legowo menyerahkan kekuasaan kepada Rasulullah,
Tetapi itu adalah kekuasaan bersyarat,
Syarat yang Rasulullah tak kan pernah memenuhinya, yaitu syarat menanggalkan dakwah tauhid, dan menghentikan kata-kata melemahkan berhala-berhala sembahan..

Lalu apa jalan keluar yang Allah berikan atas kesabaran?

Perlahan tabir janji tersingkap,
Allah telah menjanjikan Yatsrib menjadi kota nabi, tetapi apa dan bagaimana adalah kegelapan,

Hingga di tahun 11 kenabian, secara terpisah 5-7 orang Yatsrib menyatakan keimanannya dan berjanji kembali di musim haji tahun berikutnya.
Di tahun 12 kenabian, ada 12 orang Yatsrib bersumpah setia pada ajaran agama islam dan berjanji kembali di musim haji tahun berikutnya
Di tahun 13 kenabian, ada 72 orang Yatsrib bersumpah setia membela dakwah Islam, setia pada Rasulullah hingga titik darah penghabisan. Berdamai dan berperang atas nama Rasulullah.
Janji tahun 13 ini dikenal dengan bai’ah aqabah kedua.
Sumpah setia yang menyatakan bahwa teritorial Medinal adalah dibawah kekuasaan Rasulullah.

Perang berbeda dengan pemberontakan,
Dalam berperang, masing-masing pihak berperang memiliki wilayahnya masing-masing, perang antara dua kekuatan setara.

Ba’iat aqabah kedua juga menunjukkan, keluarnya Rasulullah dari otoritas Bani Hasyim, dan kemudian memiliki kekuasaannya sendiri, dengan jaminan 72 orang Yatsrib.
Ke 72 orang Yatsrib bukanlah seluruhnya pemimpin kaum,
Tetapi Yatsrib persis seperti Mekkah, kekuasaan ada ditangan kabilah-kabilah, jika mayoritas kabilah telah memutuskan maka kabilah yang tidak menerima harus menghormati.
Kekuasaan mayoritas.

Maka dimalam ba’iat aqabah, saat Rasulullah melepaskan diri dari loyalitas Bani Hasyim, yang mengantarnya bukanlah sahabatnya yang beriman padanya,
tetapi pamannya al abbas yang saat itu belum masuk islam.
Al abbas memastikan bahwa keponakannya berada dalam keamanan dan perlindungan.

Kekuasaan atas Madinah di genggam Rasulullah sebelum mayoritas masyarakat Madinah memeluk islam,
Dalam asbabun nuzul banyak ayat Al Qur’an, kita temui bahwa masyarakat madinah adalah masyarakat majemuk, muslim, musyrik dan yahudi bercampur jadi satu.

Jaminan dari 72 orang suku aus dan khajraz, menjadi sendi awal kekuasaan Rasulullah atas negara Madinah.

Tidak ada pemberontakan,

Tentang kekuasaan,
Semua mengalir sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku

Norma-norma masyarakat yang berjalan sesuai dengan kehendak Allah,
Bahwa Allah memberikan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki dan mencabut dari siapa yang dikehendaki

Aku terlahir di Indonesia,
Terlahir saat negeri dibawah kekuasaan presiden suharto
Dengan suatu sistem bernama demokrasi
Aku seorang muslim,
Setia pada negeriku,
Memperjuangkan ideologi dan keyakinanku,
Menjadi seorang muslim di Indonesia,
Berpartisipasi dalam bahagia dan sedihnya, mencegah kemundurannya dan berjuang bagi kemajuannya.

Indonesia, negera yang didirikan atas dasar kesetaraan manusia berbagai agama,
Dan Allah telah mengizinkan berdirinya hingga lebih 60 tahun,
Memberi kuasa pada siapa yang dikehendakiNya dan mencabut dari siapa yang dikehendakiNya.

Sebagai muslim bertarung memperjuangkan ideologi dan keyakinan, agar diterima banyak kalangan,
Berjuang agar setiap syari’ah Allah dapat diterima menjadi perundang-undangan,
Diperjuangkan melalui parlemen,
Menghindari pertumpahan darah,
Menghargai hak hidup setiap manusia

Wallahu ‘alam bish showab

Bunda Asiyah, i love you

Taktik Asiyah dalam mendapatkan apa yang diinginkan

Masya Allah, semakin membuka lembaran tentang contoh pribadi wanita terbaik
Semakin sadar diri kalau diri ini ga tahu apa-apa

Ayat-ayat indah yang Allah berikan
Bahwa contoh wanita terbaik yang disebut dalam al Qur’an adalah Asiyah dan Maryam

Asiyah masih keturunan raja Mesir yang mengangkat Yusuf menjadi menteri perbendaharaan negara.
Sebagai ningrat Mesir, Asiyah mengikuti takdirnya dan menjaga kehormatannya, tidak melanggar batas-batas yang dianut kaumnya, hingga ia dipersunting raja diraja bangsa Mesir Fir’aun.

Asiyah tidak dikaruniai anak lelaki, anak perempuannya sangat disayangi Fir’aun.
Ketika mendapati tabut berisi anak lelaki dan telah terdeteksi sebagai bayi dari kalangan bani israil, Allah telah menghadirkan cinta di hati Asiyah.
Pasukan penjagal datang ke kamarnya, dan merayunya agar menyerahkan bayi untuk dibunuh.

Asiyah harus berpikir cerdas, agar semuanya dapat berjalan dengan baik
Ia tetap berkata sopan kepada para tentara dan berkata dengan jujur bahwa ia mencintai bayi itu

Asiyah lalu memberikan pilihan yang masuk akal, bahwa ia akan membawa bayi itu pada Fir’aun dan meminta Fir’aun memberikan bayi itu padanya.
Jika Fir’aun memberikan bayi itu padanya nya maka itu adalah kebaikan para tentara padanya
Dan jika Fir’aun memerintahkan membunuhnya, maka Asiyah tidak akan mencela perbuatan para tentara.

