Mengecup Anya, Memeluk Awkarin

Mengecup Anya, Memeluk Awkarin

Oleh : Tutik Hasanah

 

Kau gusar melihat mereka?

Sungguh aku tidak

Takkan sulit menyentuh hati dengan hati

 

Bagaimana narasi pada remaja?

Ada jutaan galau mendera, mampukah menaklukan remaja Indonesia, dan menyingkirkan arus keburukan?

Al Qur’an telah memberikan jawaban, petunjuk Allah dalam narasi menghadapi remaja. Suatu dalil yang diketahui sejak lama, namun baru dipahami hari-hari ini.

Remaja, usia 13-18 tahun, saya sepakat dengan mereka yang menyebut, bahwa fase ini termasuk usia resisten doktrin.

Apapun tingkat kesalehan mereka, kategori badung sekalipun, saat itu berada pada masa “ingin eksis” atau “please deh dengerin kita”.

Kisah nabi Isma’il, adalah petunjuk utama dalam membangun narasi menghadapi remaja.

Maka tatkala anak itu sampai usia remaja, Ibrahim berkata: “Wahai putraku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ash Shaaffat : 102

 

Narasi indah menggugah jiwa. Ada beberapa unsur yang patut menjadi perhatian.

  1. Da’i memanggil do’i dengan panggilan kesayangan atau panggilan yang menunjukkan rasa sayang. Membuka pembicaraan hingga remaja benar-benar merasa sangat istimewa.
  2. Da’i menyebutkan suatu kewajiban, dengan penegasan kekhususan untuk do’i. Teknik ini penting untuk membangun perasaan istimewa secara lebih mendalam. Ini point pentingnya, sampaikan suatu kewajiban yang seolah khusus hanya ditujukan untuk do’i.
  3. Da’i meminta pendapat do’i, yaitu pendapat atas kewajiban yang dibebankan pada do’i. Bukan pendapat atas permasalan yang tidak ada kaitannya dengan do’i. Bagian meminta pendapat inilah yang memerlukan kesabaran ekstra. Boleh jadi pendapat manis sebagaimana yang ditunjukkan nabi Isma’il akan jarang kita temui, maka bersabarlah. Mohon dengarkan apa pendapatnya.
  4. Da’i menyebutkan sikap yang Allah inginkan dari do’i dengan menyisipkan cerita jawaban Isma’il dalam kisah penyembelihannya.
  5. Da’i membuat pertanyaan atau pernyataan retorik di akhir kalimat.

 

Bagaimanakah penerapan kaidah-kaidah itu?

Yuk kita uji coba secara imaginer

Ujicoba 1

Da’i        : Hai, kamu Anya Gerald yang super cool dan smart itu kan? Aku menemukan dalam kitabku, bahwa Allah memerintahkan padamu untuk menjaga kulitmu dari sentuhan pacarmu. Katakanlah padaku apa pendapatmu?

Anya      : ??????

Da’i        : Sungguh Allah menginginkan kesabaranmu, dan Isma’il telah memberikan apa yang Allah inginkan, suatu persembahan darinya berupa kesabaran. Akankah kau berikan pada Allah apa yang diinginkannya darimu?

 

Ujicoba 2

Da’i                        : Hai, kamu Karin yang murni semurni hutan-hutan musim panas di Jepang kan? Aku menemukan dalam kitabku, bahwa Allah ingin kamu terkenal di seluruh semesta sebagai penyebar kebaikan. Katakanlah padaku apa pendapatmu?

Awkarin               : ??????????

Da’i                        : Sungguh Allah menginginkan kesabaranmu, dalam menghadapi cerca dan hina atas pertobatanmu. Isma’il telah memberikan apa yang Allah inginkan, suatu persembahan darinya berupa kesabaran. Akankah kau berikan pada Allah apa yang diinginkannya darimu?

 

Mari membangun narasi yang tepat, dalam berdialog dengan remaja.

Saya sebagai aktifis pembinaan remaja, bermimpi memiliki pengaruh kuat dalam arus pemikiran remaja di media sosial. Sebagaimana bermimpi membangun sebuah forum yang membangun narasi “Apa pendapatmu atas kewajiban yang ada dipundakmu?”

Bismillahirrahmaanirrahiim

 

Leave a comment