Bunda Asiyah, i love you

Taktik Asiyah dalam mendapatkan apa yang diinginkan

Masya Allah, semakin membuka lembaran tentang contoh pribadi wanita terbaik
Semakin sadar diri kalau diri ini ga tahu apa-apa

Ayat-ayat indah yang Allah berikan
Bahwa contoh wanita terbaik yang disebut dalam al Qur’an adalah Asiyah dan Maryam

Asiyah masih keturunan raja Mesir yang mengangkat Yusuf menjadi menteri perbendaharaan negara.
Sebagai ningrat Mesir, Asiyah mengikuti takdirnya dan menjaga kehormatannya, tidak melanggar batas-batas yang dianut kaumnya, hingga ia dipersunting raja diraja bangsa Mesir Fir’aun.

Asiyah tidak dikaruniai anak lelaki, anak perempuannya sangat disayangi Fir’aun.
Ketika mendapati tabut berisi anak lelaki dan telah terdeteksi sebagai bayi dari kalangan bani israil, Allah telah menghadirkan cinta di hati Asiyah.
Pasukan penjagal datang ke kamarnya, dan merayunya agar menyerahkan bayi untuk dibunuh.

Asiyah harus berpikir cerdas, agar semuanya dapat berjalan dengan baik
Ia tetap berkata sopan kepada para tentara dan berkata dengan jujur bahwa ia mencintai bayi itu

Asiyah lalu memberikan pilihan yang masuk akal, bahwa ia akan membawa bayi itu pada Fir’aun dan meminta Fir’aun memberikan bayi itu padanya.
Jika Fir’aun memberikan bayi itu padanya nya maka itu adalah kebaikan para tentara padanya
Dan jika Fir’aun memerintahkan membunuhnya, maka Asiyah tidak akan mencela perbuatan para tentara.

Para tentara penjagal mengabulkan permintaan Asiyah.
Kecerdikan Asiyah dalam berkomunikasi, ditunjukkan dalam kisah bagaimana Aisyah mengambil hati para penjagal

Kecerdasan dan ketepatan strategi ini terlihat kembali dari cara Asiyah menunjukkan bayi pada Fir’aun
Asiyah menaruh kembali Musa kedalam tabut dan mengalirkannya di sungai pada aliran yang akan tepat masuk kedalam tempat Fir’aun biasa berkumpul di pagi hari

Tahap awal rencana berhasil, tabut mengalir ke arah kebun tempat Fir’aun menikmati pagi, ketika putri tunggal Fir’aun bermain-main di sungai bersama dayang-dayangnya mereka melihat tabut yang tersangkut di belukar sungai Nil. Para dayang lalu membawa tabut ke hadapan Fir’aun.
Tak ada yang bisa membukanya, tabut baru terbuka setelah Asiyah menedekatinya dan hanya ialah yang bisa membukanya.
Beberapa detik sesudah kejadian aneh adalah sesuatu yang melenakan, Fir’aun akan lupa pada kebijakan yang sedang dilaksanakannya, turut larut dalam euforia kebahagiaan menemukan bayi lelaki.
Asiyah tahu pasti meski Fir’aun sangat mencintai putrinya tetapi tentu saja kehadiran bayi lelaki dinantikannya pula.

Anak perempuan Fir’aun turut larut dalam bahagia, ia memegang bayi dan menyeka keringat yang ada pada wajah dan lengan bayi, spontanitasnya adalah memegang luka-luka borok yang terdapat di tubuhnya, dan itulah yang ia lakukan setelah memegang bayi, keajaiban terjadi, lukanya seketika itu hilang.
Euporia terjadi untuk kedua kalinya, kesembuhan yang dinanti selama ini.
Euporia kedua ini bukan tanpa rencana, cara penyembuhan seperti yang terjadi telah dikisahkan banyak peramal.

Asiyah merekam semua dengan baik, ketika melihat sosok bayi Musa, pikiran terletak antara harapan dan taktik. Rasa cinta pada musa yang telah tumbuh melahirkan harapan, bahwa makhluk yang pernah diombang-ambing lautan yang keringatnya bisa menyembuhkan putri Fir’aun adalah bayi yang baru saja ditemukan dayang-dayangnya.
Rencana mencipta euporia yang berhasil.

Euporia itu tidak lama, para algojo penjagal selalu bersiaga dengan kabar bayi yang terlahir ditahun itu.
Mereka kemudian mendatangi Fir’aun dan membuat Fir’aun tersadar.
Bayi diperiksa dengan seksama, dan teridentifikasi dengan jelas bahwa itu adalah dari kalangan Bani Israil.
Namun apa daya, euporia telah tercipta, menutupi hati dengan keraguan, putri kesayangan telah sembuh. Taktik jitu Asiyah berhasil

Tarikan antara rayuan wanita pendamping dan gemuruh para menteri dan algojo,
Para algojo kehilangan kengototan, kini tawaran menjadi dua, tidak hanya membunuh bayi yang ada dihadapan, mereka mendengungkan “bunuh atau buang kembali ke sungai”
Fir’aun sesungguhnya teguh pada titahnya, ia menetapkan bahwa keputusannya adalah membunuh bayi bani Israil, yang ternyata masuk jantung pertahanannya.
Jurus pamungkas diketahui Asiyah, ia tahu bahwa Fir’aun mendamba hadirnya seorang Qurrata ‘Ayun, seorang penyejuk hati, maka Asiyah berujar dengan lembut
“Jangan membunuhnya, bisa saja ia bermanfa’at buat kita, kita jadikan ia anak angkat, agar ia menjadi penyejuk hati untuk ku dan untukmu”

Rayuan wanita yang tak dapat ditolaknya, wanita beretika tinggi, yang memiliki pesona luar biasa,
Akhirnya jawaban Fir’aun : “bayi itu untukmu”

Ini benar-benar cara komunikasi yang elegan
Bisa dipakai juga dalam dunia pengajaran

Cinta Asiyah, love you bunda, semoga berkumpul denganmu
Semoga mengunjungi rumah yg pernah engkau minta kepada Allah

Semoga Allah menjadikan aku mengikuti jejakmu

Hakikat kata-kata

Bismillahirrahmaanirrahim

Hari-hari yang dipenuhi dengan pencarian

pencarian hakikat makna kehidupan

saya diusia 34 tahun, dengan segala problematika hidup yang menimpa
belum bisa dibilang “sukses” ,
apalagi bebas finansial, hehe
banyak hal-hal “yang masih ditahan oleh Allah”
yang rahasia hikmahnya diketahui beriringan dengan berjalannya waktu

Meski sejak muda, sejak kecil, teman-teman sudah melihat saya sangat agamis
tapi saya keluarga bukanlah dari keluarga “ulama”

semuanya harus dipelajari,
dapat dikatakan dari nol

maka pencarian hakiki dimulai setelah modal ilmu “dari sekolah sampe kuliah” di dapat

pencarian itu melabuhkan kesimpulan pada
awal mula semuanya adalah
MEMPERBAIKI KATA-KATA,

sebab :
“Tidaklah seseorang mengucapkan suatu kata-kata kecuali disisinya ada Raqib ‘atiid (pengawas pencatat)”
(Qaaf : 18)

Istilah Raqib Atid sudah dikenal sejak kecil sebagai nama Malaikat pencatat amalan,
dan ternyata “amalan” yang dimaksud adalah perkataan

berat merenungkan ternyata perkataan itu mendapat “perhatian spesial”
Berkata-kata harus bermakna, karena itu termasuk pusat perhatian para malaikat

Kata-kata selain dicatat, ia memiliki efek dan khasiat tertentu
demikianlah hasil perburuan mengarahkan persepsi

dimulailah perburuan tentang perkataan-perkataan mulia
yang memiliki efek khasiat baik bagi kehidupan
ketika kita sudah mengerti dengan hakiki kata-kata yang memiliki khasiat baik
maka, “perkataan kita dalam bergaul akan terarahkan sebaik-baiknya, Allah akan menunjukkan jalan terang kepada perkataan”

mengingat resiko pencatatan amalan yang dimulai dari “perkataan”
selama kemampuan “berkata-kata” yang baik masih minim
maka “diam lebih utama”

tetapi diam meski utama
berkata-kata yang baik jauh lebih mulia

Jalan terang menuju berbicara dengan cara dan tema yang baik
adalah dimulai dengan banyak menyebut nama Allah

Cerita yang diabadikan oleh Imam as Samarqandy di bukunya Tanbeh al Ghafilin bi Ahaadits Sayyid al Anbiyaa wa al Mursaliin, menginspirasi tentang dzikir kepada Allah yang dapat menjadi jalan penerang dan penjaga lisan

Ibnu Abbas berkata “Sesungguhnya Allah ketika menciptakan arsy memerintahkan para malaikat pemikul arsy untuk memikulnya, Para Malaikat sangat terbebani dengan beratnya arsy, mereka kepayahan.
Allah kemudian berkata pada mereka, katakanlah “subhaanallah”
Merekapun mengatakan “Subhaanallah”
kata-kata itu pun menunjukkan khasiatnya, arsy yang berat tak terasa lagi, semuanya menjadi ringan,
maka merekapun mengucapkan SUBHAANALLAH tiada henti.