Para tentara penjagal mengabulkan permintaan Asiyah.
Kecerdikan Asiyah dalam berkomunikasi, ditunjukkan dalam kisah bagaimana Aisyah mengambil hati para penjagal

Kecerdasan dan ketepatan strategi ini terlihat kembali dari cara Asiyah menunjukkan bayi pada Fir’aun
Asiyah menaruh kembali Musa kedalam tabut dan mengalirkannya di sungai pada aliran yang akan tepat masuk kedalam tempat Fir’aun biasa berkumpul di pagi hari

Tahap awal rencana berhasil, tabut mengalir ke arah kebun tempat Fir’aun menikmati pagi, ketika putri tunggal Fir’aun bermain-main di sungai bersama dayang-dayangnya mereka melihat tabut yang tersangkut di belukar sungai Nil. Para dayang lalu membawa tabut ke hadapan Fir’aun.
Tak ada yang bisa membukanya, tabut baru terbuka setelah Asiyah menedekatinya dan hanya ialah yang bisa membukanya.
Beberapa detik sesudah kejadian aneh adalah sesuatu yang melenakan, Fir’aun akan lupa pada kebijakan yang sedang dilaksanakannya, turut larut dalam euforia kebahagiaan menemukan bayi lelaki.
Asiyah tahu pasti meski Fir’aun sangat mencintai putrinya tetapi tentu saja kehadiran bayi lelaki dinantikannya pula.

Anak perempuan Fir’aun turut larut dalam bahagia, ia memegang bayi dan menyeka keringat yang ada pada wajah dan lengan bayi, spontanitasnya adalah memegang luka-luka borok yang terdapat di tubuhnya, dan itulah yang ia lakukan setelah memegang bayi, keajaiban terjadi, lukanya seketika itu hilang.
Euporia terjadi untuk kedua kalinya, kesembuhan yang dinanti selama ini.
Euporia kedua ini bukan tanpa rencana, cara penyembuhan seperti yang terjadi telah dikisahkan banyak peramal.

Asiyah merekam semua dengan baik, ketika melihat sosok bayi Musa, pikiran terletak antara harapan dan taktik. Rasa cinta pada musa yang telah tumbuh melahirkan harapan, bahwa makhluk yang pernah diombang-ambing lautan yang keringatnya bisa menyembuhkan putri Fir’aun adalah bayi yang baru saja ditemukan dayang-dayangnya.
Rencana mencipta euporia yang berhasil.

Euporia itu tidak lama, para algojo penjagal selalu bersiaga dengan kabar bayi yang terlahir ditahun itu.
Mereka kemudian mendatangi Fir’aun dan membuat Fir’aun tersadar.
Bayi diperiksa dengan seksama, dan teridentifikasi dengan jelas bahwa itu adalah dari kalangan Bani Israil.
Namun apa daya, euporia telah tercipta, menutupi hati dengan keraguan, putri kesayangan telah sembuh. Taktik jitu Asiyah berhasil

Tarikan antara rayuan wanita pendamping dan gemuruh para menteri dan algojo,
Para algojo kehilangan kengototan, kini tawaran menjadi dua, tidak hanya membunuh bayi yang ada dihadapan, mereka mendengungkan “bunuh atau buang kembali ke sungai”
Fir’aun sesungguhnya teguh pada titahnya, ia menetapkan bahwa keputusannya adalah membunuh bayi bani Israil, yang ternyata masuk jantung pertahanannya.
Jurus pamungkas diketahui Asiyah, ia tahu bahwa Fir’aun mendamba hadirnya seorang Qurrata ‘Ayun, seorang penyejuk hati, maka Asiyah berujar dengan lembut
“Jangan membunuhnya, bisa saja ia bermanfa’at buat kita, kita jadikan ia anak angkat, agar ia menjadi penyejuk hati untuk ku dan untukmu”

Rayuan wanita yang tak dapat ditolaknya, wanita beretika tinggi, yang memiliki pesona luar biasa,
Akhirnya jawaban Fir’aun : “bayi itu untukmu”

Ini benar-benar cara komunikasi yang elegan
Bisa dipakai juga dalam dunia pengajaran

Cinta Asiyah, love you bunda, semoga berkumpul denganmu
Semoga mengunjungi rumah yg pernah engkau minta kepada Allah

Semoga Allah menjadikan aku mengikuti jejakmu

Kisah mereka yang Murtad di zaman Rasulullah (1)

ini kisah yang paling menyadarkan saya, tentang pentingnya “mengenal” dan memahami kedudukan setiap manusia.

Manusia sebagai makhluq Allah, apapun agamanya
lalu memahami hak setiap muslim
memahami hak-hak setiap mukmin
mencoba mengenal kedudukan setiap mukmin dihadapan Allah

kisah ini, benar-benar membuka mata
kisah yang membuat memahami betapa suatu kondisi adalah kompleksitas
kisah yang mengajarkan bahwa kita harus mempelajari bagaimana merespon suatu peristiwa
kisah yang membuka mata bahwa setiap pribadi memiliki posisi dan kedudukan dimata Allah
menyadarkan kesejatian bahwa semua urusan kelak dikembalikan kepada Allah
adapun di dunia, maka semua berjalanlah sesuai dengan batasan yang telah Allah tetapkan

Utsman bin Affan punya saudara susuan yang bernama Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin
Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin, ia telah masuk islam sewaktu di Mekkah,
bahkan memiliki tugas mulia : mencatatkan wahyu.
Ternyata Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin “mempermainkan keislamannya”
ia mencatat wahyu sekehendak hatinya, Jika Rasulullah menyampaikan bahwa ayat tersebut ‘aziizun hakiim
Abdullah suka menulis ‘aliimun hakiim
lalu murtad, dan berkata kepada orang-orang kafir bahwa “agama jahiliyyah” lebih baik daripada islam.

saat futuh Mekkah, Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin lari, takut dibunuh dan kemudian meminta jaminan keamanan kepada Utsman.
Utsman lalu menyembunyikannya hingga keadaan tenang.
setelah kondisi tenang, Utsman membawa Abdullah kepada Rasulullah SAW.
Saat datang Rasulullah terdiam tidak menjawab dalam jangka waktu yang sangat lama.
keadaan menegang ….. tetapi kemudian tegangan menurun dan Rasulullah mengeluarkan jaminan keamanan bagi Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin.
Utsman dan Abdullah kemudian pamit.
Setelah keduanya pergi, Rasulullah kemudian berkata : “aku terdiam sangat lama, karena berharap salah satu dari kalian berdiri membunuh Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarhin”
Seseorang diantara mereka berkata : “kenapa engkau tidak memberi tanda kepada kami”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Adalah haram bagi seorang nabi untuk membunuh dengan cara memberi tanda, Seorang nabi diharamkan berkhianat didepan mata”

(AL Kamil Fi at Taarikh, Ibnu Al Atsier, jilid 2 hal 123… cetakan Daar el kutub el arabi)

