Tontonlah Mahabharata, Tontonlah Jodha Akbar

Bismillahirrahmaanirrahim

Pekan ini saya membaca artikel “Tidak ada Mahabharata di rumah kami”

Saya tidak membaca dengan seksama artikel tersebut, hanya sepintas lalu, dan segera menyimpulkan isinya.

Betul, bahwa banyak hal yang lebih bermanfa’at yang bisa dilakukan selain menonton

Tetapi kenyataan yang dihadapi adalah bahwa manusia itu senang menonton,

Pada akhirnya memilih tontonanlah yang harus dilakukan.

Saya mulai nonton Mahabharata sesudah tayangan Haji Muhyiddin dikurangi jam tayangnya,

Ibu saya penonton setia Haji Muhyiddin, sampai jam berapapun Haji Muhyiddin pasti ditontonnya.

Sekarang bersyukur Haji Muhyiddin hanya sebentar , jadi ibu saya lebih lama beristirahat disetiap malamnya.

Sejak saat itu, mulailah saya membaca dan menulis ditemani Jodha Akbar dan Mahabharata.

Tapi sekarang sudah tidak bila lagi nonton Jodha, karena Tukang Bubur geser lagi agak malam, tetap terkalahkan Tukang Bubur.

Ada Tiga pelajaran berharga yang saya dapat dari menonton Mahabharata dan Jodha Akbar

1. Semakin mengenal anatomi dari perlaku bernama “kesetiaan” dan “kejujuran”. Kalau melihat carut marut bangsa ini, maka kita melihat dua masalah ini adalah masalah krusial yang menimpa bangsa.

Dengan menonton Mahabharata semoga akan terngiang bagaimana berdarah-darah jiwa dan tubuh dalam menopang suatu janji setia dan kejujuran. Dan itulah yang sebenarnya harus terjadi.

Pernah baca pula suatu artikel yang merasa sinetron Jodha Akbar mendiskreditkan islam, karena menyatakan dipertontonkan oleh Jodha bahwa bangsa India hindu sangat setia dan memenuhi janji, adapun bangsa Mughal muslim hanya haus kekuasaan, saling menyingkirkan.

Tatkala potret buruk ada pada diri kita, adalah suatu kenyataan bahwa kejujuran telah hilang dari bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam, ketika kesetiaan sulit didapatkan.

Bersyukur bahwa agama Islam lahir ditanah Hijaz, dimana bangsa Quraisy adalah bangsa yang menjunjung tinggi kejujuran, menepati janji dan kata-kata.

Maka mari hiasi akhlaq kita dengan hal yang Allah sukai, kita jujur dan menepati janji, menjadikannya sebagai amal dengan berharap balasan dari Allah.

malu dong sama orang Hindu yang pada kenyataannya memang bisa memiliki kejujuran dan menepati janji, dengan suatu motif yang berbeda.

Alkisah bos saya pun, seorang muslim penderma luar biasa, yang membangun ratusan mesjid di seantero nusantara, membangun banyak ma’had bahasa arab, membangun rumah-rumah yatim, membangun pompa-pompa air bersih,

beliau dalam urusan bisnisnya  punya asisten kepercayaannya orang India yang beragama hindu,

dan sungguh untuk urusan amal saja, ia mendapati banyak kasus ketidakjujuran orang Indonesia.

Demikianlah hikmah pertama nonton Mahabharata, semakin mengenal kesetiaan, menepati janji, dan kejujuran, dan bahwa untuk melaksanakan semua itu diperlukan banyak pengorbanan

2. Berterimakasih kepada sastrawan Indonesia, yang melahirkan tokoh punakawan dalam wiracarita Mahabharata, kelak tokoh punakawan ini yang menjadi media dalam mengenalkan Allah pada bangsa Indonesia,

sebagaimana konsep sang hyang widi wasa yang hidup di indonesia, memudahkan untuk memperkokoh keyakinan tauhid.

Sehingga tampak Hindu di Indonesia jauh berbeda dengan kisah mitologi India

3. Berterimakasih kepada Katholik Roma

Alhamdulillah, dengan menonton Mahabharata tergambar perjuangan berat Kristen dalam menumpas mitologi Yunani

Awal mula bangsa yang terkristenkan adalah orang-orang Yunani, yang kemudian menyebar ke seluruh eropa dengan perkuatan dari kekuatan politik Romawi.

Perjuangan memurnikan tauhid , mengenalkan Allah pastilah perjuangan yang sangat sulit,

Apapun yang terjadi pada agama kristen sesudah berhasil mengenalkan Allah pada bangsa eropa, adalah suatu kenyataan yang AL Qur’an sangat berhati-hati dalam memberikan komentar.

Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar, cucu dari Babur, kakek dari Shah Jahan pendiri Taj Mahal, pernah merasakan derasnya tarikan mitologi India, hingga beliau wafat dalam ketidakjelasan agama.

Kitab Mahabharata yang dibaca Jalal, dan Jodha istri jalal sebagai penyembah Krishna yang setia, membuat Jalal memiliki pemikiran sinkretisme.

Apa yang terjadi pada Katholik Romawi dalam masalah teologi dan konsep ketuhanan, adalah sesuatu yang akan mereka pertanggungjawabkan dihadapan Allah,

tetapi pada titik perang melawan mitologi dan paganisme, sungguh, agama Katholik Roma berhasil dengan gilang gemilang

Leave a comment