Mengecup Anya, Memeluk Awkarin

Mengecup Anya, Memeluk Awkarin

Oleh : Tutik Hasanah

 

Kau gusar melihat mereka?

Sungguh aku tidak

Takkan sulit menyentuh hati dengan hati

 

Bagaimana narasi pada remaja?

Ada jutaan galau mendera, mampukah menaklukan remaja Indonesia, dan menyingkirkan arus keburukan?

Al Qur’an telah memberikan jawaban, petunjuk Allah dalam narasi menghadapi remaja. Suatu dalil yang diketahui sejak lama, namun baru dipahami hari-hari ini.

Remaja, usia 13-18 tahun, saya sepakat dengan mereka yang menyebut, bahwa fase ini termasuk usia resisten doktrin.

Apapun tingkat kesalehan mereka, kategori badung sekalipun, saat itu berada pada masa “ingin eksis” atau “please deh dengerin kita”.

Kisah nabi Isma’il, adalah petunjuk utama dalam membangun narasi menghadapi remaja.

Maka tatkala anak itu sampai usia remaja, Ibrahim berkata: “Wahai putraku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ash Shaaffat : 102

 

Narasi indah menggugah jiwa. Ada beberapa unsur yang patut menjadi perhatian.

  1. Da’i memanggil do’i dengan panggilan kesayangan atau panggilan yang menunjukkan rasa sayang. Membuka pembicaraan hingga remaja benar-benar merasa sangat istimewa.
  2. Da’i menyebutkan suatu kewajiban, dengan penegasan kekhususan untuk do’i. Teknik ini penting untuk membangun perasaan istimewa secara lebih mendalam. Ini point pentingnya, sampaikan suatu kewajiban yang seolah khusus hanya ditujukan untuk do’i.
  3. Da’i meminta pendapat do’i, yaitu pendapat atas kewajiban yang dibebankan pada do’i. Bukan pendapat atas permasalan yang tidak ada kaitannya dengan do’i. Bagian meminta pendapat inilah yang memerlukan kesabaran ekstra. Boleh jadi pendapat manis sebagaimana yang ditunjukkan nabi Isma’il akan jarang kita temui, maka bersabarlah. Mohon dengarkan apa pendapatnya.
  4. Da’i menyebutkan sikap yang Allah inginkan dari do’i dengan menyisipkan cerita jawaban Isma’il dalam kisah penyembelihannya.
  5. Da’i membuat pertanyaan atau pernyataan retorik di akhir kalimat.

 

Bagaimanakah penerapan kaidah-kaidah itu?

Yuk kita uji coba secara imaginer

Ujicoba 1

Da’i        : Hai, kamu Anya Gerald yang super cool dan smart itu kan? Aku menemukan dalam kitabku, bahwa Allah memerintahkan padamu untuk menjaga kulitmu dari sentuhan pacarmu. Katakanlah padaku apa pendapatmu?

Anya      : ??????

Da’i        : Sungguh Allah menginginkan kesabaranmu, dan Isma’il telah memberikan apa yang Allah inginkan, suatu persembahan darinya berupa kesabaran. Akankah kau berikan pada Allah apa yang diinginkannya darimu?

 

Ujicoba 2

Da’i                        : Hai, kamu Karin yang murni semurni hutan-hutan musim panas di Jepang kan? Aku menemukan dalam kitabku, bahwa Allah ingin kamu terkenal di seluruh semesta sebagai penyebar kebaikan. Katakanlah padaku apa pendapatmu?

Awkarin               : ??????????

Da’i                        : Sungguh Allah menginginkan kesabaranmu, dalam menghadapi cerca dan hina atas pertobatanmu. Isma’il telah memberikan apa yang Allah inginkan, suatu persembahan darinya berupa kesabaran. Akankah kau berikan pada Allah apa yang diinginkannya darimu?

 

Mari membangun narasi yang tepat, dalam berdialog dengan remaja.

Saya sebagai aktifis pembinaan remaja, bermimpi memiliki pengaruh kuat dalam arus pemikiran remaja di media sosial. Sebagaimana bermimpi membangun sebuah forum yang membangun narasi “Apa pendapatmu atas kewajiban yang ada dipundakmu?”

Bismillahirrahmaanirrahiim

 

Mengenal Malaikat Maut (1)

Malaikat maut membolak-balik daftarnya, jelas tertulis bahwa laki-laki dengan ciri-ciri yang disebut meninggal di suatu negeri. Ia telah ribuan kali mengelilingi negeri itu, tak menemukan lelaki dengan nama dan ciri yang ditulis. Ia pun ditimpa keletihan.

Samar terdengar pujian pada tuhan. Sang malaikat mempertajam pendengarannya. Bertambah jelas dan tahulah ia, bahwa itu berasal dari majelis nabi Sulaiman. Ia pun mendatangi majelis itu.

Saat masuk, Nabi Sulaiman menyambutnya. Tatkala ia mengarahkan pandangan ke sekeliling ruangan, ia takjub, orang yang dicari-carinya ada disitu bersama nabi Sulaiman dan bukan di negeri yang telah ia tuju. Ia tak menghentikan pandangannya dan terus memperhatikan dengan seksama, apakah ini sungguh orang yang ia cari-cari?

Lelaki itu tidak tahu siapa yang datang. Ia merasa risih dengan pandangan tajam. Ia meminta waktu untuk bicara dengan nabi Sulaiman. Ia bertanya siapa gerangan sang tamu? datang untuk keperluan apa?

Nabi Sulaiman menjawab, bahwasanya sang tamu adalah malaikat maut.

Ketakutan langsung menyergap sang lelaki. Ia berpikir kalau pandangan malaikat maut itu menandakan, bahwa ia yang akan dijemput kematian.

Ia mengajukan satu permintaan, bahwa ia ingin diterbangkan bersama angin ke tanah India. Nabi Sulaiman mengabulkan permohonannya. Lelaki itu melarikan diri berkendara angin ke tanah India.

Saat nabi Sulaiman kembali ke balairung, nabi Sulaiman bertanya pada malaikat maut : “kenapa kau memandangi terus lelaki muda disampingku?”

Malaikat maut menjawab “aku takjub padanya, aku telah berkeliling India untuk mencarinya, telah tertulis bahwa ia meninggal di India, aku tak menemukannya, dan aku takjub tatkala aku menemukannya ada bersamamu, disini, di tanah Palestina”

Dan sang lelaki mendatangi itu mendatangi takdirnya.