Peristiwa ini bisa ditafsirkan macam-macam,
bisa dangkal, bisa menyimpang

adalah tugas kita menyuarakan kejernihan.
memahami teks dan konteks
memahami dengan integral

dari kisah ini, banyak yang dapat saya ambil
1. Pentingnya memahami prosedur dan adab-adab yang Allah tetapkan dalam segala sesuatu, dan lalu menerapkannya setiap keadaan yang sesuai terjadi
2. menjaga batas-batas kewenangan, memahami peran dan posisi

ahhh, malam ini titik kritis itu kembali ditemukan

Abdullah bin Sa’d Abi Sarhin menjadi kunci ditaklukannya Afrika, menjadi kunci penyebaran islam di Afrika
sungguh semakin ingin melihat apa yang akan terjadi di esok hari
saat semakin takjub dengan keadilan dan kebijaksanaan di pengadilan Allah

kisah unik ini, semakin membuat mau membaca kompleksitas kehidupan
mengenal manusia dan prahara-prahara yang menimpanya

Allahumma Shalli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad
dan
Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada seluruh kaum beriman

Terhempas Badai (Empat_ Kata-kata Sang Ilmu Pengetahuan)

Empat : Kata-kata sang ilmu pengetahuan

 

Cyprus yang ditaklukan, armada laut pertama yang dimiliki kaum mukminin berhasil dengan gilang gemilang. Aisyah berbahagia karena akhirnya ia menerima kabar tentang komentar Abu Darda pada penaklukan Cyprus. Sesuatu yang ia tunggu dua tahun lamanya sejak penaklukan Cyprus.

Abu Darda berkata saat Cyprus ditaklukan : “Ini adalah pemandangan yang tak menyenangkan bagiku, tetesan air mata tak kuasa kutahan, ketika jeritan dan rintihan memenuhi angkasa Cyprus. Para tawanan yang diseret-seret, perbudakan adalah masa depan mereka. Demikianlah nasib kesudahan bangsa yang melalaikan urusan Allah, mereka adalah bangsa kuat yang sanggup memakmurkan bumi, dan kini kelalaian pada hukum Allah menjadikan mereka bangsa yang diperbudak, bangsa yang Allah tak akan lagi menggunakan mereka untuk memperjuangkan kalimatNya”

Aisyah lalu memandangku dan berkata : “Wahai Asma, lihatlah potongan kalimat terakhir ini : bangsa yang Allah tak akan lagi menggunakan mereka untuk memperjuangkan kalimatNya. Tentang kita Asma, tentang bangsa Quraish bangsa Arab, Allah telah memberikan kemuliaan menjadikan manusia terbaik pilihannya berasal dari kita, bilakah tiba atau akankah datang masa ketidakpedulian pada urusan Allah menimpa bangsa kita?”

Aku tersenyum menjawab Aisyah : “Bagaimana dengan perkataan Rabbku : “Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah menyempurnakan bagi kalian, dan Aku telah ridhai islam menjadi agama kalian”

Mata Aisyah semakin mengerucut, dan menjawabku : “bagaimana dengan ayat ini: Dan hari kekuasaan itu dipergilirkan diantara manusia”

Aku menatap Aisyah, dalam hati kuberkata  ini adalah sesuatu yang sesungguhnya tiada bercampur aduk, “Wahai putri ayahku, yang dimaksudkan Abu Darda adalah tentang perbudakan, suatu bangsa besar seperti bangsa Yunani diperbudak. Jika bangsa arab sudah tak peduli lagi akan urusan Allah mungkin saja itu terjadi. Kekuasaan adalah satu sisi yang lain,  adapun ia adalah Allah pergilirkan sebagai ujian pada tiap-tiap ummat”

“Wahai Asma, tempat, waktu, manusia, kenapa Umar melarang Abu Darda tinggal di Homs dan menyuruhnya melakukan perjalanan hingga Damaskus dan menetap disana?”

“Lihatlah keseluruhan surat Umar, semoga Allah menyayanginya, pada Abu Darda. Kemampuan kita menempatkan suatu teks pada tempat dan waktu yang benar adalah hal yang dapat menjaga keberkahan hidup. Homs, kota tua, yang bangsa romawi menghiasnya dengan hiasan dunia. Lalu Allah telah mengizinkan kehancurannya. Abu Darda belum memilik sensitifitas seperti Umar, ketika ia menghias rumahnya dengan pagar dan sangkar-sangkar. Orang seperti Abu Darda tidak boleh melakukan yang demikian di kota Homs, ia mengundang kerusakan”

“Jadi benar adanya sikap Sa’id bin ‘Amir al Jumahi saat menjadi walikota Homs, hidup dalam kesederhanaan tanpa simbol-simbol kemegahan dan kedigjayaan”

“Lalu kita lihat kota Damaskus, dan apa yang Muawiyah lakukan di kota itu adakah teguran Umar sang pembeda kebenaran dan kebathilan yang dialamatkan pada Muawiyah”

“Ya, demikian yang aku pikirkan, tentang wahyu Allah dan sunnah baginda Rasulullah SAW, bagaimana keduanya dalam ruang, waktu, dan manusia, hingga manusia tidak tersesat dalam kehidupan” Aisyah mengangguk-angguk

Aku memperhatkan Urwah yang ada bersama kami, ia menyimak setiap perkataanku dengan bibinya, aku tahu sesungguhnya Aisyah telah mengetahui semua yang aku ungkapkan, ia hanya mengkonfirmasi pemikiranku, dan aku senang hati memperlihatkan ini semua didepan Urwah.

“Wahai Asma, aku mau bertanya padamu tentang satu hal lagi, saat itu saat kau katakan bahwa Abu Darda akan keluar dari Cyprus dengan selamat, bahwa ia berada pada garis takdir penjaga Al Qur’an dari Bani Khazraj, sesungguhnya apa yang engkau maksudkan?”

“lihatlah pada Aus, garis takdir mereka adalah Syahid, empat syuhada istimewa mereka miliki : Sa’ad Bin Mu’adz dimana arsy bergoncang dengan syahidnya, ada Hanzhalah bin ABi ‘Amir, dimana malaikat memandikan jenazah tubuh syahidnya, ada ‘Ashim bin ABi Tsabit, dimana daging tubuhnya terjaga dari pembusukan, Khuzaimah bin Tsabit, dimana syahidnya dihitung sebagai kesyahidan 2 orang, mendapat pahala dua orang syuhada”

Aisyah meandangku seakan berkata tak usah diteruskan aku mengerti sekarang “ya, ya, ya, dan suku Khazraj memiliki garis takdir para penjaga al Qur’an yang teristimewa, ada Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Zayd bin Tsabit, dan tentu saja suami Ummu Darda sang ilmu pengetahuan”

Suara Barirah memecahkan percakapan kami, ketika ia datang dengan berita membumbungnya ilmu ke angkasa hingga tak menjejak bumi lagi, Ubay Bin Ka’ab telah wafat. Berita yang membuat Aisyah meneteskan air mata.

