CUPLIKAN MUTIARA BUMI SABA

2

Entah dimana aku, ketika aku didorong dengan keras memasuki sebuah ruangan, ada aroma menusuk hidung, bulu-bulu hidung ku yang memang amat sensitif mengirim impuls ke otakku agar menyuruh tanganku segera menutup lubang hidung. Tapi apa dayaku, tanganku terikat, aku berharap bahwa hidungku seharusnya ditutup saja dengan kain sebagaimana mata dan mulutku, aku tidak ingin mencium ruangan yang benar-benar bau. Ruangan ini luasnya mungkin tak lebih luas dari gua tsur tempat Rasulullah bersembunyi dengan Abu Bakar saat berhijrah, lantainya batu berpasir dengan jerami dilapisan teratasnya.

Mata dan mulutku masih ditutup dua utas kain, aku merasakan adanya beberapa orang lain disekelilingku. Pintu terbuka langkah kaki mendekatiku, kain penutup mataku dibukanya. Ah benar-benar seperti gua tsur, bedanya Rasulullah hanya berdua dengan Abu Bakar, mereka dapat bernafas dengan baik, sedang yang kami hirup adalah gas buangan yang sudah dicemari delapan belas lubang hidung, pintunya hanya satu dan ditengahnya ada lubang sebesar kelingking.

Kain penutup mulut dan pengikat tangan turut dilepas oleh lelaki bertubuh setengah lebar unta, dan setinggi badan gajah. Aku terhuyung tak sadarkan diri, inikah perbudakan???

Saat tersadar aku berada dalam sekedup di tengah padang pasir, kafilah pedagang budak ini tengah beristirahat, matahari menyapa lembayung-lembayung. Oh penaku, akankah aku diperbudak keputusasaan, Syaikh Mu’ammir belum menjawab pertanyaan ku tentang makna sya’ir , beliau malah balik bertanya apa yang kupahami tentang takdir, tatkala aku tidak menjawab dengan baik, ia menyuruhku bolak balik membaca hadits ini.

 

Sesungguhnya penciptaan mu dimulai di dalam rahim ibumu yaitu berkumpulnya dua sel, dari pembelahan hingga zygot selama 40 hari, lalu masa pertumbuhan embrio organ-organ selama itu pula, lalu masa pembentukan bakal otot selama itu pula, kemudian dikirim malaikat yang telah diberi lisensi untuk menuliskan empat perkara, maka malaikat itu menulis rizkinya, ajalnya, amalannya, dan apakah akhir kehidupannya menderita atau bahagia. Lalu malaikat itu meniupkan ruh”

 

Syaikh Mu’ammir berkata padaku jika sampai membaca potongan hadits ini, perhatikanlah yang empat hal itu : rizkinya, ajalnya, amalannya, dan apakah akhir kehidupannya menderita atau bahagia. Lalu lihatlah pada potongan kedua hadits ini, dari empat yang dituliskan apa yang di kupas dengan lebih mendalam di potongan kedua hadits ini …..

 

“Maka sesungguhnya seseorang diantaramu akan beramal amalan ahli surga, hingga jarak antara dia dan surga hanyalah satu langkah, sedangkan tulisan itu telah tertulis terlebih dahulu dari kejadiannya. Kemudian ia mengerjakan amalan ahli neraka maka ia masuk ke dalam neraka, dan sesungguhnya ada pula seseorang diantaramu yang beramal amalan ahli neraka, hingga jarak antara dia dan neraka hanyalah satu langkah, sedangkan tulisan itu itu telah tertulis terlebih dahulu dari kejadiannya, maka ia mengerjakan amalan ahli surga maka ia masuk ke dalam surga.”