 

 

Telah dimodifikasi  oleh Tutik Hasanah,

bersumber dari Mushannif Ibnu Abi Syaibah 34268

Setan selalu mengintai, maka dari itu Baca Qur’an Harus Serius

Alhamdulillah,
Tilawah hari ini pas bagian surat Al Hajj ayat 52-53 membawa pada memahami Dua hal,
Dua Ilmu yang tertancap kuat hari ini : pertama khudz Al Kitaab bi quwwah … Belajar kitab Allah itu harus sangat serius, sepenuh daya upaya, trus harus serius membaca ta’awudz sebelum tilawah Al Qur’an …

Kedua : memahami bahwa generasi sahabat benar-benar generasi terbaik, ketika keimanan mereka diuji aneka prahara, yang ternyata bukan sekedar siksaan fisik dan psikis, tapi diuji dari arah pemikiran dan konsistensi,,, ketika wahyu Allah bagi orang-orang kafir tampak berubah-rubah dan tidak konsisten, Para sahabat Rasulullah tetap teguh dalam keimanan

Surat al hajj ayat 52-53 itu :

“Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun, dan tidak pula seorang nabi, kecuali ketika ia mengharapkan wahyu turun padanya, Setan turun melemparkan kata-katanya pada wahyu yg dinanti-nanti. Allah kemudian menghapus pencemaran yang setan lakukan, dan Allah menetapkan apa yang benar-benar merupakan ayat-ayatNya.
Allah Maha Mengetahui dan Maha Memutuskan.
Hal demikian dibiarkan terjadi, sebagai ujian bagi orang-orang yang dihatinya ada penyakit dan bagi mereka yang hatinya keras, Sesungguhnya orang-orang yang zhalim berada dalam kesesatan yang sangat jauh”

Wah membayangkan situasi saat itu, ketika terjadi ralat,
Riuh rendah, dan pastinya kaum mukminin menghadapi “bullying” hebat.

Jadi ayat ini , pertama menimbulkan tekad untuk menegakkan adab dalam membaca al Qur’an.

Tilawah Al Qur’an adalah satu waktu yang sangat istimewa,
Tatkala bibir dibasahi oleh gerakan membaca perkataan Allah Yang Maha Tinggi,

Ternyata setan ga tinggal diam,
Setiap kali manusia membaca Al qur’an ia akan mengintai melakukan godaan,

Dikisahkan para pemuka Quraisy menantang Rasulullah, bahwa mereka ingin menyaksikan bagaimana wahyu langsung turun pada Rasulullah,
Mereka pun berkumpul,
Waktu berjalan, semakin siang, semakin siang,
Orang semakin banyak berkumpul, dan matahari terus naik menuju puncaknya,
Ketika orang telah berdesakan,
Wahyu tidak kunjung turun juga,
Tatkala sumpah serapah mulai keluar dan terus keluar, bahwa Rasulullah berdusta, dan majelis hampir bubar,
Allah menurunkan surat An Najm
Rasulullah mulai membacakan, dan orang-orang Quraisy seksama mendengarkan,
Hingga tiba di ayat 19-20 :
“Apakah kalian tidak memperhatikan Latta dan ‘Uzza, dan Manat Tuhan Ketiga selain (dua yang disebut diawal)…

Setan kemudian menyelipkan dua ayat, membuat Rasulullah mengatakannya,
Dan Kaum Kafir Quraisy jelas mendengar selipan itu :
#Dan (ketiga hal itu : latta, ‘Uzza, Manat) adalah zat lembut yang memberi manfa’at pertama kali, #Sesungguhnya syafa’at (pertolongan) dari mereka bisa diharapkan”

Dua Selipan tadilah yang memukau orang-orang kafir sehingga turut sujud diakhir pembacaan surat An Najm.

Adapun dari sisi Rasulullah,
Rasulullah sangat galau hingga berkali-kali pingsan,
Rasulullah, tahu 2 ayat itu, jelas-jelas pastinya bukan firman Allah,
Rasulullah gelisah dan menyalahkan diri sendiri, bahwa telah mengatakan sesuatu yang bukan perkataan Allah…
Rasulullah baru dapat tenang setelah Allah menurunkan surat Al Hajj ayat 52-53 dan seterusnya…

Mari membaca Al Qur’an dengan memenuhi adab-adabnya,
Serius dalam membaca ta’awudz,
Setan terus mengintai agar kita mengatakan sesuatu yang tidak benar,

Jangan lengah, waspadalah-waspadalah

Plus salam takzhim dan penghormatan,
Bagi Para Sahabat Rasulullah, yang kokoh perkasa keimanannya,

Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali,
Para mubasysyir bi al jannah, para ahli perang badr, dan seterusnya,
Mereka sahabat setia Rasulullah,
Yang Allah telah meridhai mereka

Alhamdulillah atas ilmu hari ini

Antara Menakut-nakuti dan pentingnya menumbuhkan rasa takut

Bismillah,

Nikahnya aja belum, sudah memikirkan anak, hehe

semoga saja Allah mengaruniakan,

Salah satu ketakutan terbesar dalam membesarkan anak, adalah salah menempatkan “treatment”

Tidak boleh menakut-nakuti anak, tapi dalam dirinya harus tumbuh rasa takut,

takut pada apa?

kata-kata malam ini sangat berguna :

Kegembiraan akan melahirkan keta’atan, dan rasa takut akan membuatnya terhalang dari berbuat dosa

Jadi sumber keta’atan adalah adanya kegembiraan,

dan fungsi utama dari rasa takut adalah untuk menahan terjadinya perbuatan dosa

Bagaimana merangkai kaidah ini menjadi suatu pola parenting?

Musik, ohhh musik

Saya suka dengerin musik,
nasyid ok, musik pop pun ok, apalagi musik sunda

sampe kemaren masih dengerin musik, song of the month bulan lalu “Padi – Menunggu Sebuah Jawaban”
dan song of the month bulan ini “Utopia – Cinta Memanggilku”

ahhh , artikel-artikel yang pernah dibaca tentang musik, tidak pernah memuaskan hati,
tidak menenangkan pikiran, (da bacana ge teu serius, hiks)

jadinya diri ini mengikuti hawa nafsu : tetap mendengarkan musik, karena suka

sampai semalam, coba mengumpulkan hadits-hadits seputar musik,
tidak untuk menentukan halal -haram, saya bukan ahli fiqh

tapi untuk membentuk persepsi

music, berakar pada kata Yunani : muses, yaitu dewi-dewi inspirasi sastra, ilmu pengetahuan dan seni

(walah mendengarkan music berarti bisa dikatakan mendengarkan kebiasaan para dewi itu, para dewi mitologi yunani, hiksssss, aku bukan pengikut dewi-dewi)