“Ubay, wahai Asma, Ubay, lelaki yang namanya disebut oleh Allah. Aku melihat bagaimana bergetarnya kaki Ubay saat baginda Rasulullah menyampaikan bahwa Allah memerintahkannya agar mengajarkan surat al Bayyinah pada Ubay. Ubay meyakinkan pada Rasulullah :”Allah menyebut namaku?” Rasulullah menjawab “Ya”, Ubay menangis sejadi-jadinya, Tuhan semesta alam menyebut nama Ubay didepan utusannya terkasih”

Kami menanti berita berikutnya tentang shalat bagi jenazah Ubay, Aisyah lalu bertanya padaku tentang lamaran Abdullah bin Abi Rabi’ah al Makhzumy pada Khadijah putriku.

“Wahai Asma, Sudahkah ada kabar tentang kepulangan wali-wali Khadijah, siapakah yang akan datang lebih dulu?’

“Semuanya akan hadir dan menyaksikan pernikahan Khadijah. Aku mendapat kabar az Zubayr akan tiba dua hari lagi, dan saudara-saudara lelakinya nanti malam”

Aisyah lalu memanggil Barirah

“Wahai Barirah berita apa yang kau bawa dari rumah Utsman? Apa yang Utsman katakan akan pertanyaanku tentang istri barunya”

“Ohw Aisyah, bersaing dengan wanita arab Kilabiyah dari Iraq” aku meledek Aisyah

“Wahai Asma, ini tentang Amirul Mukminin, dengan gadis belasan tahun dari Iraq, seorang Nashrani yang kini telah masuk islam”

“Dan engkau gadis kurang dari belasan tahun mendampingi seorang manusia pilihan, seorang nabi yang mendapat wahyu dari Rabb semesta alam”

“aku seorang wanita Quraish, sebaik-baik wanita, begitulah yang Rasulullah sampaikan pada kita”

“dan ia seorang wanita Kilabiyah Aisyah, kerasnya kehidupan, tempaan didikan Kristen, kukira akan membuat dia menjadi wanita yang memiliki akal”

“Tetapi wahai Asma, yang memilihkan untuk Utsman adalah al Walid bin Uqbah bin Abi Mu’aith, itu adalah selera al Walid”

Barirah memotong “Khalifah Utsman menjawab ia adalah istrinya yang paling cerdas dari yang mendampinginya saat ini”

“dengarlah Aisyah, Utsman memberi kesaksian tentang kecerdasannya, Nailah putri al Farafishah adalah gadis cerdas”

Aisyah tersenyum mendengar pembelaanku bagi Nailah

“Wahai Barirah, apalagi pesan yang disampaikan Utsman untukku?”

“Tentang perseteruan Hudzaifah dan Ibnu Mas’ud, Amirul Mukminin akan membuat keputusan berdasarkan laporan dan pandangan Hudzaifah”

Aisyah mengangguk-angguk tanda persetujuan

“Wahai Asma jika kia telah menunaika hak jenazah menyolatkannya, maka kita akan menemui Hafshah putri Umar, kita akan membantu Utsman meyakinkan Hafshah agar menyerahkan Mushhaf yang ada ditangannya”

Aku menghela nafas, lalu aku berseloroh lirih “Ibnu Mas’ud, bacaan al Qur’annya adalah sebagaimana Rasulullah mendengar dari jibril”

Aisyah mendengar suara kecilku

“Wahai Asma, Dua puluh tahun sejak Rasulullah wafat, semua keadaan telah berubah. Saat Rasulullah hidup  jika Umar membaca al Furqan dengan suatu cara pembacaan huruf lalu seseorang lain membacanya dengan cara pembacaan huruf yang berbeda, mereka berdua dapat mengkonfirmasi pada Rasulullah. Dan kini Rasulullah tiada, hari ini Ibnu Mas’ud masih hidup, jika kita mendengar bacaan yang berbeda darinya, kita mempercayainya. Tapi jika Ibnu Mas’ud tiada, semua akan menjadi kacau balau”

“Jadi bijak menurutmu mengumpulkan pada satu bacaan?”

“Wahai Asma, satu bacaan yang kita membenarkannya, Utsman telah menghafal al Qur’an saat ayah kita, Abu Bakar dan ayah Hafshah, Umar tidak. Kita masih punya Zayd Bin Tsabit, aku yakin Utsman akan memilihnya memikul tanggung jawab ini”

“Legitimasi negara”

“sungguh wahai Asma, adalah lebih baik, daripada kita membuka peluang tangan-tangan kotor menulis sesuatu yang bukanlah al Qur’an. Setan-setan akan gentayangan menggoda kejahatan untuk berkata ini adalah bacaan sahabat fulan sementara fulan telah tiada dan kita tak bisa lagi mencari konfirmasi”

“Tapi Ibnu Mas’ud masih hidup melukai hatinya, jika kebenaran yang ia terima dari Rasulullah SAW tak kita anggap apa-apa”

“Wahai Asma, dengarlah, yang melakukan semua ini adalah Utsman bin Affan, Amirul Mukminin, Pemimpin kaum beriman. Jika aku yang melakukannya maka aku telah kurang ajar pada Ibnu Mas’ud. Tapi ini Utsman wahai Asma, ia sahabat yang telah dikabari surga, kemuliaannya melampaui kemuliaan Ibnu Mas’ud, Semoga Allah memberikan hidayah kepada semuanya”

“Zayd adalah kain putih, bersih, Perkataan Tuhanku menelusup daam kehatinya dimasa kanak-kanaknya”

“Kau telah mengerti wahai Asma, sesuatu yang dipandang Ibnu Mas’ud sebagai kekurangan Zayd adalah justru kelebihannya”

Barirah lalu menyela kami “Khalifah Utsman menyampaikan tugas penulisan Mushhaf al Quran akan dibebankan pada Zayd bin Tsabit sebagai ketua tim, yang anggotanya Abdullah putra Az Zubayr bin Awwam, juga Sa’id bin al ‘Ash, dan juga Abdurrahan Bin al Harits Bin Hisyam”

“Benarkah? Putraku? Sedemikiankah pengakuan Utsman pada kapasitas putraku” Aku bahagia dan memandang Urwah yang tampak kegirangan

“Wahai Asma, lihatlah tentang hakikatnya, tidak ada orang yang memanggimu Ummu Abdillah, tapi aku adalah Ummu Abdillah”

Aku mencubit Aisyah dan kami segera bergerak menuju mesjid hendak menyolatkan Ubay bin Ka’ab. Dan segera suasana terasa bagai kehilangan, Madinah bergoncang dengan perginya Ubay, angin bertiup dengan kencangnya, debu-debu menyampaian kabarnya duka kehidupan akan wafatnya seorang penghafal al Qur’an.