Hingga Allah menciptakan Adam, dan Adam bersin,
Allah lalu mengilhamkan pada Adam agar berkata “Alhamdulillah”
Adam pun mengatakan ALHAMDULILLAH
seketika Adam mengucapkan kata-kata tersebut, Allah menjawabnya : Tuhanmu menyayangimu, karena kasih sayanglah Aku menciptakanmu

sontak para Malaikat terkagum-kagum dengan jawaban Allah atas perkataan Adam, mereka pun memahami arti penting dari perkataan Adam, arti penting Alhamdulillah.
mereka lalu berkata : “Kalimat kedua yang agung dan mulia, tidak layak bagi kita melalaikannya,
maka merekapun memasukkan kata kedua ini, sehingga setelah itu mereka berkata sepanjang waktu : SUBHAANALLAH ALHAMDULILLAH

Hingga kemudian Allah mengutus Nuh, dan zaman Nuh adalah awal permulaan “patung-patung disembah”
Allah memerintahkan kepada Nuh agar menyuruh manusia dizamannya untuk berkata “Tiada yang disembah kecuali Allah – Laa Ilaaha Illa Allah” maka Allah akan ridha pada mereka

Mendengar perkataan Allah, bahwa dengan berkata ‘Laa Ilaaha Illa Allah, maka Allah akan ridha”
Para malaikat pun riuh rendah : “Ini perkataan ketiga yang agung dan mulia, tidak layak bagi kita melalaikannya, maka merekapun menggabungkan dengan dua perkataan pertama.
Sesudah itu para malaikat berkata sepanjang waktu : subhaanallah walhamdulillah wa laa Ilaaha Illa Allah

Hingga datang zaman Ibrahim,
Allah kemudian memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan putranya, yang kemudian diganti dengan domba
tatkala melihat domba, nabi Ibrahim sangat gembira lalu berkata “Allahu Akbar”
Kata-kata yang diucapkan nabi Ibrahim membuat para malaikat riuh rendah kembali,
mereka berkata : Ini kalimat keempat, maka mereka menambahkan sehingga berkata sepanjang waktu
“subhaanallah wa alhamdulillah wa laa Ilaaha Illa Allah wa Allahu Akbar”

Ketika Jibril mengisahkan peristiwa ini kepada nabi Muhammad, nabi Muhammad terkagum-kagum dan mengomentarinya ‘Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah al ‘Aliyy al ‘Azhim”

Jibril pun memerintahkan, “tambahkan pada yang sebelumnya hingga menjadi 5 kalimat

Kisah latar belakang perkataan-perkataan yang mulia ini diperkuat dengan suatu rangkaian cerita, saat Israfil turun kebumi
turunnya Israfil yang bikin kaget seluruh malaikat, ketakutan bahwa itu terjadinya kiamat, ternyata Israfil turun dengan seperangkat test dan perintah untuk nabi Muhammad, pengen ngumpulin keseluruhan cerita ini,
cerita yang dikisahkan nabi Muhammad terpisah-pisah

Israfil berkata : Wahai Muhammad ucapkanlah kalimat-kalimat berikut

dzikir_keren

Jika menyebutkan kalimat-kalimat tersebut satu kali saja dalam sehari,
maka
Kalimat-kaliamt tersebut memiliki efek :
1. dikategorikan tukang banyak dzikir
2. mengucapkan dzikir yang paling utama
3. dikasih satu petak ladang di surga
4. berguguran dosa-dosanya, seperti daun-daun yang berguguran di musim gugur
5. Allah memandangnya, dan barang siapa yang berhasil merebut pandangan Allah, maka Allah tidak akan mengadzabnya

Kisah diatas disarikan dari Tanbeh Ghafilin – Imam as Samarqandy no 616

Oh kata-kata…..
demikianlah hakikat kata-kata
meresapi maknanya, maka 5 kata mulia itu menjadi sesuatu yang sangat berharga

hari-hari yang bikin gusar,
ketika promo-promo bisnis-bisnis, banyak yang menyerempet kepada “kata-kata yang menunjukkan kekufuran”
sedih
semoga segera, bisa bikin rilis , penelitian sederhana, menyelamatkan ummat dari tempat bisnis “kotor”, yang sejengkal demi sejengkal mengarahkan pada “kekufuran”

sebab, jangankan bisnis “al kisah suatu ketika Rasulullah di Hudaibiyyah, sesudah turun hujan, mengatakan sesungguhnya seorang hamba berada dipagi hari ada dalam keadaan mukmin ada dalam keadaan kafir”
semua terhenyak, seorang hamba Allah tapi kafir?
Rasulullah melanjutkan “jika saat hujan berkata ini adalah karunia Allah, maka ia beriman padaku dan kafir kepada bintang. Adapun jika ia berkata hujan turun, karena saat ini bintang ini berada pada suatu posisi x terhadap bumi yang menyebabkan musim hujan, maka sesungguhnya ia kafir padaKu dan beriman pada bintang

do’aku : “Semoga Allah mengampuni Ummat Muhammad, menyayangi Ummat Muhammad, memberikan rizqi dari jalan terbaik, yang dibalut dengan kata-kata baik, kata-kata keimanan, dijauhkan dari kata-kata yang menjerumuskan pada kekufuran”
Aamien Yaa Rabb al ‘Aalamien

wallahu ‘alam bi ash showab

Konstantin, oh Konstantin, malangnya nasibmu

Bismillahirrahmaanirrahim

Suatu Hari saya menulis status FB begini :

aku tak dapat menuduh kaisar Konstantin sebagai “agen paganisme keberhalaan”,

karena, suatu fakta yang tampak “kebetulan bersamaan” bisa jadi penyebabnya berbeda.

misal : “Sebelum dipindahkan, Adalah perintah Allah kepada Rasulullah untuk shalat menghadap baitul maqdis. Orang Yahudi bilang ummat islam ikut2an orang yahudi”. Faktanya selama 16 bulan sejak hijrah, Rasulullah shalat hanya menghadap baitul maqdis. Menurut ummat Islam itu adalah bentuk keta’atan kepada Allah, kata orang yahudi itu ikut-ikutan.

Nah dalam kasus “Kaisar Konstantin” yang mengadopsi agama Kristen menjadi agama resmi Byzantium, banyak tuduhan padanya menjadi pencampur Kristen dengan agama pagan, dari manakah sumber persepsi ini? bagaimanakah jika kelak dihadapan Allah terbukti bahwa Konstantin adalah seseorang yang sungguh-sungguh dihatinya ada keimanan pada nabi Isa?

atas status saya di fb diatas, sahabat saya di sma menulis komentar begini :

Ko mempertahankan seolah2 konstantin n konsep trinitas diperbolehkan, sdh tau jelas haram karena mempersekutukan Alloh, jangan memahami sejarah karena sejarah mereka sembunyikan sampai bertahun2 sampai mereka anggap kebohongan jd kebenaran, toh umat kristiani dan yahudi sdh membohongi manusia sedunia, kajilah sejarah dari Alquran, bukan sebaliknya, antum semua bergerak di bidang edukasi, kajilah dgn benar jgn mengikuti jejak mereka (kristiani dan yahudi) sehingga membenarkan langkah mereka

dan diujungnya begini :

Esensi dasar nya sih ak titip jangan sampe nyari sejarah yang bisa membenarkan kebohongan mereka, Islam benar tapi tidak dipaksakan kebenaran nya, mereka salah biarlah berlalu dalam kesalahan nya jangan dicari pembenaran nya, itu pesan saya buat tmen2 di dunia edukasi krn bukan ranah saya

Dari pertanyaannya tersebut,
Saya bertanya pada diri sendiri.

kenapa saya begini?

banyak hal yang menurut saya, mesti diperbincangkan
banyak hal yang menunjukkan harus mempelajari tema ahli kitab dengan sebaik-baiknya
sebab Al Qur’an tidak berbicara kesalahan ahli kitab dengan generalisir saja

sesungguhnya al Qur’an berbicara sangat detil, kedetilan yang tidak bisa saya abaikan.

Tentang konsep Trinitas yang sekarang paling banyak diyakini kalangan kristen,
sebagian besar orang Indonesia,berkeyakinan bahwa orang Romawi (Konstantin) lah yang menyusupkannya pada Kristen.
padahal buku-buku sejarah islam terpercaya tidak berbicara demikian.

Al Qur’an tidak pernah merujuk kesalahan trinitas, disebabkan “satu orang”
Konstantin adalah “penerima jadi” yang memoderatori kekisruhan

Atas banyaknya buku-buku yag beredar yang menyalahkan konstantin atas perannya dalam percampuran paganisme dan Kristen,
perlu kiranya saya melakukan pertanyaan-pertanyaan Kritis

saya tidak bisa menelan bulat-bulat, seperti apa yang ditulis Dan Brown
karena “fakta” boleh akurat, tetapi “penyebab” yang melatar belakangi bisa “tergantung sudut menyimpulkan”

seperti saya bilang diawal dalam kasus kiblat ummat Islam,

atau dalam kasus yang pernah menimpa Bunda Aisyah,
faktanya Bunda Aisyah naik onta “lelaki lain”
dituntun onta itu, oleh seorang lelaki.
sudut pandang “hati yang berpenyakit” melihat peluang gosip
maka tersebarlah bunda Aisyah yang mulia, berbuat tidak senonoh
dan justru gosip inilah yang diterima secara masal
gosip yang menelan korban 3 orang kaum mukminin dihukum 80 cambukan karena penyebaran berita bohong

itu kisah Aisyah, adalah kisah yang terjadi saat orang-orangnya masih hidup,

apalagi tentang kisah sejarah, yang kita hanya bisa menelusuri “jejaknya”
bukti-bukti yang sulit dikonfirmasi.
bertambah berat lagi, “wahyu telah tidak turun”

Konsep trinitas itu, telah al Qur’an sebut,

point besarnya : “kenapa para sahabat tidak bertanya siapa pencetus konsep trinitas?”

ayat-ayat menunjukkan bahwa trinitas adalah kesalahan “kolektif”

maka saya tidak bisa menuduh Konstantin sebagai “agen pagan”
apapun kesalahan yang dilakukannya, kelak akan kita ketahui di akhirat.

berita-berita, macam yang ditulis dan Brown di Da Vinci Code, atau berita lainnya
tidak dapat saya telan bulat-bulat.

