Bismillahirrahmaanirrahim
Hari-hari yang dipenuhi dengan pencarian
pencarian hakikat makna kehidupan
saya diusia 34 tahun, dengan segala problematika hidup yang menimpa
belum bisa dibilang “sukses” ,
apalagi bebas finansial, hehe
banyak hal-hal “yang masih ditahan oleh Allah”
yang rahasia hikmahnya diketahui beriringan dengan berjalannya waktu
Meski sejak muda, sejak kecil, teman-teman sudah melihat saya sangat agamis
tapi saya keluarga bukanlah dari keluarga “ulama”
semuanya harus dipelajari,
dapat dikatakan dari nol
maka pencarian hakiki dimulai setelah modal ilmu “dari sekolah sampe kuliah” di dapat
pencarian itu melabuhkan kesimpulan pada
awal mula semuanya adalah
MEMPERBAIKI KATA-KATA,
sebab :
“Tidaklah seseorang mengucapkan suatu kata-kata kecuali disisinya ada Raqib ‘atiid (pengawas pencatat)”
(Qaaf : 18)
Istilah Raqib Atid sudah dikenal sejak kecil sebagai nama Malaikat pencatat amalan,
dan ternyata “amalan” yang dimaksud adalah perkataan
berat merenungkan ternyata perkataan itu mendapat “perhatian spesial”
Berkata-kata harus bermakna, karena itu termasuk pusat perhatian para malaikat
Kata-kata selain dicatat, ia memiliki efek dan khasiat tertentu
demikianlah hasil perburuan mengarahkan persepsi
dimulailah perburuan tentang perkataan-perkataan mulia
yang memiliki efek khasiat baik bagi kehidupan
ketika kita sudah mengerti dengan hakiki kata-kata yang memiliki khasiat baik
maka, “perkataan kita dalam bergaul akan terarahkan sebaik-baiknya, Allah akan menunjukkan jalan terang kepada perkataan”
mengingat resiko pencatatan amalan yang dimulai dari “perkataan”
selama kemampuan “berkata-kata” yang baik masih minim
maka “diam lebih utama”
tetapi diam meski utama
berkata-kata yang baik jauh lebih mulia
Jalan terang menuju berbicara dengan cara dan tema yang baik
adalah dimulai dengan banyak menyebut nama Allah
Cerita yang diabadikan oleh Imam as Samarqandy di bukunya Tanbeh al Ghafilin bi Ahaadits Sayyid al Anbiyaa wa al Mursaliin, menginspirasi tentang dzikir kepada Allah yang dapat menjadi jalan penerang dan penjaga lisan
Ibnu Abbas berkata “Sesungguhnya Allah ketika menciptakan arsy memerintahkan para malaikat pemikul arsy untuk memikulnya, Para Malaikat sangat terbebani dengan beratnya arsy, mereka kepayahan.
Allah kemudian berkata pada mereka, katakanlah “subhaanallah”
Merekapun mengatakan “Subhaanallah”
kata-kata itu pun menunjukkan khasiatnya, arsy yang berat tak terasa lagi, semuanya menjadi ringan,
maka merekapun mengucapkan SUBHAANALLAH tiada henti.
Hingga Allah menciptakan Adam, dan Adam bersin,
Allah lalu mengilhamkan pada Adam agar berkata “Alhamdulillah”
Adam pun mengatakan ALHAMDULILLAH
seketika Adam mengucapkan kata-kata tersebut, Allah menjawabnya : Tuhanmu menyayangimu, karena kasih sayanglah Aku menciptakanmu
sontak para Malaikat terkagum-kagum dengan jawaban Allah atas perkataan Adam, mereka pun memahami arti penting dari perkataan Adam, arti penting Alhamdulillah.
mereka lalu berkata : “Kalimat kedua yang agung dan mulia, tidak layak bagi kita melalaikannya,
maka merekapun memasukkan kata kedua ini, sehingga setelah itu mereka berkata sepanjang waktu : SUBHAANALLAH ALHAMDULILLAH
Hingga kemudian Allah mengutus Nuh, dan zaman Nuh adalah awal permulaan “patung-patung disembah”
Allah memerintahkan kepada Nuh agar menyuruh manusia dizamannya untuk berkata “Tiada yang disembah kecuali Allah – Laa Ilaaha Illa Allah” maka Allah akan ridha pada mereka
Mendengar perkataan Allah, bahwa dengan berkata ‘Laa Ilaaha Illa Allah, maka Allah akan ridha”
Para malaikat pun riuh rendah : “Ini perkataan ketiga yang agung dan mulia, tidak layak bagi kita melalaikannya, maka merekapun menggabungkan dengan dua perkataan pertama.