Nabi Isa dan sejarah awal kristen (2)

Setelah perjamuan terakhir nabi Isa menyuruh para Hawariyyin pengikut setianya untuk meninggalkannya. Takdirpun terjadi nabi Isa diwafatkan selama tiga jam kemudian diangkat ke langit.

Seorang pengikut nabi Isa, dalam buku-buku sejarah Islam tercatat bahwa namanya adalah Syam’un, ia kafir kepada nabi Isa sebelum ayam berkokok. Dan menjual informasi lokasi persembunyian nabi Isa dengan 3 dirham saja. Tatkala orang-orang Yahudi menemukan tempat persembunyian nabi Isa sesungguhnya nabi Isa tidak ada disana. Dalam gelap gulita Allah membuat Syam’un mirip dengan nabi Isa, dan Syam’unlah yang kemudian ditangkap dan disalib. Dalam buku-buku kristen dan yahudi nama orang yang berkhianat kepada nabi Isa adalah Yudas Escariot.

Bunda Maryam bersedih dan menangisi nabi Isa di kayu salib, ditemani seorang perempuan yang pernah nabi Isa sembuhkan dari penyakit gila. Allah kemudian memerintahkan nabi Isa untuk turun menemui Maryam dan para pengikut setianya.

Nabi Isa mengabarkan pada Maryam bahwa yang disalib bukanlah dirinya, tetapi pengikut yang berkhianat. Bahwa kini nabi Isa berada dalam kenikmatan dan kebaikan. Nabi Isa meminta bunda Maryam untuk mengumpulkan para Hawariyyin. Setelah berkumpul nabi Isa memberikan tugas dan memerintahkan para Hawariyyin untuk menyampaikan risalah yang dibawa nabi Isa pada umat manusia. Setelah itu nabi Isa kembali naik kelangit hidup bersama para malaikat.

Para Hawariyyin menunaikan tugas mereka dalam tekanan dari pihak rohaniawan Yahudi, tetapi otoritas Romawi mampu menjadi kekuatan penyeimbang yang menyebabkan agama Kristen dapat hidup dan menyebar.

Dari sekian Hawariyyin ada sebuah kisah perjuangan dakwah pengikut setia nabi Isa yang diabadikan dalam surat Yasin ayat 13-30 :

“Dan kisahkanlah pada mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. yaitu ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; Kemudian kami kuatkan dengan utusan yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu”.

Mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Penuh Kasih Sayang tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”.

Mereka berkata: “Tuhan kami mengetahui bahwa Sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu”. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas”.

Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang Karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti menyeru kami, niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami”.

Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah Karena kamu sendiri. apakah jika kamu diberi peringatan kamu bernasib malang? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas”.

Dan datanglah dari pinggiran kota, seorang lelaki dengan bergegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”. Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.  Mengapa Aku tidak menyembah Tuhan yang Telah menciptakanku dan yang Hanya kepada-Nya-lah kamu semua akan dikembalikan? Mengapa Aku akan menyembah tuhan-tuhan selain Allah,  jika Allah yang penuh Kasih menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak pula dapat menyelamatkanku?  Sesungguhnya Aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya Aku Telah beriman kepada Tuhanmu; Maka dengarkanlah pengakuan keimanan ku.

Dikatakan kepada lelaki itu: “Masuklah ke syurga”. ia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kaumku Mengetahui. Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan Aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”.

Dan kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia meninggal suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak kami menurunkannya.  Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; Maka tiba-tiba mereka semuanya mati. Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.

Kisah ini terjadi sesudah nabi Isa‘alaihi as salaam diangkat ke langit, Nabi Isa berpesan kepada para Hawariyyin untuk mencegah manusia dari menyembah patung. Maka dikirimlah Barnabas dan Paulus ke anthakiyah (Antiokh), kota ini sekarang masuk wilayah selatan negara Turki.

Penduduk Anthakiyah saat itu terdiri dari kalangan Yunani penyembah berhala dan Bani Israel. Barnabas dan Paulus gigih menyeru, adapun penduduk anThakiyah mendustakan mereka, Penduduk dari Kalangan Yunani memegang teguh paganisme mereka dan kalangan Bani Israel mencegah manusia mengimani Isa.

Lalu Allah mewahyukan pada kalangan Hawariyyin untuk memperkuat dakwah di Anthakiyah, maka dikirimlah Syam’an, Menyeru untuk menyembah Allah. Penolakan pada dakwah tauhid ini sangat kencang. Diantara syiar utama paganisme adalah manusia itu sama dan para dewa tidak mewahyukan perintah pada manusia, yang ada adalah para dewa itu turun ke bumi lalu menyerupai manusia untuk menyampaikan risalah pada manusia.

Penduduk Anthakiyah berkata bahwa “ar Rahman” tidak mewahyukan. Penggunaan kata ar Rahman dalam ayat 15, memiliki beberapa urgensi, pertama bahwa penduduk Anthakiyah dari kalangan Yunani mengagungkan Zeus yang diyakini sebagai sumber kasih sayang.

Dan penduduk dari kalangan Bani israel sangat menghindari penggunaan kata Allah, mereka mengganti kata Allah dengan menyebutkan satu sifatnya saja, terutama satu kata ini yang berarti kasih sayang.

Ketiga utusan ini menyampaikan hujjah yang kuat sehingga menyebabkan populernya doktrin-doktrin yang disampaikan, perbedaan pendapat dan sikap mulai terdapat diantara penduduk Anthakiyah, Dan selain itu hujan pun tidak turun.