Bangsa Romawi , adalah bangsa yang menerima “janji superioritas”
karena kasih sayang yang mereka tunjukkan pada nabi Isa.
“cara berkasih sayang” dan “mengikuti” nabi Isa yang salah saja, bisa melahirkan “superioritas demikian

ini adalah tentang janji Allah dalam surat Ali Imran ayat 55
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya”.

ubek-ubek buku tafsir tentang ayat ini, tentang bagian yang ditebalkan,
ada yang menyebut yang berada di atas itu adalah “Romawi”
Dalam perspektif kita “Romawi salah dalam cara mengikuti Nabi Isa, yang mereka miliki hanya rasa sayang”
mereka dalam kesalahan , mendapat janji Allah, karena “teks nya demikian”, sedikit rasa sayang kepada nabi Isa melahirkan superioritas

apalagi, jika kita menyayangi nabi Isa, dan mengikutinya dengan cara yang benar
sesuai cara yang ditunjukkan Al Qur’an
Rasulullah telah menyampaikan “Kita lebih berhak atas Isa dari siapapun, karena antara aku dengannya tidak ada nabi lain, dan dia adalah khalifahku pada ummatku sesudahku

Bagaimana kita mewujudkan, keberhakkan kita atas nabi Isa?
ini adalah sesuatu yang harus digali
mencari bagaimana “mengikuti nabi Isa dengan cara yang Al Qur’an tunjukkan”

maka dari itu,
semua ini harus diungkap, mengambil apa yang “benar” dari sikap bangsa Romawi, dan membuang yang salah.

juga
saya tidak mau diakhirat malu sama Konstantin, kalau sekiranya ternyata dia tidak bersalah,
dan termasuk kalangan yang beriman, saya akan sangat malu pernah menuduhnya

Nah, point ini yang harus selalu kita ingat, manusia akan dikumpulkan, dan dihadapkan pada hisab dan pengadilan.
Kita akan berjumpa Konstantin
jadi saya perlu memeriksa semua bukti sejarah dan menyimpulkan

akan halnya bangsa Romawi dan kekuatannya, Rasulullah telah condong hatinya pada bangsa Romawi, sebagaimana dalam perang Romawi-Persia tahun 615 Masehi.

Rasulullah juga pernah meminta agar Romawi dijadikan bagian integral ummat Islam

tapi ternyata ….
Bangsa Romawi ini menjadi “kunci” atas peristiwa kiamat
Roma, Vatikan, baru akan tertaklukan 5-6 tahun sebelum Dajjal keluar

berbeda dengan bangsa Persia,
yang telah tertaklukan beberapa saat saja, setelah Rasulullah wafat
keseluruhan Persia tertaklukan dizaman Utsman Bin Affan
meskipun beberapa kali terjadi pemberontakan

Atas fenomena yang akan terjadi setelah wafatnya, Rasulullah bersabda “orang non arab yang paling berbahagia dengan Islam adalah Persia, dan orang non Arab yang paling menderita tersebab islam adalah orang Romawi” (Jaami’ Ma’mar Bin Rasyid 19925)

Wallahu ‘alaam bish showab

Nabi Isa dan Sejarah Awal Kristen (4)

Bismillahirrahmaanirrahim

dalam tiga tulisan sebelumnya, terlihat bahwa bibit konsep trinitas telah ada bahkan sejak nabi Isa masih hidup.

Manusia tidak tahan saat melihat banyak keajaiban terjadi, daya nalar nya akan berkata “orang ajaib” bukan “manusia biasa”

AL Qur’an menyebut nabi Isa memiliki para Hawariyyin, 14 orang ada juga yang menyatakan 12 orang
Dalam catatan Islam, baik dalam al Qur’an maupun dalam hadits , sedikit sekali berbicara tentang para Hawariyyin.

Dalam catatan kristen, murid no 1 nabi Isa , yang dianggap pemimpin penerusnya adalah Peter.
Peter, dengan banyak tekanan yang menimpa di Palestina, bergerak terus ke utara hingga mencapai Roma, hidup dan mendakwahkan Kristen di Roma, kemudian wafat di Vatikan.

Dogma dan ajaran Kristen terus melaju bersama waktu
perbedaan-perbedaan yang ada terus mengalami friksi yang hebat.

Kelompok paling ekstrim adalah yang menganggap bahwa Isa adalah Allah, kelompok Jacob

Kemudian kelompok yang paling banyak adalah kelompok yang menganggap bahwa Isa adalah anak Allah. Kelompok kedua ini beragam alirannya.

(MAHA SUCI ALLAH DARI SEGALA MACAM SIFAT YANG MEREKA NISBAHKAN)

kelompok yang ketiga dan sangat sedikit, yaitu kelompok kristen yang bertauhid.

Ketika Kaisar Romawi tahun 300 an, Konstantin mengadopsi Kristen menjadi agama resmi, corak ragam yang diambilnya adalah pendapat kedua, dengan tipikal keyakinan yang menganggap ada Tuhan Bapak, tuhan anak, dan ruh kudus, juga menyembah Maryam.

Tatkala islam datang semua kelompok dikomentari al Qur’an dengan cara yang berbeda

Pada kelompok yang menyatakan bahwa Allah adalah Isa, Allah memberikan peringatan sangat keras. Peringatan akan adzab yang tanpa peluang untuk dapat keluar darinya.
Kita dapat melihat tipikal ancaman bagi kelompok ini dalam surat al Maidah ayat 17 dan 72

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Al Maidah : 17)

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (al Maidah : 72)

Pada kelompok ini, seolah tiada harapan akan keimanan mereka. Orang-orang yang akalnya tidak dipergunakan untuk memahami “makna dari sebuah keajaiban”.
mereka telah diambil sumpahnya untuk tidak menyekutukan Allah dan ternyata tidak tahan dengan ujian “keajaiban-keajaiban nabi Isa”

Pada Kelompok kedua yang menyatakan bahwa, Isa adalah anak Allah, yang berarti ada Tuhan Bapak, roh kudus, dan menyembah Maryam, ada label yang Allah sematkan pada mereka, bahwa mereka juga telah kafir.
tetapi saat menelusuri ayat-ayat Al Qur’an yang terkait kelompok ini, seolah ada “harapan” bahwa mereka menghentikan semua hal ini.

misal dalam surat an Nisa ayat 171 :
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu , dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, ‘Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (An Nisaa : 171)

kemudian dalam surat al Maidah ayat 73
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (al Maidah : 73)

puncak dari “pengadilan”, bagi kaum nashrani yang menganggap Isa adalah anak Allah, dan mereka menyembah Maryam dan Roh kudus, adalah saat semua hal ini dipertanyakan kepada Isa.

Dalam al Qur’an disebutkan dalam surat Al Maidah ayat 116-117

“Dan ketika Allah berkata: “Wahai ‘Isa putera Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (al Maidah : 116-117)

Dari ayat diatas kita melihat, bahwa kelompok yang sangat “ekstrim” dalam kesesatan, yaitu menyebut bahwa Allah adalah Isa, sudah tidak pernah disebut lagi. mereka adalah seburuk-buruk kelompok.

Adapun pada kelompok yang memilih meyakini trinitas, Allah mengadakan pengadilan bagi mereka, dengan nabi Isa sebagai “saksi”. Keberadaan saksi adalah membuka suatu peluang “pembelaan” atau justru memperberat.

perhatikanlah ayat 118 surat al Maidah, tentang apa yang dilakukan nabi Isa bagi kelompok trinitas ini :

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (AL Maidah : 118)

Konsep Trinitas : Tuhan Bapak-Jesus-Roh Kudus, dan juga menyembah Maryam disaat yang sama,
adalah konsep yang berkembang pesat hingga saat ini.

Karena harapan yang terbentang luas inilah, maka Rasulullah sangat berhati-hati dalam mendebat kaum Nashrani.
surat-surat yang “sangat lembut” diberikan kepada Heraklius sang kaisar, Muquqis gubernur Mesir,
mereka adalah tipikal-tipikal orang kristen yang berkeyakinan demikian.

pun meskipun orang kristen najran (Yaman) yang ditenggarai memiliki keyakinan sangat ekstrim, bahwa mereka meyakini Isa adalah Allah, saat mereka datang untuk “berdebat” dengan Rasulullah,
jejak debatnya dapat kita ketahui dalam surat Ali Imran

Harapan akan berimannya orang-orang Nashrani adalah suatu harapan yang sangat besar,
adalah suatu janji dari Allah bagi mereka yang beriman pada nabi Isa :

(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya” (Ali Imran : 55)

maka dari itu , harapan akan keislaman mereka adalah sesuatu yang harus ditumbuhkan,
berhati-hati dalam berdebat, dengan kalimat santun, yang meluruskan.

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)“. (Ali Imran : 64)

Adalah alkisah, seorang prajurit Islam melawan pasukan Romawi. saat prajurit islam tertawan, setiap kali shalat ia membayar tebusan kepada seorang pasukan Romawi. Ketika tebusan terpenuhi, ia memilih pulang ke negeri Islam. sebelum pulang sang prajurit berkata kepada salah seorang pasukan itu : “kita akan berpisah, dan semoga Allah mewafatkan engkau dalam agama yang diridhaiNya”

kata-kata yang langsung merasuk dalam hati si anggota pasukan Romawi, mereka tak banyak berdebat, tak ada saling melukai dalam ejek-mengejek ibadah.
dengan kata-kata cinta yang menyentuh hati, anggota pasukan Romawi itu masuk Islam

wallahu ‘alam bishshowab

nabi Isa dan sejarah awal kristen (3)

Dalam artikel sebelumnya telah saya sebutkan,
Bahwa nabi Isa dikejar-kejar para petinggi Bani Israel.
Nabi Isa hidup di persembunyian,
Kemudian Allah wafatkan dan diangkat kelangit.
Murid yang membocorkan tempat persembunyian kemudian diserupakan nabi Isa dan dialah yang disalib.

Semua mengira nabi Isa yang disalib, termasuk Maryam dan murid-murid setianya, nabi Isa kemudian diperintah Allah untuk mengabarkan pada mereka apa yang sesungguhnya terjadi.

Sesudah mengabarkan, nabi Isa kembali ke langit.

Apakah kemudian bunda Maryam dan para pengikut setia mengabarkan akan hal bahwa nabi Isa tidak disalib? Tetapi diangkat ke langit.