Kemudian cari padanan dalam bahasa arab
dalam bahasa arab : music punya 3 kata padanan طرب – مزامر – معازف

dan hadits-hadits yang dihasilkan langsung bikin lemes, aduhhhh
istighfar tak henti

hadits pertama :
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” بَعَثَنِي اللهُ رَحْمَةً وَهَدًى لِلْعَالَمِينَ وَبَعَثَنِي لِمَحْقِ الْمَعَازِفِ وَالْمَزَامِيرِ، وَأَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ
“Dari ANas Bin Malik : Bahwasanya Rasulullah _salam sejahtera baginya, berkata : Allah mengutusku sebagai kasih sayang dan petunjuk bagi semesta alam, dan mengutusku untuk menghapus alat-alat musik pukul (ma’azif), alat musik tiup (mazamir) dan perkara-perkara jahiliyyah”

(syu’abul Iman – 6108)

wahhh, hadits pertama aja udah langsung, nyesss, weis menghapus alat-alat musik jadi salah satu misi Rasulullah, waduh 35 tahun jadi muslim baru ketemu hadits ini.
Abdi mah pengikut Rasulullah, menuntaskan missi semestinya, tapi tentu saja menuntaskan missi harus memperhatikan tabi’at dan karakter dari sebuah zaman

abis dari hadits, kita coba melirik , perspektif zaman, ada sebuah surat unik dari Umar Bin Abdul Aziz ke keponakannya “Umar Bin Al Walid Bin Abdul Malik”, AL Walid Bin Abdul Malik ini khalifah Daulah Umawiyah, Khalifah yang penaklukannya dari ujung timur ke barat, utara-selatan, hingga kekuasaan Daulah Umawiyah membentang di tiga benua asia-afrika-eropa

عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ قَالَ: كَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْوَلِيدِ كِتَابًا فِيهِ: «وَقَسْمُ أَبِيكَ لَكَ الْخُمُسُ كُلُّهُ، وَإِنَّمَا سَهْمُ أَبِيكَ كَسَهْمِ رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَفِيهِ حَقُّ اللَّهِ، وَحَقُّ الرَّسُولِ، وَذِي الْقُرْبَى، وَالْيَتَامَى، وَالْمَسَاكِينِ، وَابْنِ السَّبِيلِ، فَمَا أَكْثَرَ خُصَمَاءَ أَبِيكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَكَيْفَ يَنْجُو مَنْ كَثُرَتْ خُصَمَاؤُهُ، وَإِظْهَارُكَ الْمَعَازِفَ، وَالْمِزْمَارَ بِدْعَةٌ فِي الْإِسْلَامِ، وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَبْعَثَ إِلَيْكَ مَنْ يَجُزُّ جُمَّتَكَ جُمَّةَ السُّوءِ»
“Dari Al Auza’i, ia berkata : Umar Bin Abdul Aziz menulis surat kepada Umar bin AL Walid, sebuah surat yang didalamnya berisi : “Ayahmu membuatmu memiliki bagian 1/5 dari harta negara, seperlima yang seluruhnya buatmu seorang, sesungguhna bagian ayahmu yang benar adalah sebagaimana bagian seorang lelaki muslim saja, adapun di 1/5 itu ada hak Allah, hak Rasul-Nya, hak kerabat-kerabat, hak anak yatim, hak orang miskin, hak para penuntut ilmu. Lihatlah betapa banyaknya orang-orang yang akan menuntut ayahmu di hari kiamat, lalu bagaimanakah seseorang yang banyak musuhnya akan selamat?
Juga tentang engkau yang terang-terangan mengkampanyekan penggunaan alat musik baik alat pukul maupun tiup, semua itu adalah bid’ah dalam agama islam,
aku sangat ingin mengirim pada seseorang yang akan memotong jambangmu, sungguh jambangmu itu adalah jambang dipenuhi kebusukan”
Sunan An Nasai : 4135

atau perspektif zaman yang lebih dekat lagi dengan zaman Rasulullah
أَنَّ أُمَّ عَلْقَمَةَ مَوْلَاةَ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ بَنَاتَ أَخِي عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا خُفِضْنَ فَأَلِمْنَ ذَلِكَ , فَقِيلَ لِعَائِشَةَ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ , أَلَا نَدْعُو لَهُنَّ مِنْ يُلَهِّيهِنَّ؟ قَالَتْ: ” بَلَى , قَالَتْ: فَأُرْسِلَ إِلَى فُلَانٍ الْمُغَنِّي فَأَتَاهُمْ , فَمَرَّتْ بِهِ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا فِي الْبَيْتِ , فَرَأَتْهُ يَتَغَنَّى , وَيُحَرِّكُ رَأْسَهُ طَرَبًا , وَكَانَ ذَا شَعْرٍ كَثِيرٍ , فَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: ” أُفٍّ , شَيْطَانٌ أَخْرِجُوهُ , أَخْرِجُوهُ ” , فَأَخْرَجُوهُ
Bahwasanya Ummu ‘Alqamah pembantu Aisyah mengabarkan pada Bukair bin Al Asajj, bahwasanya putri-putri saudara laki-laki Aisyah dikhitan dan mereka merasakan kesakitan, maka dikatakan kepada Aisyah, wahai Ummu Al Mukminin tidakkah kita memanggil orang yang akan menghibur mereka? Aisyah menjawab : ok panggil aja. Ummu Al qamah lalu memanggil seorang penyanyi yang segera mendatangi keponakan-keponakan Aisyah. Kemudian tatkala hiburan sedang berlangsung, Aisyah lewat dan memperhatikan acara yang ternyata acara pertunjukkan musik sambil bergoyang, kepala pemusik itu bergerak mengikuti irama, rambutnya yang gondrong ikut bergerak kesana-kemari. Aisyah lalu berkata : waw, dia itu setan, keluarkan ia, keluarkan ia. maka orang-orang mengeluarkannya
Sunan Kubra Al Baihaqi : 21010