Kondisi ini menyebabkan keputusasaan dikalangan pemimpin penduduk Anthakiyah, mereka berpendapat penyebab kondisi sial tersebut adalah dakwah para Rasul. Ketiga Rasul menyampaikan bahwa kondisi sial itu disebabkan tidak berimannya mereka kepada risalah tauhid.

Penduduk Anthakiyah kemudian mengusir para Rasul. Para Rasul itu kemudian mengembara ke berbagai kota, Dalam pengembaraan itu ada beberapa hal yang terjadi :

1. Beberapa keajaiban ditunjukan Paulus dan Barnabas

2. Bani Israel selalu memprovokasi agar para Rasul diusir. Dan dalam riwayat disebutkan bahwa Paulus dirajam di kota Listra

Dalam selang waktu dakwah para Rasul ini, ada seorang tukang kayu, bernama Habib, ia telah beriman sejak lama dan mengasingkan diri ke pinggiran kota. Ketika mendengar kedatangan para Rasul, ia bersegera datang ke kota. Ia ingin memberikan nasihat kepada kaumnya agar jangan berbuat dzalim kepada para Rasul, apalagi merajam mereka.

Dalam Nasihat kepada kaummnya sang tukang kayu menyampaikan beberapa point:

1. Ia mengetahui dengan pasti bahwa kaumnya sangat materialis, maka pendekatan yang ia pakai adalah bahwa para Rasul itu adalah penyeru yang tidak meminta upah

2. Sang tukang kayu menegaskan bahwa kaumnya telah memahami konsep ketuhanan, bahwa ada Tuhan yang Menciptakan. Dan ketika datang keterangan yang jelas tentang siapa pencipta, ia mempertanyakan : adakah alasan untuk tidak beriman kepada Sang Pencipta

3. Konsep ketuhanan tidak akan menunjukkan jalan yang benar jika tidak dibarengi konsep ibadah atau konsep penyembahan atau sistem ritual yang benar

4. Menegaskan bahwa para dewa dan patung-patungnya yang disembah bukanlah Tuhan yang Penuh Kasih Sayang yang memberikan manfa’at dan mudharat

5. Seruan tegas untuk menyembah Tuhan yang sesungguhnya

Atas nasihat-nasihat yang diberikan ini, tukang kayu tersebut dibunuh.

Kemudian di ayat 26 disebutkan bahwa tukang kayu tersebut masuk ke dalam surga, dan mengingat kerugian yang dialami kaumnya, dan betapa Ampunan Allah menyebabkannya mendapat tempat terbaik.

Dengan kejadian-kejadian tersebut, Allah tidak mengadzab kota itu dengan bala tentara malaikat, tetapi cukup dengan mengirimkan satu malaikat saja yang melaksanakan perintah Allah dengan satu kali teriakan saja, dan kebudayaan kota tersebut menjadi kebudayaan yang mati. Penyesalan terbesar atas sikap manusia adalah sikap mengolok-olok para utusan Tuhan.

Anthakiyah kemudian ditempati generasi lain yang menggantikan generasi yang tidak beriman. Generasi yang datang ini beriman kepada risalah yang dibawa Isa, dan dari tempat inilah kemudian kristen menyebar ke seluruh kawasan Romawi, menjadi bagian integral masyarakat Romawi dan dikemudian dijadikan agama resmi kekaisaran Romawi oleh kaisar Konstantin.

Waktu terus berjalan mendekati waktu yang dijanjikan Allah yaitu kedatangan nabi akhir zaman, nabi Muhammad. Kekaisaran romawi terbelah menjadi dua Kekaisaran barat yang berusia tidak panjang, terkalahkan dominasinya oleh kekuatan Eropa lainnya. Dan Kekaisaran romawi Timur atau Byzantium yang bertahan hingga tahun 1453 M dikalahkan oleh kekuatan muslim Turki Utsmani, dipawah pimpinan Muhammad al Fatih, sang penakluk.

Di tanah Persia, Kekaisaran Parthian yang menggantikan Achaemenid hancur dan digantikan dengan berdirinya kerajaan Sassanid dengan raja yang disebut Kisra.

 

Tulisan sebelumnya tentang sejarah awal kristen dapat dilihat di :

https://pengikatsurga.wordpress.com/2013/01/08/isa-dan-awal-mula-kristen/

Tadabbur Surat Fathir (6)

Tentu Saja masih ingat apa yang kusampaikan sebelum ini

jika amalan baik itu

akan naik-naik- naik terus ke sisi Sang Pencipta

memberikan energi kebaikan pada udara

lalu Allah menyimpannya untukmu

hingga hari ditimbangnya amalan

amalan baik akan memenuhi timbangan

adapun amalan buruk , ia tak dapat naik

ampas-ampas itu akan membebani pundakmu

semakin lama semakin berat-berat dan berat

tak ada seorang pun yang akan membawakan untukmu

tak ada yang bisa menanggungnya

pundakmu terus terbebani dan terbebani

tidakkah kau merasakan???

bagai rasa berat yang dialamai ibu hamil

hanya dapat berlepas dari beban itu saat melahirkan

pundakmu akan sedikit rileks dari memikul keburukan

saat hari ditimbang amalan yang teramat sulit

atau dapat juga keburukan itu terhapus kebaikan

Kemampuan kita merasakan beban berat

akibat perbuatan buruk

dapat kita asah dengan 4 perkara :

tanamkan takut pada Allah,

cintai shalat,

bersihkan diri

dan ingatlah kematian

note tadabbur dari Fathir : 18

Novel pengantar untuk belajar Sejarah Rasulullah.... ayo pesan rp 47rb, ke 087824198700
Novel pengantar untuk belajar Sejarah Rasulullah…. ayo pesan rp 47rb, ke 087824198700

Orang Paling Jahat

albaqarah_114

dan siapakah yang lebih jahat dibandingkan orang yang menghalanghalangi beribadah pada Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkan mesjid? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalam mesjid, kecuali dengan rasa takut kepada Allah. mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.

 Mesjid

QS 2 : 114

 

Asyik kan kalau kita bisa tentram beribadah di mesjid, nah kalau gak ada mesjid?

Pada tahun-tahun awal Rasulullah berdakwah, kaum Muslimin tidak dapat melaksanakan ibadah di Mesjidil Haram. Orang-orang yang tidak beriman melarang dan mencegah mereka beribadah di mesjidil haram. Para sahabat Rasulullah jika mau shalat pergi bersembunyi ke bukit-bukit.