Menceritakan peristiwa ini pada masyarakat bukanlah hal mudah.
Apalagi dalam kondisi represif yang terjadi kepada para Hawariyyun.

Kechaosan informasi terjadi, mereka yang tidak melihat langsung turunnya nabi Isa, tentu tetap meyakini bahwa yang disalib itu adalah nabi Isa.

Waktu yang singkat, 6 tahun, hingga Maryam kemudian wafat.

Murid-murid nabi Isa, para hawariyyun meski berada dalam kondisi represif, tetap mendapat tempat dihati masyarakat. Mereka adalah para rasul-rasul utusan yang memiliki mukjizat sebagaimana yang nabi Isa miliki.
Kerepresifan bertambah dahsyat.

Ulama-ulama Bani Israel berkumpul untuk mengambil sikap atas apa yang terjadi, sidang yang asalnya beranggotakan 100 orang tidak menghasilkan konklusi, peserta sidang pun dikerucutkan menjadi 10, dan kemudian menjadi 4.
4 orang ini dianggap dapat mewakili pendapat-pendapat tentang apa yang terjadi.

Orang pertama mengajukan pendapatnya, ia berkata bahwa Isa adalah Allah .. Ini adalah cikal bakal kristen Jacobus, dalam bahasa arab Ya’qubiyah. Dan banyak dari sisi 100 orang yang sependapat, dan demikian pula manusia yang turut hadir dalam sidang tersebut.

Orang kedua mengajukan bahwa nabi Isa adalah anak Allah, ini adalah bibit konsep trinitas

Orang ketiga mengajukan, bahwa Isa adalah hasil perbuatan tidak senonoh Maryam. Ini adalah cikal bakal sekte-sekte kristen yang dekat dengan Yahudi. Banyak dari 100 dan manusia yang mengikuti.

Orang keempat mengajukan sebagaimana yang al qur’an sampaikan, bahwa Isa adalah hamba Allah, yang Allah tiupkan ruh padanya, dan kalimatNya diberikan pada Maryam. Pendapat ini mendapat reaksi keras. Ini adalah cikal bakal kristen tauhid.

Jadi disini jelaslah bahwa,
Mereka yang berdebat tentang Isa, bukanlah para hawariyyun, tetapi kalangan ulama bani Israil

Jadi Aqidah kristen tumbuh dalam kekacauan, simpang siur berita, argumen bunda Maryam yang tiada di dengar. Para Hawariyyun yang diambil kemanfaatannya, diikuti, tapi terjadi kekacauan otoritas.

Tidak ada satu pemegang otoritas yang menyatakan mana yang benar mana yang salah …

Tentang penyaliban, tentang status Isa, bagi masyarakat tiada kejelasan.
Semua berkembang dengan liar.
suatu agama yang tumbuh setelah sang nabi diwafatkan.

Kalangan lurus yang beriman pada nabi Isa meyakini bahwa nabi Isa adalah hamba Allah dan utusannya, yang ruhnya dariNya, dan kalimat Allah diberikan pada Maryam. Mereka hidup bersama masyarakat yang memiliki persepsi yang berbeda terhadap Isa as.

Sesungguhnya kalangan beriman yang dari pengikut nabi Isa ini dijanjikan sesuatu yang indah oleh Allah

“Ketika Allah mewahyukan kepada Isa : “wahai Isa sesungguhnya aku mewafatkan kamu dan mengangkatmu padaku, dan mensucikan kamu dari orang-orang kafir, dan Aku menjadikan orang-orang yang mengikutimu memiliki superioritas atas orang-orang kafir hingga hari kiamat. Kemudian pada Aku lah kalian semua dikembalikan dan aku akan membuat pengadilan diantara kalian tentang apa-apa yang kalian perselisihkan”
(Ali Imran : 55)

1 Ramadhan Tidak (mungkin) dua kali, setiap tanggal adalah sudah pasti

Kiamat kapan sih?

Apa jawabanmu?

Yang jawab hari jum’at betuul
Tapi Jum’at kapan? itu rahasia Allah

Demikianlah bahwa hari itu telah pasti, putaran ahad-senin-selasa-rabu-kamis-jum’at-sabtu,
Semua hari itu telah beredar sesuai rotasi hari-hari dengan benar.

Rasulullah menegaskan hal itu dalam haji wada’,
Kalender penetapan putaran hari telah benar.

Adapun penanggalan

Tidak ada yg tidak pasti dalam sistem penanggalan, ia adalah sesuatu yg exactly pasti di sisi Allah, dimana waktu berjalan menuju suatu titik hingga habis dan setelah itu perjalanan waktu pupus terhenti, tinggalah keabadian.

Dari sisi manusia, penanggalan yang tepat, adalah kerja hitung dan pengamatan,
Allah memberikan perangkat-perangkat agar manusia mampu menentukan tanggal-tanggal dengan benar sesuai apa yg terjadi di langit sana

Sistem kalender itu telah tercatat di lauh mahfuzh, Allah berfirman : “sesungguhnya bilangan bulan-bulan di sisi Allah adalah 12bulan, di dalam sistem pencatatan (di sisi) Allah… (At taubah : 36)

Ayat ini menggambarkan, bahwa semua itu telah pasti,
Tanggal-tanggal adalah suatu kepastian,
Bahwa kalender akurat adalah kebutuhan bagi manusia,
Allah menantang manusia agar dapat menentukan dengan benar tanggal-tanggal,
Allah berfirman : “Dan Dialah Allah yang menjadikan matahari sebagai sinar, dan bulan sebagai cahaya, dan Dia menetapkan tempat-tempatnya, untuk mengetahui Hitungan tahun-tahun dan matematika semesta, Tidaklah Allah menciptakan semua itu melainkan dengan kebenaran, Allah senantiasa merinci tanda-tanda kebesaranNya bagi kaum yang selalu ingin mengetahui” (yunus:5)

Ada pula ayat yang senada : “Dan Kami telah menjadikan malam dan siang sebagai 2 petunjuk, Kami menghapus petunjuk malam dan Kami jadikan petunjuk siang sebagai waktu terang agar kalian mencari rizqi di siang hari dari Tuhan kalian, dan agar kalian mengetahui hitungan tahun-tahun dan matematika semesta, Dan segala sesuatu telah Kami detilkan dengan serinci-rincinya” (al Israa : 12)

Petunjuk itu ada, akal budi manusia yang harus mengambil kesimpulan yang tepat akan petunjuk-petunjuk

1 Ramadhan disisi Allah adalah suatu agenda besar,
Yang melibatkan semesta,
Ketika semua pintu langit terbuka,
Malam pertama Ramadhan, malam yg disambut suka cita para malaikat, tidakkah kita ingin bersuka cita bersama, menyambut dengan do’a terbaik, menyambut dengan amalan terbaik,

Tentang implikasi hukum,
Tentang kewajiban dan larangan,
Jika kita salah menentukan tanggal 1 Ramadhan,
Salah menetapkan tanggal 1 Syawal,
Kita pasti sama-sama meyakini, bahwa Allah Maha pema’af,
Kita mengenal instrumen kafarat bagi kesalahan,

Sungguh, permasalahannya adalah bukan hukum fiqh,
bukan surga neraka,
Ini adalah ketepatan dalam menyamakan kalender kita dengan keadaan dilangit sana,

Dimana setiap malam, setiap hari, keadaan berbeda, keutamaan berbeda,

Di malam 1 syawal saat Allah memberikan hadiah berlimpah bagi yang berpuasa,
Saat Allah mengumumkankan pahala yg diberikan,
pun kemudian Saat shalat ied ditegakkan,
Kabar gembira yang Allah sampaikan langsung, tentang pemaafan dan pengabulan,
Malam Itu bukanlah malam yg berulang 2kali,
Pagi ied tiada berulang dua kali
Perhitungan itu telah pasti,
Dalam setahun hanya ada sekali malam 1 Ramadhan, hanya ada 1 kali malam 1 syawal,
Dan tugas kita mencari yang tepat

Tentang perbedaan Ramadhan atau Syawal, atau bulan lainnya,
Seperti tahun ini atau tahun-tahun sebelumnya,
Salah satu dari tanggal itu adalah benar, dan yang lainnya adalah salah, sampai kapankah?

Semoga kita dapat bekerja sama, membaca langit, menetapkan tanggal seakurat mungkin, menyesuaikan dengan apa yg terjadi di langit sana

Waffiqna Yaa Rabb

jaga kata (koreksi buat ustadz salim fillah)

Kata-kata ini manis, tapi lah kok saya worry ya,
Mencoba mencari referensi semisal dari hadits atau perkataan ulama salaf tapi kok ga nemu ya, mungkin ada yg nemu ? ….

Kata-katanya begini :
Siapa yang menjauh saat kebenaran lemah, dia tak diperlukan saat kebenaran kuat….

Adakah yang nemu, kata2 semisal demikian, sehingga tenang hatiku bahwa kita boleh berkata demikian?

Berdasar pehamanan saya

Dunia ini adalah pertarungan, pasti mengundang keberpihakan,

Dan kita adalah pejuang kebenaran, hingga kapanpun akan berharap banyak yang mendukung kebenaran,

Lupakah akan perang uhud? Saat lemah, banyak yang lari dari kelemahan, apakah Rasulullah mendoakan keburukan?

Lihatlah, saat perang hunain, tatkala bersisa 100 orang yg tsabat dalam perang,
Apakah sisanya didoakan buruk, atau misal tidak dipedulikan oleh Rasulullah….