balik ke hadits, sekarang hadits kedua :
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُمْسَخُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ»، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَيَشْهَدُونَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، وَيَصُومُونَ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قِيلَ: فَمَا بَالُهُمْ يَا رَسُولَ [ص:120] اللهِ؟ قَالَ: «يَتَّخِذُونَ الْمَعَازِفَ وَالْقَيْنَاتِ وَالدُّفُوفَ، وَيَشْرَبُونَ الْأَشْرِبَةَ، فَبَاتُوا عَلَى شُرْبِهِمْ وَلَهْوِهِمْ، فَأَصْبَحُوا قَدْ مُسِخُوا قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ»
Abu Hurairah berkata : Rasulullah _salam sejahtera baginya_ berkata : satu kalangan dari ummatku akan dikutuk menjadi kera dan babi, dikatakan pada Rasulullah, benarkah? kok bisa? apakah mereka bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah utusan Allah, dan mereka orang-orang yang berpuasa? Rasulullah menjawab ya : “kok bisa begitu wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab : “mereka menjadikan berbagai alat musik sebagai kecintaan mereka, mereka meminum khamar, hingga tidurpun bersama minuman dan musik, maka mereka di pagi hari telah dikutuk menjadi kera dan babi”
Hilyah Aulia : jilid 3: hal 119, cetakan daar el fikr 1409 H

ahhhh
selama ini, hadits yang jadi pegangan, adalah hadits kebolehan musik saat walimah, padahal itupun jenisnya adalah duff, alat musik pukul dari kulit binatang dan kayu

jadiiiii ……

niat klo walimahan pengen kecapi suling sudah pasti dibatalkan,
kita ganti rampak kendang wehh plus atanapi angklung ^_^

Kenapa “tilka ar rusulu” ? bukan “dzalika? ” atau “ulaaika” _(bahasan awal juz 3)

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

Bismillah ar Rahmaan Ar Rahiim

awal juz 3 (surat Al Baqarah : ayat 253), bercerita tentang para Rasul, yang Allah bedakan derajat mereka satu sama lain.
Kenyataan bahwa para Rasul itu laki-laki, meninggalkan tanya, kenapa kata ganti penunjuk dalam ayat tersebut “tilka” dan bukan “ulaaika” atau “dzalika”

penjelasan yang paling gampang dicerna oleh saya, ada di tafsir “Nazhm ad Durar” karya Imam Al Biqqa’i.

Tilka : adalah kata ganti penunjuk bagi sesuatu yang jauh dan bersifat feminim

dalam kasus “tilka ar rusul” : kata “tilka” dipakai untuk menunjukkan betapa tinggi dan mulianya derajat para Rasul itu dan sangat jauh di atas derakat manusia lainnya. Posisi Kerasulan bukan posisi yang dapat diupayakan atau dijadikan ajang kompetisi untuk meraihnya.

dalam hal ini, memakai “tilka” sebagai penunjuk “jauh” dapat dipahami,

Akan tetapi kenapa harus memiliki sifat feminim?

Abu Al hasan Al Hirali memberikan penjelasan :
“Pemakaian Tilka dan bukan Ulaika adalah sebagai pembukaan atas kisah yang akan terjadi sesudah datangnya para Rasul, yaitu perpecahan ummat.

Satu kata yang bisa memiliki efek lahirnya sesuatu, maka kelahiran sesuatu itu memiliki urutan-urutan.
Setiap Rasul diutus pada ummat tertentu, disetiap ummat yang Rasul itu diutus ada yang beriman ada yang menentang, oleh karena itu kehadiran Rasul malahirkan tumbuhnya Ummat baru.

Ummat baru yang tumbuh ini sejatinya berada pada sifat “teguh dalam pendirian dan memiliki kontinuitas beramal”, tetapi ternyata ummat yang baru tumbuh ini punya potensi turun derajat menjadi memiliki sifat “berpecah belah dan terputus amalan”

maka tilka dipakai, makna pemakaian kata ganti penunjuk jauh adalah disebabkan ketinggian derajat para Rasul,
adapun kefeminiman dipakai bahwa objek utama perhatian disini bukan pada para Rasul, tetapi pada tingkah polah ummat dari para Rasul tersebut

Untuk lebih memahami hal ini,
harus membaca pada ayat-ayat sebelum ayat 253 dari surat Al Baqarah,
Surat Al Baqarah menceritakan laku lampah bani Israil, dimulai dari :

1. Minta adanya sembahan selain Allah (2:51)
2. Minta melihat Allah langsung (2:55)
3. kafir kepada tanda-tanda Allah, membunuh nabi, bermaksiat, melampaui batas (2:61)
4. Tidak mempelajari dan melaksanakan kitab dengan seluruh kemampuan, tenaga, kekuatan, dan daya upaya yang dimiliki (2 : 63-64)
5. Mengulur-ngulur pelaksanaan perintah Allah (2: 71)
6. Berbohong atas nama Allah, mengatakan apa yang mereka tulis berasal dari Allah, padahal berasal dari diri mereka sendiri (2: 79)
7. Keyakinan bahwa mereka tidak akan di adzab neraka (2:80)
8. Saling membunuh dan saling mengusir satu sama lain dari rumah-rumah dan kampung halaman (2:85)
9. Menjadikan ayat-ayat Allah sebagai alat merayu Allah untuk meraih kemenangan lalu mencampakkan ayat Allah sesudah menang ( 2:89)
10. Hanya mau beriman pada apa yang Allah turunkan langsung kepada mereka, tanpa mau beriman kepada apa yang jelas-jelas turun dari Allah, tetapi tidak diturunkan pada mereka (2: 91)
11. Mengikuti setan, belajar sihir (2;102)
12. Mengatakan bahwa Allah memiliki anak (2:116)
13. Suka mempertanyakan apa yang sebenarnya mereka ketahui (2 : 142 dan 2: 146)
14. menyembunyikan apa yang Allah turunkan (2:174)
15. Takut Mati (2:243)
16. Mengkhianati pemimpin (2:249)

dll, bisa jadi masih banyak laku lampah lain bani Israil yang disebut di surat Al Baqarah, namun belum saya cerna

Atas semua laku lampah yang buruk itu, maka keberadaan para Rasul yang mulia itu, menjadi tak memiliki manfa’at bagi mereka, mereka malah semakin terjerumus dalam perbedaan cara menyimpulkan teks-teks agama yang berujung saling berperang.

Untuk keluar dari stigma tilka, Allah memberi resep di surat Al An’am,
hal ini terlihat bahwa di surat Al An’am ayat 90 yang dipakai adalah “Ulaaika”
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ

“Mereka adalah orang-orang yang Allah berikan petunjuk, maka dengan petunjuk yang mereka miliki itulah kamu mengambil teladan. Katakanlah (wahai Muhammad) : Aku tidak meminta pada kalian upah, sesungguhnya al Qur’an adalah peringatan bagi Semesta Alam”

4 April 2015, Rembulan kan menatap Sang Pencipta Semesta : Gerhana (إن شاء الله)

Dia masih sangat kecil, ya sangat kecil, tapi daya ingatnya luar biasa

Dalam usia belia, rentang 7-9 tahun, berhasil menghafal apa yang Rasulullah katakan

berhasil mengingat dan menceritakan kembali apa yang dilihatnya dari Rasulullah di rentang usia belia

105 Hadits diriwayatkan olehnya didalam musnad Imam Ahmad

pemuda belia itu, An Nu’man Bin Basyir, bayi pertama yang terlahir dari kalangan Anshar setelah hijrah Rasulullah.