Rasulullah sangat ingin shalat di mesjidil haram, karena merupakan rumah ibadah pertama di muka bumi. Mesjidil Haram dibangun atas perintah Allah. Kerinduan shalat di mesjidil haram membuat Rasulullah nekad shalat di Mesjidil Haram meski mendapat gangguan dan ancaman. Rasulullah juga sering dihalang-halangi melakukan shalat disana.

Melihat fenomena ini Allah menurunkan QS 2:114 yang menegaskan bahwa orang yang paling jahat adalah mereka yang melarang terlaksananya ibadah. Dalam surat tersebut Allah mencontohkan peristiwa masalalu saat terjadi penghancuran rumah ibadah dan pengusiran.

Orang-orang jahat yang dimaksud ayat tersebut diantaranya Nebukadnezzar yang melarang orang-orang Yahudi beribadah dan mengusir kaum Yahudi dari palestina,  Sebagaimana Kaisar Romawi Titus yang melakukan hal yang sama seperti Nebukadnezzar, Mereka melarang terselenggaranya ibadah di tempat-tempat ibadah

Bagaimana Keturunan Nuh memenuhi bumi (2)

 

  1. Kabar keturunan Sam bin Nuh

Pada keturunan Sam, dalam kurun 1000 tahun terdapat dua kenabian. Pertama Nabi Hud , yang Allah utus bagi keturunan Sam yang mendiami kawasan Arab selatan, keturunan Sam yang telah teridentifikasi sebagai suatu bangsa bernama bangsa ‘aad. Bangsa ‘Aad adalah keturunan ‘Aad bin –‘Uud bin Iram bin Sam bin Nuh.

Nabi Hud sendiri memiliki nasab, Hud putra Shalakh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Maka bahasa al Qur’an yang kita baca adalah :

“dan kepada kaum ‘Ad (kami utus) saudara mereka, Huud. ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. kamu hanyalah mengada-adakan  Tuhan saja.” (Hud : 50)

 

Kedua Nabi Sholeh, yang Allah utus kepada keturunan Sam yang mendiami kawasan utara jazirah Arab. Kaum ini telah teridentifikasi menjadi etnik Tsamud. Tsamud adalah keturunan Sam yang memiliki nasab Tsamud putra Jatsir bin Iram bin Sam.

Nabi Sholeh sendiri memiliki nasab, Sholeh putra ‘Ubaid bin Asif bin Mashikh bin ‘Ubaid bin Jadir bin Tsamud.

Dua kali diutus nabi, namun ternyata perkembangan spiritual menjauh dari keyakinan akan keharusan menyembah satu Tuhan, Allah. Pada masyarakat keturunan-keturunan Sam penyembahan berhala merajalela, hingga tiba zaman Ibrahim as dan tiada satupun manusia yang menyembah Allah sebagai Tuhan.

Masyarakat keturunan Sam mengenal Allah sebagai pencipta, dan untuk menyembahnya diperlukan suatu perantara yang mendekatkan. Perantara-perantara tersebut berupa patung Tuhan, atau pohon, atau patung orang sholeh yang mendekatkan pada Tuhan.

Ibrahim teguh kukuh dalam keimanan kepada Allah, menyerukan penyembahan Allah ke tengah-tengah kaumnya yang dipimpin seorang raja keturunan Ham putra Nuh. Kaum yang menyembah patung-patung pahatan dari batu, dan pemahat utamanya adalah Azar, ayah Ibrahim.

Azar ayah Ibrahim dipanggil juga Tarikh adalah putra Nakhur Bin Sarugh bin Arghu bin Falagh bin Ghabir bin Syalakh bin Qainan bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh.

Peristiwa tidak terbakarnya Ibrahim oleh api teramat dahsyat yang dinyalakan Ibrahim ternyata tidak menghadirkan keimanan sang raja Namrudz dan keimanan massal masyarakat babylon. Hanya seorang ponakan Ibrahim, Luth putra Haran bin Azar yang beriman, juga seorang sepupu perempuan Ibrahim, Sarah yang kemudian di peristrinya.

Tiga orang yang teguh menentang arus masyarakat zamannya, memegang erat hakikat kebenaran yang diyakini, Ibrahim, Sarah dan Luth. Mereka bertiga, berteman rasa kasih sayang dari ayah Ibrahim, dan ayah serta ibu Luth, mengembara dalam pelarian mempertahankan keyakinan, menyapa negeri dan peradaban. Meskipun Azar, Haran dan istrinya tidak beriman, ketiganya mendampingi putra-putra mereka dalam pengembaraan memperjuangkan kebenaran.

Ibrahim meninggalkan tanah babil, menelusuri arah pesisir barat hingga tiba di utara Syam, dikawasan yang dikenal dengan nama Harran, dan Azar wafat di kawasan ini. Nabi Ibrahim mengidentifikasi penduduk kawasan utara Syam ini adalah keturunan Yafits bin Nuh. Mereka menyembah bintang. Nabi Ibrahim menyeru kaum ini agar beriman dan menyembah Allah semata, tetapi seruan yang tidak bermanfa’at bagi hati, pendengaran dan penglihatan yang tidak mau terbuka.

Negeri Syam yang kini menjadi lima negara : Syiria, Lebanon, Israel, Palestina dan Yordan. Negeri Syam dikenal saat itu sebagai negeri Kan’an. Ibrahim dan Sarah tinggal di kawasan Hebron, adapun Luth mengambil tempat di satu titik di Yordan.

Babylon, Syam, dan Mesir , di masa Ibrahim, adalah negeri negeri yang pemerintahannya dikendalikan keturunan Ham putra Nuh, adapun rakyatnya bercampur antara putra Sam dan Ham.

 

  1. Kabar Keturunan Ham

Pada keturunan Ham, kebudayaan Mesir kuno dan Sumeria adalah maestronya. Seribu tahun berlalu dan tinggalah nama Allah terdengar sayup dan samar.

Pada masyarakat keturunan Ham berkembang berbagai pemikiran dan falsafah spiritualisme religius. Pencarian akan Tuhan hidup ditengah-tengah perkembangan teknologi dan peradaban. Kejeniusan manusia yang terus menerus digempur rayuan iblis untuk sombong akan kedigjayaan.

Ada dua tipikal utama yang menjadi ciri khas keturunan Ham

–          Penyembahan raja digjaya yang sangat berkuasa

–          Penyembahan dewa-dewa dengan representasi utama dewa matahari

 

Sesudah tinggal beberapa saat di Hebron, Ibrahim bersama Sarah mengembara ke Mesir, dan mendapati raja Mesir yang masih mengakui adanya hal yang tertangkap indera yang memiliki kekuasaan atas semesta, berbeda dengan Namrudz yang jejak pengenalan pada Allah Sang Pencipta semesta sudah tidak terdapat sama sekali.