Tsabatlah dalam berkata-kata,
Bertakwalah pada Allah dalam berkata-kata,
Adalah tabiat manusia menjauh saat lemah, dan datang saat kuat,
Dan kita pejuang kebenaran selalu mendo’akan kebaikan dan berharap yang terbaik bagi seluruh ummat manusia,

Juga tugas kita untuk tidak menunjukkan tanda-tanda kesombongan apapun,

Saat orang2 berduyun-duyun disaat kebenaran kuat, Allah memerintahkan kita bertasbih dan beristighfar,
Bukan mencemooh yg bergabung,

Bahkan saat perang sekalipun, Allah berfirman : “janganlah engkau berkata pada mereka yang mengucap salam : Engkau bukan orang mukmin!” (An nisaa:94)

Ini kritik dan taushiyah saya buat ustadz salim fillah yg membuat quote tersebut,
Quote nya makin banyak yg mengutip,
Semoga yg kenal atau membaca ini menyampaikannya pada beliau,

Kita adalah pejuang kebenaran, pewaris para nabi, menjaga kata adalah salah satu penyebab kemenangan

Jazakumullah khairan

Memperbaiki Prasangka kepada Allah – Kisah nabi Shalih

Kisah Nabi Shaleh

 

Nabi Shaleh diutus Allah kepada Tsamud. Nabi shaleh adalah nabi kedua setelah Hud yang berbahasa arab dan diutus di tengah-tengah bangsa arab. Jika kaum ‘Aad tinggal di selatan kawasan arab, maka nabi Shaleh mendiami kawasan utara jazirah arabia, antara Hijaz (Mekkah, Medinah, Thaif) dan Syam. Kawasan Al Hijr lembah al Qura.

Dalam perjalanan perang Tabuk, Rasulullah melewati kawasan ini. Rasulullah melarang sahabat untuk memasuki kawasan dan meminum air dari kawasan tersebut. Adapun jika ada keperluan memasukinya maka harus masuk dalam kondisi menangis. Jika tidak masuk dalam keadaan menangis maka akan tertimpa seperti apa yang menimpa Tsamud.

Membaca kisah Tsamud memerlukan berbagai pisau analisa atas apa yang terjadi. Karakter masyarakat Tsamud yang digambarkan Al Qur’an yaitu suatu sikap dan perilaku yang melampaui batas-batas.  Apakah yang dimaksud dengan sikap melampaui batas ini? Saya justru menemukan suatu sikap dan perilaku setengah-setengah. Masyarakat Tsamud adalah masyarakat yang mengikuti selera hawa nafsu mereka. Namun hal itu mereka lakukan dengan sedikit ketakutan pada hal-hal bersifat magic, maka di suatu titik mereka terkadang mengikuti perintah nabi mereka, tetapi tidak mengikuti dengan keta’atan dan totalitas. Mari kita mulai kisah ini dari masa sebelum nabi shaleh diutus ke tengah-tengah mereka.

Kaum Tsamud diberikan usia panjang, bahkan dikatakan lebih panjang dari ‘Aad. Tinggal di  kawasan gunung berbatu menyebabkan kesulitan material bermutu untuk membangun rumah. Berbeda dengan ‘Aad yang bumi mereka mengandung pasir berkualitas tinggi yang memudahkan teknologi bangunan berkembang pesat. Kualitas bangunan yang dihasilkan kaum Tsamud selalu mendahului usia mereka yang panjang. Jika mereka membangun rumah dengan kualitas paling hebat yang mereka sanggup, maka rumah tersebut akan rusak dan roboh sedang usia mereka masih panjang.

Tata kelola kota pun akhirnya dibuat sedemikian rupa. Kantor-kantor pemerintahan, tempat berunding dan menerima tamu berupa istana dibangun didataran yang mudah. Adapun rumah dibangun dibukit dengan teknologi membelah, mengukir batu, mendesain gunung menjadi rumah-rumah.

“(wahai kaum tsamud) : dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti kebudayaan ‘Aad dan memberikan kekuasaan bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan” (al ‘Araaf : 74)

Kemampuan menaklukan bebatuan dan mendesain gunungbatu menjadi rumah yang nyaman untuk ditempati membuat kaum Tsamud sangat congkak. Mereka merasa paling terdepan dalam teknologi, menemukan suatu cara hidup yang berbeda dari yang dikenal. Seni memahat yang dikuasai dengan baik menghantarkan Tsamud pada penyembahan apa yang mereka cipta dari ukiran batu. Disini kita melihat bahwa hasil karya masterpiece bisa jadi melahirkan kekaguman yang berujung pada penyembahan, hingga dibuat upacara-upacara ritual untuk mengagungkan apa yang dihasilkan.

Teknik memecah batu yang mereka miliki adalah dengan kapak, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang sangat dihormati adalah kekuatan fisik. Terdapat delapan orang yang kemudian mendominasi masyarakat karena kekuatan fisik yang dimilikinya. Dominasi ini merajai segala bidang, semua hal yang terjadi pada kaum Tsamud diukur dari selera delapan orang ini. Maka potensi dahsyat  yang dimiliki sebagian masyarakat lainnya menjadi potensi yang termarginalkan.

Masyarakat Tsamud adalah cerminan masyarakat yang tidak sehat. Masyarakat yang takut kepada segelintir orang. Sikap yang menyebabkan apapun yang dilakukan kedelapan orang itu, benar ataupun salah, tidak ada seorangpun yang berani memperbaikinya. Kekuatan ternyata melenakan, Delapan orang ini senantiasa bersatu padu dalam setiap keputusan dan berbuat sewenang-wenang ditengah masyarakat.

Kaum Tsamud tinggal dikawasan sedikit air, mereka hanya memiliki satu sumber air. Maka peraturan yang berlaku adalah pemenuhan kebutuhan 8 orang jawara dan kemudian barulah giliran masyarakat lainnya.

Masyarakat yang sakit, sakit dari sisi psikologis, sakit dari sisi ritual, sakit secara sosial. Kepada masyarakat Tsamud yang demikian kemudian Allah mengutus nabi Shaleh.

“dan kepada Tsamud, (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah bumi dan menjadikan kamu dapat mengelolanya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat dan juga mengabulkan do’a HambaNya.” (Hud :61)

 

Sebagai masyarakat sakit yang diliputi rasa takut pada apa yang dinamai kekuatan dan kekuasaan, disebabkan delapan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi sekehendak mereka, maka syi’ar yang dikumandangkan Shaleh adalah bahwa Allah adalah pemilik Kasih Sayang yang mengabulkan do’a-do’a. Shaleh datang dengan harapan keluar dari segala macam belenggu rasa takut.

Shaleh sebelum diutus menjadi Rasul adalah pemuda kuat yang menjadi tumpuan masa depan Tsamud. Kebaikannya dicintai delapan pemimpin dan juga disukai kaum yang termarginalkan. Akan tetapi kaumnya ingkar tatkala Shaleh memulai seruan agar kaumnya mempercayai konsep kenabian, bahwa ia adalah manusia yang diutus Allah untuk menyeru agar mereka hanya menyembah Allah jua, dan tidak menyembah selainNya.

“kaum Tsamud berkata: “Hai shaleh, Sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara Kami yang Kami harapkan, Mengapakah kamu melarang Kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami? dan Sesungguhnya Kami betul-betul dalam keraguan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami, agama yang meragukan.” (Hud : 62)

“Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku anugerah kenabian dari-Nya, Maka siapakah yang akan menolong aku dari siksa Allah jika aku mendurhakai-Nya. sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian” (Hud 63)

Para pemuka kaum berunding. Jika benar Shaleh utusan Allah yang menciptakan semesta, maka semestinya Shaleh datang dengan keajaiban-keajaiban. Pandangan kaum Tsamud terhadap Allah adalah sama seperti kaum ‘Aad. Allah adalah pencipta semesta yang tidak melakukan apapun sesudahnya, urusan bumi menjadi urusan manusia, maka manusia bebas menyembah apa saja yang dikehendakinya, terutama menyembah hasil karyanya sendiri.

Menjelang hari raya yang mereka miliki, Pemuka Tsamud menantang Shalih agar datang dengan keajaiban-keajaiban. Dan mereka pun akan mencoba meminta keajaiban datang pada mereka. Jika Tuhan-tuhan mereka mengabulkan maka merekalah yang berada dalam kebenaran. Tetapi jika Shalih yang datang dengan keajaiban berarti Shalih yang benar dan mereka pun akan percaya dengan kenabian Shalih.

Do’a kaum Tsamud pada Tuhan-tuhan mereka adalah do’a yang sia-sia. Lalu mereka menyaksikan mukjizat Allah bagi nabi Shaleh, yaitu unta merah muda yang keluar dari dalam batu.

“Hai kaumku, Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat yang menunjukkan kebenaran untukmu, sebab itu biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa siksa yang dekat.” (Hud : 64)

“dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka shaleh. ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, Maka biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (al ‘Araaf:73)

 

Kesepakatan telah dibuat, para pengaju tantangan mesti mempercayai konsep kenabian, dan meninggalkan Tuhan-tuhan yang selama ini mereka sembah. Mereka mesti menyembah Allah.

Beberapa saat mereka mengikuti perintah nabi Shalih, tetapi keta’atan setengah-setengah. Keta’atan yang tampak dipermukaan semata. Padahal sesungguhnya mereka tetap mencari jalan untuk kesenangan mereka. Nabi Shalih melakukan pembagian jatah air minum

“Shaleh menjawab: “Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar”. (asy Syu’ara ; 155-156)

Kaum Tsamud menta’ati aturan ini, dengan berbagai makar, diantaranya adalah jika tiba hari giliran minum unta, maka mereka memeras susu unta hingga kering kerontang. Mengisi persediaan air minum dengan susu unta.

Keta’atan yang tidak bertahan lama, para pemuka kaum mulai gelisah dengan keta’atan ini. Mereka mulai ingin menentang, namun keajaiban unta menahan laju pembangkangan.

Suatu ketika nabi Shaleh menyampaikan bahwa unta akan dibunuh oleh seorang bayi yang terlahir dengan ciri-ciri fisiknya mengumpulkan warna-warna : pirang, biru, merah menyala dan merah.