Satu Hadits membuka spektrum pemahaman spektakuler, tentang gerhana,

ketika An Nu’man berkata :

انْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَخَرَجَ فَكَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَيَسْأَلُ، وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَيَسْأَلُ، حَتَّى انْجَلَتْ، فَقَالَ: ” إِنَّ رِجَالًا يَزْعُمُونَ أَنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ إِذَا انْكَسَفَ وَاحِدٌ مِنْهُمَا، فَإِنَّمَا يَنْكَسِفُ لِمَوْتِ عَظِيمٍ مِنَ الْعُظَمَاءِ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ، وَلَكِنَّهُمَا خَلْقَانِ مِنْ خَلْقِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا تَجَلَّى الله عَزَّ وَجَلَّ لِشَيْءٍ مِنْ خَلْقِهِ خَشَعَ لَهُ

Matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah _salam sejahtera baginya_ Rasulullah keluar dari rumahnya dan shalat dua raka’at, kemudian meminta kepada Allah, kemudian Shalat dua raka’at dan meminta kepada Allah, demikian yang dilakukannya hingga matahari kembali bersinar, kemudian Rasulullah berkata : sesungguhnya orang-orang ada yang berkata bahwa matahari dan rembulan mengalami gerhana jika ada orang yang diagungkan meninggal, sesungguhnya perkataan itu tidak benar.  Yang benar adalah bahwa matahari dan rembulan, keduanya ciptaan Allah yang Maha Tinggi Maha Agung, Maka jika Allah menampakkan Dzatnya pada sesuatu dari makhluqNya, makhluqNya akan tersungkur khusyu’ bersujud padaNya

Hadits tersebut terdapat di Musnad Imam Ahmad, Musnad Kufiyyin, no 18365

Hadits yang membuat jiwa terguncang, bergejolak, rasa takut berpadu rasa rindu

Ketika rembulan atau matahari, melihat keindahan penciptanya,

mereka tak sanggup menegakkan wajahnya,

maka mereka tersungkur kaku

dalam sujud mengagungkan Allah

oh suatu hadits indah dari seorang yang menjumpai Rasulullah di usia kanak-kanak

Fenomena alam, yang ilmu pengetahuan modern hanya mampu menjelaskan, bahwa gerhana terjadi saat bumi, matahari dan rembulan berada pada satu garis lurus

An Nu’man Bin Basyir menghadirkan sesuatu yang spektakuler dari sisi agama

berbeda dengan mitos-mitos pada berbagai budaya

dari hadits ini, kita bisa melihat bahwa dalam Islam

Gerhana terjadi karena Allah sedang menampakkan Dzatnya pada matahari atau pada rembulan,

Betapa nikmatnya, ketika kita mengetahui dengan pasti, saat keberadaan Allah disekitar bulan atau matahari

selang waktunya,

dan diselang waktu itu

kita bersujud pada Allah, berdzikir, berdo’a

dan kemudian setelah selesai gerhana  bersedekah

Tanggal 4 April 2015, ada gerhana bulan total (إن شاء الله), yang waktunya relatif panjang,

dari jam 17. 15 – 20.45

dan gerhana bulan totalnya dari jam 18.54-19.06

ohhh betapa indahnya shalat 12 menit, lalu meminta sebanyak-banyaknya kepada Allah, permintaan yang berkualitas

Tontonlah Mahabharata, Tontonlah Jodha Akbar

Bismillahirrahmaanirrahim

Pekan ini saya membaca artikel “Tidak ada Mahabharata di rumah kami”

Saya tidak membaca dengan seksama artikel tersebut, hanya sepintas lalu, dan segera menyimpulkan isinya.

Betul, bahwa banyak hal yang lebih bermanfa’at yang bisa dilakukan selain menonton

Tetapi kenyataan yang dihadapi adalah bahwa manusia itu senang menonton,

Pada akhirnya memilih tontonanlah yang harus dilakukan.

Saya mulai nonton Mahabharata sesudah tayangan Haji Muhyiddin dikurangi jam tayangnya,

Ibu saya penonton setia Haji Muhyiddin, sampai jam berapapun Haji Muhyiddin pasti ditontonnya.

Sekarang bersyukur Haji Muhyiddin hanya sebentar , jadi ibu saya lebih lama beristirahat disetiap malamnya.

Sejak saat itu, mulailah saya membaca dan menulis ditemani Jodha Akbar dan Mahabharata.

Tapi sekarang sudah tidak bila lagi nonton Jodha, karena Tukang Bubur geser lagi agak malam, tetap terkalahkan Tukang Bubur.

Ada Tiga pelajaran berharga yang saya dapat dari menonton Mahabharata dan Jodha Akbar

1. Semakin mengenal anatomi dari perlaku bernama “kesetiaan” dan “kejujuran”. Kalau melihat carut marut bangsa ini, maka kita melihat dua masalah ini adalah masalah krusial yang menimpa bangsa.

Dengan menonton Mahabharata semoga akan terngiang bagaimana berdarah-darah jiwa dan tubuh dalam menopang suatu janji setia dan kejujuran. Dan itulah yang sebenarnya harus terjadi.

Pernah baca pula suatu artikel yang merasa sinetron Jodha Akbar mendiskreditkan islam, karena menyatakan dipertontonkan oleh Jodha bahwa bangsa India hindu sangat setia dan memenuhi janji, adapun bangsa Mughal muslim hanya haus kekuasaan, saling menyingkirkan.

Tatkala potret buruk ada pada diri kita, adalah suatu kenyataan bahwa kejujuran telah hilang dari bangsa Indonesia yang mayoritas beragama islam, ketika kesetiaan sulit didapatkan.

Bersyukur bahwa agama Islam lahir ditanah Hijaz, dimana bangsa Quraisy adalah bangsa yang menjunjung tinggi kejujuran, menepati janji dan kata-kata.

Maka mari hiasi akhlaq kita dengan hal yang Allah sukai, kita jujur dan menepati janji, menjadikannya sebagai amal dengan berharap balasan dari Allah.

malu dong sama orang Hindu yang pada kenyataannya memang bisa memiliki kejujuran dan menepati janji, dengan suatu motif yang berbeda.