 

Syaikh Mu’ammir melanjutkan penjelasannya “wahai gadis bambu _begitu beliau memanggilku_, kita beriman kepada Qadha dan Qadar, jika kau bisa mengetahui beda keduanya dari hadits ini, maka kau akan mengerti mengapa bagi orang-orang yang diperbudak oleh keputusasaan memahami dekatnya takdir adalah jalan, sungguh memahami adalah jalan keluar dari kemelut dan kekacauan yang menimpa hidupnya”. Beliau berlalu dengan seulas senyum, senyum kepercayaan untukku, yaitu bahwa aku mampu memecahkan misteri makna syair itu.

Aku keluar dari masjid, fajar hampir syuruq, langit tidaklah pekat, aku bergegas menuju pasar, Ummu Najaf biasanya telah selesai menghangatkan susu hingga siap dijual, penjual susu terpercaya ini hanya memerlukan bantuan untuk dua hal, pertama mengangkut susu dari rumahnya, dan juga saat melayani pembeli di pasar, aku bertugas di pasar, Shiddiq temanku yang akan mengangkut susu dari rumahnya.

Meski pagi ini sudah mulai riang dengan cahaya yang samar, tapi aku merasakan keheningan yang mencekam, suara angin yang bertiup sepoi-sepoi bagaikan gemuruh yang sewaktu-waktu memecah keheningan itu. Kampungku di sudut Jurasy Yaman kota gudang senjata. Industri besi dan persenjataan menjadi ciri khas Jurasy.

Beberapa saat setelah keluar dari Mesjid, rasa-rasanya ada yang mengikutiku, tetapi saat aku berbalik tidak ada siapa-siapa kecuali dua orang wanita muda yang kukenal sebagai pedagang baru di pasar, mereka mulai berjualan tepung dua minggu kebelakang. Lapak mereka terhalang 5 lapak dari tempat Ummu Najaf berjualan susu dimana aku bekerja padanya setiap pagi sebelum pergi menenun karpet.

Dua pedagang tepung seperti mempercepat langkahnya, dan tatkala semakin dekat kudengar bukan empat langkah kaki bersama hadirnya mereka, tetapi sepuluh, tatkala aku kembali membalikkan badan, pedagang tepung telah berada dualangkah dibelakangku dan sekonyong-konyong dua orang lelaki berbadan tak terlalu besar muncul dari belakang mereka dan menyergapku dari kiri dan kanan, salah satu pedagang tepung membekapkan kain ke hidungku, kain itu mungkin berisi ramu-ramuan pembuat pingsan, aku tak ingat apa-apa lagi hingga berada diruangan tadi yang teramat bau.

***

Dalam sekedup jeruji ini ada lima orang gadis muda seperti aku, mereka semua membisu, tidak ada yang kukenal, ketika aku memulai salam perkenalan tidak ada yang menyahutku, aku pun memilih untuk bercengkrama saja denganmu wahai pena dan lembaran-lembaran ini.

Tentang apa yang kutanyakan pada Syaikh Mu’ammir, oh pena ku tersayang, aku melihat dari satu titik bahwa malaikat datang kepada rahim yang berisi janin muda dengan membawa ruh, lisensi ketetapan, dan buku catatan. Dengan demikian aku mengira bahwa ruh telah ada, lisensi ketetapan juga, lalu perintah penulisan itu? Akankah hanya pengulangan atau penguatan saja. Lalu dari empat hal yang dituliskan, dua point terakhir dijelaskan dengan penjelasan yang membuat ku sekarang berpikir tentang apa yang terjadi padaku hari ini ….

“Aku terlahir sebagai manusia bebas hingga antara aku dan kebebasan bagaikan dua sisi mata uang, tapi tulisan mendahuluiku dan tertulis bahwa aku adalah budak, hingga dua pedagang tepung itu membelah mata uang itu, memisahkan aku dengan kebebasan” Aku mengguncang-guncang jeruji sekedup

“Keluarkan aku dari sini, aku manusia bebas, aku bukan budak, keluarkan …….”

 

 

cerita sejarah islam yang menawan hati, 38rb, pesan ke 087824198700
cerita sejarah islam yang menawan hati, 38rb, pesan ke 087824198700