Kaum Tsamud bertekad mencari bayi-bayi yang bersifat demikian.Delapan orang yang berkuasa bertekad membunuh bayi-bayi yang memiliki ciri-ciri fisik seperti yang disebutkan nabi Shalih. Mereka mendapati bahwa ternyata cucu-cucu mereka yang memiliki ciri-ciri fisik demikian. Mereka pun membunuh semua bayi-bayi itu kecuali seorang bayi yang merupakan cucu dari dua orang anggota kelompok delapan ini.

Dua orang dari kelompok ini masing-masing memiliki seorang anak laki-laki dan yang lainnya memiliki anak perempuan, dan mereka menikahkan keduanya. Saat melihat bayi yang menggemaskan, dua orang kakek tidak tega membunuh cucu mereka, dan membiarkannya hidup, meski bayi tersebut memiliki ciri fisik sebagaimana yang diucapkan nabi Shalih.

Bayi yang semakin hari semakin menampakkan keajaiban, bayi tersebut tumbuh dengan cepat, hitungan hari menjadi hitungan bulan, bulan menjadi tahun. 6 orang lainnya yang cucu-cucu mereka telah dibunuh, menyesal dengan pembunuhan yang telah terjadi. Mereka menyalahkan nabi Shalih.

Suasana psikologis masyarakat terbelah menjadi dua, pendukung delapan pemimpin, dan pendukung nabi Shalih. Kedua kelompok melakukan perang dingin adu opini

“dan Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada Tsamud saudara mereka Shaleh yang menyeru: “Sembahlah Allah”, dan mereka menjadi dua golongan yang bermusuhan” (an Naml :45)

Para pendukung nabi shalih berkata bahwa pembunuhan para bayi bukan dikarenakan nabi Shalih, melainkan suatu ujian akan keta’atan kepada nabi yang akan melahirkan keberkahan hidup. Jika mereka menjalankan petunjuk nabi Shaleh dengan keimanan dan keta’atan maka tidak akan terjadi tragedi demikian. Akan tetapi delapan orang perkasa dari Tsamud menjalankan perintah nabi Shaleh bukan karena keimanan, tetapi karena takut kehilangan unta yang memberikan air susu bagi seluruh penduduk Tsamud. Disinilah letak titik kesalahan lebih mencintai sumber kemakmuran daripada menyayangi keturunan karena Allah.

Delapan pemimpin dan pendukungnya semakin marah dengan opini yang menyebar. Mereka yang sebelumnya setengah percaya pada kenabian nabi Shalih kini membuat opini bahwa Shalih bukanlah nabi, karena ia datang dengan perintah sial.

Ucapan yang menyakitkan bagi para pendukung nabi Shalih, mereka mengatakan kekafiran kepada kenabian Shalih hanya akan mendatangkan bencana. Para kaum kafir kemudian menantang “Datangkan saja bencana, jika Shalih sungguh seorang nabi”

Nabi Shalih berduka melihat apa yang terjadi pada kaumnya. Seluruh kaumnya lupa tentang esensi ajaran yang ia dengungkan tentang penyembahan Allah, kasih sayang dan do’a-do’a. Perspektif yang dibangun masyarakat Tsamud tetap perspektif yang jauh dari 3 seruan utamanya.

 

“Shalih berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum kamu minta kebaikan? hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat kasihsayang”. (an Naml :46)

Seruan yang bagi kaum kafir adalah seruan omong kosong, bagaimana mungkin Shalih menyerukan kasih sayang, padahal menjadi penyebab pembunuhan keturunan mereka.

“mereka kaum kafir menjawab: “Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu”. Shaleh berkata: “Nasibmu ada pada sisi Allah, bukan Kami yang menjadi sebab, tetapi kamu kaum yang diuji”. (an Naml :47)

Suasana malah semakin memanas, Sembilan orang meningkatkan penindasan kepada kalangan beriman, dengan semena-mena berbuat kerusakan dimuka bumi. Bahkan merencanakan pembunuhan nabi Shalih.

“dan di kota itu, ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.  mereka berkata pada sesama mereka : “Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya bahwa kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar, dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari “. (an Naml : 48-50)

Usaha pembunuhan Shalih tidak berhasil,. Allah menimpakan batu-batu besar pada sembilan orang yang bersepakat membunuh Shalih. Usaha makar kini beralih kepada unta. Unta mukjizat kini telah beranak. Mereka akhirnya bersepakat mebunuh unta induk, dan berharap unta anaknya akan memberi berkah dikemudian.

Sembilan orang berusaha membunuh dan tidak berhasil, hingga akhirnya salah seorang diantara mereka berhasil membunuh unta dari arah atas.

Ketika unta telah terbunuh, kesembilan orang diliputi perasaan bersalah. Diantara mereka pergi kepada Shalih mengabarkan apa yang terjadi dan berusaha cuci tangan dan menyandarkan kesalahan kepada satu orang yang melakukan eksekusi.

Tatkala nabi Shalih mendengar berita, beliau memerintahkan mencari anak unta, dan melihat reaksi dari anak unta. Semoga saja jika ada ‘itikad baik merawat anak unta, Allah akan mengampuni dan memberi kesempatan.

Sementara mereka yang menyombongkan diri, penyesalan hanya hadir sebentar saja. Setan menggoda untuk memiliki perspektif lain. Alih-alih bertaubat dan memohon ampunan Allah, yang kemudian berkembang adalah sikap menantang

“kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka Berlaku angkuh terhadap perintah tuhan. dan mereka berkata: “Hai shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada Kami, jika (betul) kamu Termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”. (al ‘Araaf:77)

Ketika anak unta ditemukan didatangkan ke lapang dan ia melihat mayat ibunya, anak unta tersebut menangis dan menjerit tiga lengkingan. Nabi Shalih bersedih dengan ini. Itu adalah suatu pertanda bahwa adzab akan segera hadir, satu lengkingan unta berarti satu hari penangguhan adzab. Maka ada waktu tiga hari sebelum adzab hadir.

Masyarakat yang bebal dan tidak sehat. Lupa akan semua yang diajarkan nabi Shalih tentang kasih sayang, permohonan ampun dan taubat. Masyarakat Tsamud dilanda kegelisahan menanti kedatangan adzab. Nabi Shalih menyampaikan bahwa wajah mereka akan dihari pertama akan menguning kemudian memerah dan kemudian menghitam.

Putus asa melanda masyarakat Tsamud, hingga mereka berguling-guling ditanah dengan mata terbelalak menanti datangnya adzab. Tiga hari berlalu mereka mengamati dari arah manakah adzab akan datang apakah dari langit atau dari tanah. Maka di hari keempat tatkala mereka berada di rumah-rumah mereka, Allah mendatangkan suara dengan frekuensi yang tidak dikenal sebelumnya, suatu frekuensi suara yang menyebabkan jantung pecah.

Adzab yang menimpa seluruh bangsa Tsamud dimanapun ia berada, kecuali mereka yang beriman dan seseorang yang saat itu sedang berada di Mekkah bernama Abu Righal. Status Mekkah sebagai tanah haram lah yang menyelamatkan Abu Righal.

“Maka tatkala datang siksa Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan kasih sayang dari Kami dan kami selatkan mereka dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa” (Hud :66)

Kisah yang mengajarkan banyak hal tentang bagaimana mengimani, mempercayai atau meyakini sesuatu. Ia adalah harus kepercayaan dengan totalitas dan prasangka yang baik. Keyakinan yang harus selalu kita jaga adalah bahwa Allah penuh kasih sayang, bahwa Allah sangat dekat dan mengabulkan setiap permohonan. Namun Allah juga menguji apakah benar kita sungguh-sungguh meyakini?

Jangan menjadi seperti kaum Tsamud, kaum yang memiliki persepsi yang tidak benar terhadap Allah dan nabiNya, bersegera memohon keburukan dan tidak memiliki harapan hidup yang baik.

Kisah nabi Hud (lengkap 1,2 dan 3)

Jangan Tertipu Materialisme – Kisah Nabi Hud

Kaum ‘Aad, kepada mereka Allah mengutus Hud ‘alaihi as salaam. Kaum ‘aad adalah bangsa arab yang tinggal di kawasan selatan Arab, Tepatnya lembah Mughits kawasan gunung Ahqaf (bukit pasir) antara Yaman dan Oman. Mereka hidup kira-kira 3-6 abad sejak zaman Nuh. Bangsa ini mendapat kenikmatan hidup yang luar biasa. Fisik yang gagah perkasa, usia harapan hidup yang panjang, harta berlimpah, anak-anak yang kuat dan sehat, kebun-kebun yang selalu menghasilkan.

Jarak yang tidak terlalu jauh dari zaman Nuh menyebabkan mereka masih mengenal kata Allah, sebagaimana mereka memiliki tradisi mengagungkan Mekkah dan mengetahui batas-batas tanah haram.

Logika berpikir yang mereka miliki sungguh sulit dimengerti, ketika mereka mengetahui Allah sebagai pencipta, Allah yang menurunkan hujan, tapi benar-benar enggan menyembah Allah. Agama yang mereka rela untuk mereka anut adalah penyembahan patung sebagai simbol penghormatan kepada Allah. Sistem ritual yang berlaku adalah pengagungan tiga dewa,  yaitu dewa Dhurran, Dhamur dan alHaba.

Sistem masyarakat ‘aad adalah masyarakat egaliter, setiap anggota masyarakat memiliki suara. Keputusan yang berlaku menjadi aturan masyarakat adalah apa-apa yang disepakati bersama dan kemudian menjadi tradisi. Penghormatan pada kemanusiaan hanya berlaku pada sesama kaum ‘Aad, akan tetapi dalam hubungan dengan bangsa lain, terutama mereka yang lemah, mereka bersikap diktator dan superior. Memberlakukan pada bangsa lain bahwa merekalah yang selalu benar, dan mereka anggap terbukti dengan segala macam kekuatan dan kemakmuran yang mereka miliki. Kaum ‘Aad melakukan hegemoni persepsi, budaya, dan sosial.