Alkisah bos saya pun, seorang muslim penderma luar biasa, yang membangun ratusan mesjid di seantero nusantara, membangun banyak ma’had bahasa arab, membangun rumah-rumah yatim, membangun pompa-pompa air bersih,

beliau dalam urusan bisnisnya  punya asisten kepercayaannya orang India yang beragama hindu,

dan sungguh untuk urusan amal saja, ia mendapati banyak kasus ketidakjujuran orang Indonesia.

Demikianlah hikmah pertama nonton Mahabharata, semakin mengenal kesetiaan, menepati janji, dan kejujuran, dan bahwa untuk melaksanakan semua itu diperlukan banyak pengorbanan

2. Berterimakasih kepada sastrawan Indonesia, yang melahirkan tokoh punakawan dalam wiracarita Mahabharata, kelak tokoh punakawan ini yang menjadi media dalam mengenalkan Allah pada bangsa Indonesia,

sebagaimana konsep sang hyang widi wasa yang hidup di indonesia, memudahkan untuk memperkokoh keyakinan tauhid.

Sehingga tampak Hindu di Indonesia jauh berbeda dengan kisah mitologi India

3. Berterimakasih kepada Katholik Roma

Alhamdulillah, dengan menonton Mahabharata tergambar perjuangan berat Kristen dalam menumpas mitologi Yunani

Awal mula bangsa yang terkristenkan adalah orang-orang Yunani, yang kemudian menyebar ke seluruh eropa dengan perkuatan dari kekuatan politik Romawi.

Perjuangan memurnikan tauhid , mengenalkan Allah pastilah perjuangan yang sangat sulit,

Apapun yang terjadi pada agama kristen sesudah berhasil mengenalkan Allah pada bangsa eropa, adalah suatu kenyataan yang AL Qur’an sangat berhati-hati dalam memberikan komentar.

Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar, cucu dari Babur, kakek dari Shah Jahan pendiri Taj Mahal, pernah merasakan derasnya tarikan mitologi India, hingga beliau wafat dalam ketidakjelasan agama.

Kitab Mahabharata yang dibaca Jalal, dan Jodha istri jalal sebagai penyembah Krishna yang setia, membuat Jalal memiliki pemikiran sinkretisme.

Apa yang terjadi pada Katholik Romawi dalam masalah teologi dan konsep ketuhanan, adalah sesuatu yang akan mereka pertanggungjawabkan dihadapan Allah,

tetapi pada titik perang melawan mitologi dan paganisme, sungguh, agama Katholik Roma berhasil dengan gilang gemilang

Terhempas Badai (Dua: Kegemparan Bermula)

Dua : Kegemparan bermula

Dua puluh tahun memendam rindu, ya, hampir dua puluh dia yang diliputi keselamatan dan kesejahteraan telah pergi dari suka duka kehidupan dunia. Derita kehilangan masih mendera hati-hati kami. Utusan Tuhan semesta yang mengasihi kami telah menyelesaikan tugas dengan gilang gemilang, ia meninggalkan kami agar kami dapat membuktikan pada dunia keabadian kasih sayangnya.

Ia manusia terpuji, semesta menyebut namanya, Sang Terpuji. Kehidupan dizamannya bukanlah kehidupan kesenangan, hidup bersamanya adalah gelombang masalah yang kemudian dapat ia selesaikan sesuai kemampuan manusia. Keistimewaannya adalah ketika kebijaksanaannya sanggup menuntun manusia melaksanakan kehendak langit dengan sederhana dan mudah diikuti.

Aku menyaksikan keputusan-keputusan kontroversial yang tidak disenangi pernah terjadi di zamannya. Kadang keputusan itu tidak memuaskan penghuni Madinah yang tak beriman padanya, dan pernah pula keputusannya membuat berduka keluarga-keluarga Madinah yang beriman padanya. Tapi itu semua bukan keputusannya sendiri, bukan berdasarkan hawa nafsunya. Ia adalah pembawa pesan Tuhan yang Maha Adil Maha Bijaksana.

Di suatu ketika tatkala luka uhud belum mengering, Yahudi Bani Nadhir akan mendapat hukumannya. Bani Nadhir melakukan pengkhianatan tak termaafkan. Bani Nadhir adalah bagian utuh masyarakat Madinah. Kami dengan mereka berbeda keyakinan, tapi telah bersumpah setia untuk membela tanah air yang sama, saling membantu dalam menghadapi permasalahan bersama.

Adalah seorang pria muslim Madinah membunuh dua orang lelaki yang telah dalam perlindungan Rasulullah. Denda untuk kasus pembunuhan (diyat) harus dibayarkan oleh kami penduduk Madinah pada keluarga korban. Denda yang sangat besar dimana denda untuk satu orang terbunuh adalah sejumlah 100 ekor unta, dan kesalahan seorang Muslim bernama ‘Amr Bin Umayyah harus kami tanggung bersama.

Rasulullah datang tak bersenjata menemui para pemimpin Bani Nadhir untuk meminta bantuan. Hari itu hari sabtu, ketika mulut manis kaum Yahudi menyatakan kesediaan untuk membantu pembayaran diyat, tetapi ternyata mereka menyiapkan perangkap pembunuhan terhadap Rasulullah. Niat busuk yang segera tersingkap, ketika malaikat jibril mengabarkan kebusukan para pemimpin Bani Nadhir. Mereka hendak menghantam kepala Rasulullah dengan batu, yang mereka lemparkan dari lantai dua tepat diatas kepala Rasulullah saat duduk bersama mereka. Rasulullah menyingkir dari tempat duduknya dan meninggalkan mereka sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi.

Selamat dari rencana pembunuhan, Rasulullah mengutus Muhammad Bin Maslamah kepada mereka untuk membacakan sebuah ultimatum, bahwa komunitas Bani Nadhir harus keluar dari Madinah. Waktu yang diberikan untuk persiapan adalah 10 hari. Sesudah sepuluh hari, maka siapapun Bani Nadhir yang masih terlihat dirumahnya akan dihukum kehilangan nyawanya,

Ahh, Bani Nadhir, semestinya mereka tak semena-mena pada sesama penghuni Madinah, tidak melakukan pengkhianatan dengan melakukan rencana pembunuhan pada pemimpin kami. Tak ada lagi yang dapat diharapkan dari tetangga yang senang berkhianat, siapakah yang mau bertetangga dengan jenis manusia demikian? tatkala mereka ada disamping kita dan kita tak mendapatkan rasa aman atas kehormatan, harga diri, harta dan nyawa.