Perjalanan ke Mesir dengan kondisi terkenal sebagai lelaki yang tidak terbakar api. Raja Mesir yang menyambutnya sebagai tamu kehormatan. Bertamu yang memahat pesan dalam benak sang raja Mesir bahwa Ibrahim dan Sarah berada dalam kebenaran.

Dalam catatan sejarah islam, Raja Mesir saat itu teridentifikasi Thuthis putra Malia bin Kharibta bin Maliq Bin Tadares bin Saba bin Mesir bin Baishir bin Ham bin Nuh. Sang raja menghadiahkan seorang budak bernama Hajar bagi Sarah.

Pengenalan pada Allah tidak serta merta melahirkan penyembahan monotheisme pada Allah semata, meski dalam catatan-catatan hieroglyph yang telah diterjemahkan diceritakan bahwa kebudayaan Mesir antik mengenal Amon sebagai pencipta, tetapi terdapat dewa-dewa lain yang disembah selain Amon.

 

  1. Kabar Keturunan Yafits

Pada keturunan Yafits, kebudayaan Yunani, Eropa dan Cina menjadi ciri utamanya. Dalam sejarah islam tidak banyak ditemukan catatan tentang perkembangan spiritualitas dan religiusitas keturunan Yafits dalam seribu tahun sejak banjir besar surut. Seribu Tahun sejak perahu bertambat digunung Joedy adalah setara dengan 3000 tahun sebelum Masehi.

Para sejarawan dunia barat, mendefinisikan 3000 tahun sebelum Masehi sebagai zaman Perunggu, dan bukti-bukti tertulis belum terlalu banyak didapat.

Adapun dalam perjalanan masa yang terus mendekat hingga zaman Musa, keturunan Yafits banyak terwarnai oleh ragam agama dan pemikiran yang berkembang pada keturunan Ham.

Penulis buku Akhbar Zaman (Berita Masa), Imam Mas’udiy (wafat tahun 346 Hijriyah/960 Masehi) menulis bahwa sesudah Amur putra Saubil bin Yafits Bin Nuh wafat, putranya yaitu Cina membuatkan patung emas untuknya. Cina bertawaf mengelilingi patung emas ayahnya untuk menghormatinya dan kemudian hal ini diwajibkan kepada seluruh masyarakat, yang kemudian menjadi cikal bakal agama Cina kuno sebelum agama Budha yang berasal dari India menyebar di Cina (masyarakat India masyarakat keturunan Ham).

 

Bahasa-bahasa dunia

Bahasa yang dipakai manusia sejak zaman Adam hingga beberapa abad keturunan Nuh adalah bahasa Suryani.

Sebelum keturunan Nuh menyebar ke pelosok bumi, mereka tinggal di Babylon atau  kawasan Iraq. Kemudian Qahthan, ‘Aad, Tsamud, ‘Amlaaq, Thasam, dan Jadis yang semuanya merupakan keturunan Sam menjelajah jazirah Arab dan berbicara dengan bahasa Arab.

Bahasa-bahasa keturunan Nuh terdiferensiasi menjadi 72 bahasa utama, yang 37 diantara bahasa-bahasa tersebut ada pada keturunan Yafits, sebagai keturunan Nuh dengan jumlah terbanyak. 18 bahasa ada pada keturunan Sam, dan 17 bahasa pada keturunan Ham.

 

 

part of islamic golden perspective

 

seharga 52 ribu, pesan ke 087824198700
seharga 52 ribu, pesan ke 087824198700

Kisah Indah bersama Fathir (5)

Rasa percaya kita pada Cahaya diatas Cahaya memiliki sayap-sayap

demikianlah tabiat cahaya, pendaran cahaya …..

keimanan adalah cahaya

maka keimanan kita

pada Allah, Zat yang Maha Baik

memiliki dua sayap

sepasang sayap sabar dan syukur

sayap yang akan membawa kita pada tempat yang tinggi di sisi-Nya

Agar kita bersyukur

Cahaya di atas Cahaya memberikan segalanya

Dia pun mengiringi pemberiannya dengan tutur yang baik

Bedakanlah lautan air asin dan lautan air tawar

dua karakter air yang berbeda

namun kedua nya dapat dihidupi ikan dan aneka makhluk air

maka aneka ikan lezat dapat kau santap

perhiasan-perhiasan indah dari aneka makhluk laut dapat kau gunakan

pergunakanlah perhiasan-perhiasan itu

dan bersyukurlah

air asin dapat diarungi bahtera

demikian pula air tawar dapat diarungi bahtera

air dapat kau belah

maka pelajarilah bagaimana air terbelah

dan bersyukurlah

persamaan-persamaan

lautan air asin dan lautan air tawar

tentu takkan melenakanmu

sifat dasarnya engkau tahu

tawar menghilangkan dahaga

asin, tak menghilangkan dahaga atau bahkan berbahaya

dua perbedaan dasar ini

sudah semestinya kau pelajari lagi lebih dalam

ingatkah kau apa yang kita bicarakan diawal kisah ini

“kemampuan kita mengidentifikasi perbedaan-perbedaan”

adalah ciri keta’atan

bedakanlah malam dan siang

bedakanlah matahari yang memancarkan aneka sinar

sinar yang Allah taklukan dan sinar yang liar dan ganas

bedakanlah cahaya-cahaya rembulan

cahaya yang bersahabat dan cahaya yang menarik sekuat-kuatnya

semua itu sejatinya

mengasah sensitifitas kita agar mengetahui :  

“siapa yang mendengar dan siapa yang tidak mendengar”

“atau mendengar, tapi tidak memberi jawaban yang benar atas permasalahan kita”

Manusia membutuhkan Cahaya diatas Cahaya

sedangkan Allah pujian adalah bagiNya

dan Allah Maha memiliki segalanya

tak sulit bagi Allah membinasakanmu dan kaummu

kemudian mendatangkan ciptaan baru yang tunduk padaNya

semua mudah bagiNya

saat kita sangat peka

atas semua ini, kita akan menyeru kata-kata indah :

selain Cahaya diatas Cahaya

tak memiliki apapun

meski setipis lapisan kulit yang dapat mengindera

sebuah note tadabbur dari Fathir : 12-17