Sebagai suatu peradaban, kita mendapatkan kabar bahwa bidang industri, pertanian dan bangunan sangat maju dizaman ini. Gedung-gedung tinggi pencakar langit dengan tiang-tiang tinggi. Pencapaian riset industri hingga pada taraf dihasilkannya produk yang dapat membuat hidup kekal.

“Apakah kalian akan membangun disetiap sudut kota bangunan untuk rekreasi dan berleha-leha, Dan memperkokoh riset-riset industri agar kalian dapat hidup kekal, Dan jika melakukan hegemoni dilakukan dengan kekerasan dan diktatorisme” (asy syu’ara :128-130)

Kehidupan benar-benar telah sangat jauh dari nilai-nilai ritual dan falsafah hidup yang benar. Materialisme menjadi arus utama tak terelakkan. Kata-kata Allah hanyalah nama Tuhan yang jauh dari pikiran dan penyebutan, ia adalah sesuatu yang lampau, pencipta semesta yang tidak melakukan apa-apa setelah selesai menciptakan semesta. Sistem hidup adalah milik manusia, manusia yang hidup, manusia yang menentukan.

Ketika kehidupan masyarakat ‘Aad dalam kondisi demikian, Allah mengutus Hud kepada mereka. Ketika ajakan Hud pada mereka dimulai, ajakan untuk mempercayai suatu sistem kenabian mulai dikumandangkan, mereka menolak dengan hebatnya.

Al Qur’an  menggambarkan di dalam surat al ‘Araf ayat 65-69 :

-“Dan kepada ‘Aad kami utus saudara mereka yang bernama Hud. Ia berkata : wahai kaumku sembahlah Allah, tiada Tuhan bagimu selainNya, tidakkah kalian memiliki rasa takut padaNya.

– Berkata para pemimpin kaum, yaitu mereka yang tidak mempercayai sistem kenabian : Kami sesungguhnya melihat bahwa kamu telah bicara ngawur dan ngelantur,  Dan kami mengira kamu telah berdusta dengan berkata bahwa kamu adalah utusan Tuhan.

– Hud menjawab kaumnya : sungguh aku tidak bicara ngawur, aku adalah utusan Pemilik semesta Alam. Aku menyampaikan pada kalian pesan-pesan dari Tuhanku, dan aku adalah penasihat yang jujur bagi kalian.

– Mengapa kalian keheranan dan takjub dengan kedatangan peringatan dari Tuhan kalian melalui perantaraan seorang lelaki dari kalangan kalian. Ia datang menyampaikan ancaman. Ingatlah ketika Allah menjadikan kalian pemimpin bumi sesudah kaum Nuh dengan menambahkan pada kalian kekuatan fisik. Ingatlah nikmat Allah supaya kalian beruntung”

(Al ‘Araaf : 65-69)

Kaum ‘Aad mendustakan kenabian. Semua kemapanan yang ada, sistem sosial yang baik, peradaban yang digjaya membuat kaum ‘Aad merasa menjadi kaum terhebat yang tidak satupun kekuatan menyamainya

“Adapun ‘Aad mereka berada dalam kesombongan di muka bumi dan itu bukan jalan yang benar. Mereka berkata : “Adakah bangsa yang lebih hebat dari kami?” Akapah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan mereka lebih hebat kekuatannya daripada mereka. Akan tetapi mereka ingkar kepada tanda-tanda kekuasaan Kami” (Fushshilaat:15)

Hud tidak berputus asa ia tetap menyampaikan bahwa ia adalah utusan Tuhan yang mengingatkan agar menyembah Allah dan berhenti melakukan hegemoni.

Kemudian, Kami membentuk sesudah mereka (ummat Nuh) suatu Ummat yang lain, lalu Kami utus kepada mereka (ummat baru tersebut), seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. Ia berkata: “Sembahlah Allah oleh kalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selainNya. Maka mengapa kamu tidak takut (kepada-Nya).

“dan berkata para pemimpin kaum yang tidak mempercayai Hud utusan Tuhan dimana mereka juga mengingkari perjumpaan dengan hari akhirat, padahal kami telah membuat mereka hidup dalam kemewahan di dunia : “Orang ini, Hud,  tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, Dia Makan dari apa yang kalian makan, dan meminum dari apa yang kalian minum.  dan Sesungguhnya jika kamu pengikut satu orang manusia seperti kamu, niscaya bila demikian yang terjadi, kamu benar-benar menjadi orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu Sesungguhnya akan dikeluarkan dari kuburmu?  Sungguh jauh dari kebenaran apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi, ia tidak lain hanyalah seorang berbohong atas nama Allah, dan Kami sekali-kali tidak akan beriman kepadaNya”.

Hud berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka tidak percaya padaku.”

Allah berfirman: “Dalam sedikit waktu lagi pasti mereka akan menjadi orang-orang yang menyesal.”

(al Mukminun :31-40)

 

Usaha Hud, mengajak kaum ‘Aad menyembah Allah adalah usaha hebat yang benar-benar tidak kenal lelah, kali ini Hud menyampaikan agar kaumnya menyembah Allah, dan segera bertaubat, karena jika kaumnya tidak menyembah Allah, maka akan datang adzab pada mereka.

‘(Hud berkata) : Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.  dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar”. (as Syu’ara : 131 – 135)

Hud pantang menyerah, acara-acara untuk memperingatkan kaumnya tetap ia gelar, Surat al Ahqaf menggambarkan usaha keras Hud ini

“dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad Yaitu ketika Dia memberi peringatan kepada kaumnya dikawasan Al Ahqaaf dimana telah datang banyak peringatan nabi-nabi seperti dari Hud, di masa sebelum dan sesudahnya. Para pemberi peringatan berkata: “Janganlah kamu menyembah selain Allah, Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”.

Mereka (kaum kafir) menjawab: “Apakah kamu datang kepada Kami untuk memalingkan Kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada Kami azab yang telah kamu ancamkan kepada Kami jika kamu Termasuk orang-orang yang benar”.

Hud berkata: “Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku Lihat kamu adalah kaum yang bodoh”.

(Al Ahqaaf : 21-23)

 

Sesudah itu datanglah kekeringan dahsyat melanda mereka, hujan tidak turun selama tiga tahun berturut-turut. Kelaparan, kehausan, kemiskinan membuat masyarakat berkebudayaan tinggi seperti ‘Aad mengalami degradasi. Ini dikarenakan parameter kebahagiaan yang mereka miliki adalah materi.

Hud, tetap berperan aktif menyadarkan masyarakat. Mengajak kaumnya untuk bertaubat :

“Hud berkata: “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling yaitu berbuat dosa.” (Hud :52)

Kaum ‘Add membalas ajakan Hud tetap dengan kekafiran, ketidakpercayaan dengan apa yang disampaikan Hud

“kaum ‘Ad berkata: “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada Kami suatu bukti keterkaitan antara musibah ini dengan ketiadaan kami menyembah Allah, dan Kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena perkataanmu, dan Kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan selain bahwasanya Tuhan-tuhan Kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. ” Huud menjawab: “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, yaitu Tuhan-tuhan selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (Hud : 53-57)

 

Bencana kekeringan terus melanda, kelaparan terjadi di mana-mana. Para ilmuwan dan pemimpin negeri tetap pada pendiriaannya bahwa ketiadaan hujan adalah disebabkan suatu perubahan iklim semata. Ilmu tentang langit dan bintang, bagi zaman itu, mencapai puncaknya pada masyarakat ‘Aad.

Setelah perundingan panjang, maka diputuskanlah teknologi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan. Ilmu bumi yang dimiliki kaum ‘’Aad menghantarkan pada kesimpulan bahwa awan-awan berasal dari Mekkah lalu tersebar ke seluruh penjuru bumi. Diutuslah 70 orang ahli dan berfisik kuat untuk melakukan istisqa. Dan nabi Hud tidak terpilih menjadi anggota rombongan ini.

Jika Ummat Islam diperintah Allah untuk shalat istisqa, maka kaum ‘aad melakukan jenis istisqa yang bukan shalat, yang mereka maksud istisqa adalah teknik modifikasi cuaca.

70 orang utusan ini, memulai perjalanan mereka ke Mekkah. Tiba di pinggiran Mekkah mereka tinggal di kerabat ‘aad yang tinggal di sana, tercatat orang tersebut bernama Mu’awiyah bin Bakr.

Mu’awiyah merasa sangat terhormat,  ia memuliakan tamu dengan membuat pesta-pesta. Hidangan terlezat serta hiburan penyanyi dan penari tidak pernah terlewat. Suasana yang membuat para utusan lupa. Genap satu bulan mereka tidak melakukan apapun untuk urusan modifikasi cuaca ini. Muawiyah sang tuan rumah, khawatir dengan apa yang terjadi. Ia sungkan menyatakan dengan langsung pengingat akan tujuan utusan datang ke mekkah. Mu’awiyah takut dianggap pelit tidak mau menjamu.

Mu’awiyah mencari tahu dengan detil tentang apa yang terjadi, tentang kemarau yang menimpa ‘Aad. Ia pun menyimpulkan bahwa apa yang terjadi adalah akibat ketidakberimanan ‘Aad kepada seorang nabi yang Allah utus pada mereka.

Kemudian Muawiyah mendapat ide terbaik, ia menyuruh para penyanyi menyanyikan syi’ir karyanya, tanpa memberi tahu siapa yang menulis. Dalam syiir tersebut terkandung pengingat akan maksud dan tujuan kaum ‘aad datang ke Mekkah.

Rombongan tersadar, dan kemudian menyiapkan segala sesuatu untuk memasuki tanah Haram. Diantara rombongan terdapat seseorang bernama Martsad bin Sa’d. Ia telah beriman sejak lama kepada Hud, namun menyembunyikannya. Martsad berkata sesungguhnya modifikasi cuaca, bukanlah hal yang dapat menurunkan hujan. Apa yang dapat membuat hujan turun kembali adalah keta’atan kepada nabi yang telah Allah utus.