Abdullah bin Ubay hampir membuat perang pecah, ketika ia melakukan propaganda bahwa Bani Nadhir tak sendiri, ada ia dan pasukannya, lalu Bani Ghaththafan dan Bani Quraizhah yang siap mengangkat senjata demi keberadaan Bani Nadhir didalam kota Madinah. Sepuluh hari hampir berlalu tatkala Bani Nadhir tak menjumpai siapapun datang untuk mengokohkan keberadaan mereka di kota Madinah. Rasa takut mulai menyergap, apalagi Rasulullah dan pasukannya telah mengepung perkampungan Bani Nadhir.

Hiruk pikuk terjadi didalam perkampungan, pun dirumah-rumah kaum anshar. Banyak wanita-wanita anshar gelisah, anak-anak mereka berada dibalik benteng Bani Nadhir. Merupakan adat turun temurun anak-anak dari suku Aus dan Khazraj disusukan oleh wanita-wanita Yahudi, termasuk oleh wanita-wanita Bani Nadhir. Banyak pemuda Aus dan Khazraj memiliki kedekatan psikologis pada kabilah-kabilah yahudi, bahkan mengikuti agama mereka. Hingga ketika ultimatum mencapai masanya, bumi Madinah dihujani tangisan wanita Anshar yang anak-anak mereka memilih ikut keluarga susuan meninggalkan Madinah.

Hari itu diperkampungan Bani Nadhir asap mengepul dimana-mana, pohon-pohon kurma diluar benteng ditumbangkan dan dibakar. Seorang wanita berusaha menarik anaknya dari rombongan Bani Nadhir yang terusir. Anak itu meraung menolak tarikan ibunya. Keluarga perempuan itu mendatangi Rasulullah, ia mengadu “anak-anak kami, bagaimana anak-anak kami wahai Rasulullah? Mengapakah mereka ikut terusir bersama keluarga susuannya?”

Lalu datang keluarga lainnya dan lainnya, mencoba memaksa anak-anak mereka tinggal dikota Madinah. Keadaan yang semakin bertambah kacau ketika kobaran api yang semakin menyala-nyala dan suara pohon-pohon yang ditebang terhenti sejenak. Kaum yahudi Bani Nadhir melancarkan propaganda ditengah-tengah kegentingan.

Pohon-pohon kurma yang ditebang dan dibakar adalah suatu strategi pengepungan, ketika benteng-benteng mereka dikelilingi rimbunnya pohon-pohon kurma. Mereka mengirim juru bicara-juru bicara yang pandai bersilat lidah. Rasulullah mengeluarkan suatu perintah umum, agar pohon-pohon yang mesti ditebang, ditebang saja. Pelaksanaannya berbeda-beda, orang semisal Abdullah Bin Salam memperhatikan dua hal dalam penebangan pohon kurma yaitu letak dan jenis pohon, ia menebang pohon selain kurma ‘ajwah, ia berniat bahwa kurma ‘ajwah sebagai kurma terbaik harus dapat dinikmati kaum muslimin. Abu Laila memiliki timbangan yang sama, yaitu posisi pohon dan jenis pohon, namun ia justru menebang kurma ‘ajwah, tujuannya adalah agar hati orang-orang yahudi hancur melihat pohon-pohon yang mereka cintai rusak dan hangus terbakar. Jika demikian berat kecintaan orang-orang Yahudi pada kemegahan dunia, maka lebih besarlah kecintaan kami pada Rasulullah, mereka harus merasakan kepedihan yang bersemayam didalam hati kami jika rencana mereka membunuh Rasulullah berhasil.

Juru bicara propaganda bekerja ditengah kekacauan, mereka menebar issue bahwa kaum muslimin menyukai kerusakan, tidak mencintai lingkungan. Mereka berkata pembangunan dan perbaikan dikalangan ummat islam sekedar slogan semata. Propaganda yang berhasil ketika seketika pandangan dilayangkan ke seluruh area, tampak kerusakan dimana-mana. Hati kaum mukmininpun melemah, lalu kami menjadi berbantah-bantahan satu sama lain, satu pihak membenarkan perkataan orang Yahudi, dan pihak lainnya menyatakan ini adalah strategi menghancurkan musuh hingga kedasar kecintaan dan kebanggaannya.

Pemandangan yang semakin menyayat hati ketika disisi lain, jerit tangis wanita-wanita anshar meratapi pilihan anak-anak mereka, yang lebih memilih turut serta terusir dari kampung halaman.

Dalam kegelapan kepulan asap dan kesesakan dada, Rasulullah membawa keputusan Allah yang adil bagi kami. Penebangan pohon ataupun meninggalkannya tetap kokoh berdiri keduanya adalah diperbolehkan. Perintah Allah yang semakin membuat murka orang-orang yahudi dan membuat mereka memiliki amunisi yang semakin banyak untuk memperolok-olok kami.

Lalu keputusan bagi anak-anak anshar yang memilih terusir adalah tiada paksaan dalam beragama, ayat yang menorehkan duka dan menyedot seluruh pemahaman. Bagi kabilah-kabilah arab seorang anak sangat berharga, dan kini ratusan kesetiaan terlepas dari ikatan rahimnya. Keadilan kadang meninggalkan jejak kepedihan dalam jiwa, semoga upaya hati-hati manusia menyembuhkan kepedihan yang terjadi akibat tegaknya keadilan adalah sesungguhnya limpahan pahala dari Yang Maha Kuasa bagi jiwa-jiwa yang lemah dan penggugur dosa-dosanya.

Situasi yang demikian selalu berulang terjadi, dizaman ayahku, dizaman Amirul Mukminin Umar, dan kini dimasa dua cahaya. Lima tahun pertama kepemimpian Utsman Bin Affan seolah tanpa permasalahan kontroversi yang demikian, dan kini perjalanan waktu seakan telah mengantar kepada awal suatu kegemparan besar. Ya, aku telah berfirasat bahwa apa yang terjadi hari-hari ini adalah awal kegemparan.

Seorang wanita Juhainah melahirkan sesudah 6 bulan pernikahannya. Suaminya mengajukan tuntutan dan tuduhan atas kesucian istrinya. Khalifah Utsman telah memutuskan hukuman rajam bagi wanita itu. Berita akan keputusan yang kemudian menjadi gunjingan seantero kota, dan ketika permasalahan sampai ditelingan Ali dan Ibnu Abbas, suasana kontroversi semakin menjadi-jadi. Ali yang tidak mendengar langsung dari Sang Dua Cahaya pemimpin Kaum Mukminin segera bergegas menuju tempat eksekusi rajam, dan semua itu telah terlaksana. Ketika disisi lain Utsman pun mendengar pendapat Ibnu Abbas yang sama dengan pendapat Ali. Keduanya berkata bahwa waktu hamil dan menyusui itu adalah 30 bulan, dan al Qur’an menyebut bahwa kesempurnaan menyusui adalah 24 bulan, berarti sesingkat-singkatnya hamil adalah 6 bulan. Maka tidak bisa semena-mena dilayangkan tuduhan perzinahan bagi wanita yang mengalami kehamilan hanya 6 bulan setelah hari pernikahannya.