Sesudah itu para malaikat berkata sepanjang waktu : subhaanallah walhamdulillah wa laa Ilaaha Illa Allah
Hingga datang zaman Ibrahim,
Allah kemudian memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan putranya, yang kemudian diganti dengan domba
tatkala melihat domba, nabi Ibrahim sangat gembira lalu berkata “Allahu Akbar”
Kata-kata yang diucapkan nabi Ibrahim membuat para malaikat riuh rendah kembali,
mereka berkata : Ini kalimat keempat, maka mereka menambahkan sehingga berkata sepanjang waktu
“subhaanallah wa alhamdulillah wa laa Ilaaha Illa Allah wa Allahu Akbar”
Ketika Jibril mengisahkan peristiwa ini kepada nabi Muhammad, nabi Muhammad terkagum-kagum dan mengomentarinya ‘Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah al ‘Aliyy al ‘Azhim”
Jibril pun memerintahkan, “tambahkan pada yang sebelumnya hingga menjadi 5 kalimat
Kisah latar belakang perkataan-perkataan yang mulia ini diperkuat dengan suatu rangkaian cerita, saat Israfil turun kebumi
turunnya Israfil yang bikin kaget seluruh malaikat, ketakutan bahwa itu terjadinya kiamat, ternyata Israfil turun dengan seperangkat test dan perintah untuk nabi Muhammad, pengen ngumpulin keseluruhan cerita ini,
cerita yang dikisahkan nabi Muhammad terpisah-pisah
Israfil berkata : Wahai Muhammad ucapkanlah kalimat-kalimat berikut
Jika menyebutkan kalimat-kalimat tersebut satu kali saja dalam sehari,
maka
Kalimat-kaliamt tersebut memiliki efek :
1. dikategorikan tukang banyak dzikir
2. mengucapkan dzikir yang paling utama
3. dikasih satu petak ladang di surga
4. berguguran dosa-dosanya, seperti daun-daun yang berguguran di musim gugur
5. Allah memandangnya, dan barang siapa yang berhasil merebut pandangan Allah, maka Allah tidak akan mengadzabnya
Kisah diatas disarikan dari Tanbeh Ghafilin – Imam as Samarqandy no 616
Oh kata-kata…..
demikianlah hakikat kata-kata
meresapi maknanya, maka 5 kata mulia itu menjadi sesuatu yang sangat berharga
hari-hari yang bikin gusar,
ketika promo-promo bisnis-bisnis, banyak yang menyerempet kepada “kata-kata yang menunjukkan kekufuran”
sedih
semoga segera, bisa bikin rilis , penelitian sederhana, menyelamatkan ummat dari tempat bisnis “kotor”, yang sejengkal demi sejengkal mengarahkan pada “kekufuran”
sebab, jangankan bisnis “al kisah suatu ketika Rasulullah di Hudaibiyyah, sesudah turun hujan, mengatakan sesungguhnya seorang hamba berada dipagi hari ada dalam keadaan mukmin ada dalam keadaan kafir”
semua terhenyak, seorang hamba Allah tapi kafir?
Rasulullah melanjutkan “jika saat hujan berkata ini adalah karunia Allah, maka ia beriman padaku dan kafir kepada bintang. Adapun jika ia berkata hujan turun, karena saat ini bintang ini berada pada suatu posisi x terhadap bumi yang menyebabkan musim hujan, maka sesungguhnya ia kafir padaKu dan beriman pada bintang”
do’aku : “Semoga Allah mengampuni Ummat Muhammad, menyayangi Ummat Muhammad, memberikan rizqi dari jalan terbaik, yang dibalut dengan kata-kata baik, kata-kata keimanan, dijauhkan dari kata-kata yang menjerumuskan pada kekufuran”
Aamien Yaa Rabb al ‘Aalamien
wallahu ‘alam bi ash showab