Keberanian Martsad yang dijawab dengan kekerasan, pemimpin rombongan bernama Jalhamah menyuruh Muawiyah menahan Martsad. Rombongan kemudian pergi ke tanah haram Mekkah tanpa Martsad.

Sesampainya di Mekkah, acara modifikasi cuaca dimulai dengan upacara ritual, do’a-do’a kepada Allah dipanjatkan. Ketika kumpulan-kumpulan awal muncul, mereka melakukan lokalisasi awan, dan pengenalan jenis-jenis awan. Beberapa saat proses dilakukan hingga terkumpul banyak jenis awan di atas langit mekkah. Para rombongan bergembira, mereka meminta ilmuwan modifikasi cuaca yang paling tahu tentang awan memilih awan untuk diarahkan ke kawasan Mughits di Yaman.

Sang ilmuwan memilih awan hitam, sementara awan-awan lain mereka arahkan menuju perkampungan lain. Sesudah awan terpilih rombongan bergegas menuju Mughits bersama awan pilihan mereka. Entah teknologi mengarahkan awan seperti apa yang mereka punya, canggih sekali rasanya.

Ketika awan mulai tiba di langit mughits, seorang wanita bernama Fahdad merasakan kejanggalan. Ia adalah seorang ilmuwan wanita yang mempelajari sifat-sifat awan. Ia mencocokan semua ilmu yang dipelajarinya tentang awan dengan apa yang ada dilangit Mughits. Apa yang ia lihat adalah suatu jenis awan yang sama sekali belum dipelajarinya. Apa yang kini berada di langit Mughits bukanlah awan hitam pembawa hujan. Ia semakin dalam mengamati. Ia menemukan awan-awan yang semakin menumpuk diatas langit desanya berisi kilatan-kilatan api.

Fahdad mengalami kepanikan yang luar biasa. Ia berupaya meyakinkan kepala para ilmuwan, bahwa apa yang ada dilangit Mughits bukan awan hujan, tapi itu adalah awan petaka. Ia meminta dengan segera dilakukan teknik pemecah awan.

Para ilmuwan sulit mempercayai analisa-analisa Fahdad, mereka tetap bersikeras, bahwa awan itu adalah pilihan terbaik, awan yang akan memberi berkah bagi ‘Aad setelah sengsara tiga tahun lamanya.

Adapun nabi Hud, Allah mewahyukan padanya bahwa awan yang ada adalah awan bencana. Nabi Hud dan sedikit pengikutnya diselamatkan oleh Allah.

“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata : “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”.

Bukan! bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung derita yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tak terlihat lagi, kecuali tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada kaum yang berdosa. (al Ahqaf: 23-25)

 

Kaum ‘Aad ditimpa hujan dan badai dingin, selama 7 malam delapan hari. Suatu musibah yang ternyata secara jalan adalah ulah mereka sendiri. Merasa paling tahu ilmu awan, menggiring dengan suka cita musibah bagi diri mereka sendiri.

Kisah yang memberi kabar pada kita, bahwa diatas pengetahuan ada ilmu yang lebih tinggi lagi. Ketika manusia mencapai suatu tahapan ilmu tertentu, semua capaian itu hanyalah setetes air sedangkan ilmu Allah adalah samudera yang tak pernah kering. Jangan takabbur, jangan sombong berjalan di muka bumi.

Sembahlah Allah sebagaimana yang Rasulullah Muhammad ajarkan, lalu mintalah pada Allah ilmu untuk memakmurkan dan mengelola bumi, karena bumi adalah ciptaanNya. Mari berjuang mempelajari ilmu-ilmu Allah.

Sumber :

  1. Al Bidayah wa an Nihayah
  2. Tarikh Thabary
  3. Al kamil fi at Tarikh
  4. Al muntadzim

Diatas ilmu ada ilmu (Kisah nabi Hud – bagian 3)

Bencana kekeringan terus melanda, kelaparan terjadi di mana-mana. Para ilmuwan dan pemimpin negeri tetap pada pendiriaannya bahwa ketiadaan hujan adalah disebabkan suatu perubahan iklim semata. Ilmu tentang langit dan bintang, bagi zaman itu, mencapai puncaknya pada masyarakat ‘Aad.

Setelah perundingan panjang, maka diputuskanlah teknologi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan. Ilmu bumi yang dimiliki kaum ‘’Aad menghantarkan pada kesimpulan bahwa awan-awan berasal dari Mekkah lalu tersebar ke seluruh penjuru bumi. Diutuslah 70 orang ahli dan berfisik kuat untuk melakukan istisqa. Dan nabi Hud tidak terpilih menjadi anggota rombongan ini.

Jika Ummat Islam diperintah Allah untuk shalat istisqa, maka kaum ‘aad melakukan jenis istisqa yang bukan shalat, yang mereka maksud istisqa adalah teknik modifikasi cuaca.

70 orang utusan ini, memulai perjalanan mereka ke Mekkah. Tiba di pinggiran Mekkah mereka tinggal di kerabat ‘aad yang tinggal di sana, tercatat orang tersebut bernama Mu’awiyah bin Bakr.

Mu’awiyah merasa sangat terhormat,  ia memuliakan tamu dengan membuat pesta-pesta. Hidangan terlezat serta hiburan penyanyi dan penari tidak pernah terlewat. Suasana yang membuat para utusan lupa. Genap satu bulan mereka tidak melakukan apapun untuk urusan modifikasi cuaca ini. Muawiyah sang tuan rumah, khawatir dengan apa yang terjadi. Ia sungkan menyatakan dengan langsung pengingat akan tujuan utusan datang ke mekkah. Mu’awiyah takut dianggap pelit tidak mau menjamu.

Mu’awiyah mencari tahu dengan detil tentang apa yang terjadi, tentang kemarau yang menimpa ‘Aad. Ia pun menyimpulkan bahwa apa yang terjadi adalah akibat ketidakberimanan ‘Aad kepada seorang nabi yang Allah utus pada mereka.

Kemudian Muawiyah mendapat ide terbaik, ia menyuruh para penyanyi menyanyikan syi’ir karyanya, tanpa memberi tahu siapa yang menulis. Dalam syiir tersebut terkandung pengingat akan maksud dan tujuan kaum ‘aad datang ke Mekkah.

Rombongan tersadar, dan kemudian menyiapkan segala sesuatu untuk memasuki tanah Haram. Diantara rombongan terdapat seseorang bernama Martsad bin Sa’d. Ia telah beriman sejak lama kepada Hud, namun menyembunyikannya. Martsad berkata sesungguhnya modifikasi cuaca, bukanlah hal yang dapat menurunkan hujan. Apa yang dapat membuat hujan turun kembali adalah keta’atan kepada nabi yang telah Allah utus.

Keberanian Martsad yang dijawab dengan kekerasan, pemimpin rombongan bernama Jalhamah menyuruh Muawiyah menahan Martsad. Rombongan kemudian pergi ke tanah haram Mekkah tanpa Martsad.

Sesampainya di Mekkah, acara modifikasi cuaca dimulai dengan upacara ritual, do’a-do’a kepada Allah dipanjatkan. Ketika kumpulan-kumpulan awal muncul, mereka melakukan lokalisasi awan, dan pengenalan jenis-jenis awan. Beberapa saat proses dilakukan hingga terkumpul banyak jenis awan di atas langit mekkah. Para rombongan bergembira, mereka meminta ilmuwan modifikasi cuaca yang paling tahu tentang awan memilih awan untuk diarahkan ke kawasan Mughits di Yaman.

Sang ilmuwan memilih awan hitam, sementara awan-awan lain mereka arahkan menuju perkampungan lain. Sesudah awan terpilih rombongan bergegas menuju Mughits bersama awan pilihan mereka. Entah teknologi mengarahkan awan seperti apa yang mereka punya, canggih sekali rasanya.

Ketika awan mulai tiba di langit mughits, seorang wanita bernama Fahdad merasakan kejanggalan. Ia adalah seorang ilmuwan wanita yang mempelajari sifat-sifat awan. Ia mencocokan semua ilmu yang dipelajarinya tentang awan dengan apa yang ada dilangit Mughits. Apa yang ia lihat adalah suatu jenis awan yang sama sekali belum dipelajarinya. Apa yang kini berada di langit Mughits bukanlah awan hitam pembawa hujan. Ia semakin dalam mengamati. Ia menemukan awan-awan yang semakin menumpuk diatas langit desanya berisi kilatan-kilatan api.

Fahdad mengalami kepanikan yang luar biasa. Ia berupaya meyakinkan kepala para ilmuwan, bahwa apa yang ada dilangit Mughits bukan awan hujan, tapi itu adalah awan petaka. Ia meminta dengan segera dilakukan teknik pemecah awan.

Para ilmuwan sulit mempercayai analisa-analisa Fahdad, mereka tetap bersikeras, bahwa awan itu adalah pilihan terbaik, awan yang akan memberi berkah bagi ‘Aad setelah sengsara tiga tahun lamanya.

Adapun nabi Hud, Allah mewahyukan padanya bahwa awan yang ada adalah awan bencana. Nabi Hud dan sedikit pengikutnya diselamatkan oleh Allah

“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata : “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”.

Bukan! bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung derita yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya,

Maka jadilah mereka tak terlihat lagi, kecuali tempat tinggal mereka.

Demikianlah Kami memberi Balasan kepada kaum yang berdosa.

(al Ahqaf: 23-25)

 

Kaum ‘Aad ditimpa hujan dan badai dingin, selama 7 malam delapan hari. Suatu musibah yang ternyata secara jalan adalah ulah mereka sendiri.

Mereka merasa paling tahu ilmu awan, menggiring awan hitam pekat dengan suka cita, menghantarkan musibah bagi diri mereka sendiri.

Kisah yang memberi kabar pada kita, bahwa diatas pengetahuan ada ilmu yang lebih tinggi lagi. Ketika manusia mencapai suatu tahapan ilmu tertentu, semua capaian itu hanyalah setetes air sedangkan ilmu Allah adalah samudera yang tak pernah kering. Jangan takabbur.