Situasi gaduh dalam perbincangan di masyarakat terjadi, apalagi saudari perempuan yang dirajam itu berkata bahwa saudarinya bersumpah, hanya suaminyalah satu-satunya lelaki yang pernah menyentuhnya, dan sang bayi yang telah berusia 2 tahun menampakkan tanda-tanda bahwa ia akan sangat mirip dengan ayahnya. Nyatalah di masyarakat bahwa keputusan Khalifah Utsman adalah keputusan kontroversi.

Aku meyakini ini adalah suatu pertanda akan tuduhan-tuduhan yang tidak benar pada khalifah Utsman, kritikan dan celaan atas keputusan-keputusan sang Dua Cahaya akan banyak didengar dan digunjingkan. Saat itu telah tiba, dan ini adalah awalnya, disinilah kegemparan bermula.

Imam Nawawy

Bismillahirrahmaanirrahim

Pagi tadi nonton Indahnya Islam

edisi nya tentang “pernikahan”
Bahasan asyik, yang lumayan berbobot disajikan oleh ustadz Maulana,

sedikit terganggu dengan ustadzah tamu “Oki Setiani Dewi” dengan beberapa statementnya
diantaranya pengutipan “semisal Imam Nawawi tidak menikah karena sibuk menuntut ilmu”
saya tahu, kutipan itu pasti ada sumbernya.

Tapi itu adalah kutipan singkat yang bisa membuat orang berpersepsi bahwa ada kontradiktif antara kehidupan “pernikahan” dan “menuntut ilmu”

Imam Nawawi, kalau kita menelisik bukunya, baik bahasan fiqh, bahasan hadits, dan lainnya, tentu akan kita dapati pemahaman mendalam akan “urgensi” pernikahan, arti dan makna penting pernikahan bagi kehidupan.

Imam As Sakhawiy punya satu tulisan biografi khusus Imam Nawawy (kitab : Al Minhal Al ‘Adzbu Ar Rawiy fi Tarjamati Quthb Auliya an Nawawy) menulis satu paragraf bahwa “imam Nawawy tidak menikah karena kesibukannya untuk ilmu dan berkarya”
Tetapi Imam As Sakhowy tidak menjadikan paragraf tersebut sebagai paragraf tunggal. Paragraf tersebut ada sesudah menceritakan kisah hidupnya sejak kecil, dimana

1. masa kecil Imam An Nawawy adalah masa “terasing”, ia sepi di keramaian. Semenjak kecil tak ada seorang pun yang senang bermain dengannya, jika beliau nimbrung bermain maka anak-anak akan segera menghindar tunggang langgang.
2. Saat di usia 7 tahun, di malam 27 bulan Ramadhan , beliau melihat rumahnya berkilauan cahaya, langit penuh cahaya. Sesuatu yang tidak bisa dilihat ayah dan ibunya. Ayahnya berkeyakinan bahwa itu adalah malam lailatul qadar

Dua peristiwa yang sangat berpengaruh pada pembentukan karakter, Imam an Nawawy terasing dari rekan sebaya, tentu ada sebabnya. Jika nabi Yahya tidak bermain dimasa kecil karena memang tidak menyenangi bermain, maka kisah menyebutkan ada keinginan bermain yang dimiliki Imam Nawawi tetapi “anak-anak zamannya” menjauhinya, dan membuatnya menangis.
Dalam tulisan geografi ala arab, sering kita temukan ciri-ciri wajah. Dalam kisah Imam an Nawawy tidak terdapat ciri-ciri fisik.

Plus ditambah anugerah “penglihatan” yang lebih kuat, cahaya malam lailatul qadar telah masuk dalam dirinya, sehingga kuat melakukan hal-hal serius dalam jangka waktu lama, semisal belajar nonstop berbulan-bulan.
Kekuatan yang menjadikannya semakin terpencil dari pergaulan rekan-rekan sebaya.

Hingga seorang ulama bernama Yasin menyadari kekuatan yang dimiliki Imam Nawawy dalam hal-hal serius , dan memotivasinya untuk terus belajar dan belajar.

Pada usia 19 tahun pindah dari nawa ke pusat Damaskus.Tinggal di tanah dekat madrasah Ar Ruhiyyah di Damaskus, di sebuah rumah yang sangat sederhana.

Tahun 651, atau pada saat berusia 20 tahun, Imam Nawawy pergi haji bersama ayahnya, dan sakit sepanjang perjalanan hajinya.

Setelah itu Imam Nawawy berguru pada banyak ulama, membaca aneka buku, menamatkannya, membenarkan bacaannya, diuji pemahaman-pemahamannya.

Semua apa yang dipelajari membuatnya meninggalkan banyak hal
1. Imam Nawawiy tidak makan kecuali apa yang disediakan orang tuanya
2. Makan 1 kali sesudah shalat isya
3. Minum 1 kali diwaktu sahur
4. Sama sekali tidak memakan buah-buahan dari tanah Syam, dengan alasan bahwa mayoritas tanah di Syam bersifat waqaf, pengelolaan yang tidak sesuai syariah islam menyebabkan hasil-hasil buminya tidak terjamin kehalalannya

Imam An Nawawy meniti penghidupan yang sulit, dan sangat berhati-hati dalam memasukkan makanan ke tubuhnya,
pun mengenakan pakaian ditubuhnya, dengan kain yang sangat sederhana, kasar.
bahkan tidak masuk ke kamar mandi umum, yang dimasa itu “al hammam” atau kamar mandi umum adalah semisal spa zaman kini, tempat bersolek diri agar bersih, ganteng, sedap dipandang dan bertukar banyak informasi.

Atas cara hidup yang demikian, para ahli biografi, semisal Imam Adz Dzahabiy menyatakan bahwa “Imam An Nawawy meninggalkan semua kelezatan kehidupan dunia”

Dari semua paparan itu, statement “tidak menikah karena mengutamakan ilmu”, jika tidak melihat komprehensif cerita, sangat terasa mengkontradiktifkan antara menikah dan mencari ilmu serta menyebarkannya.

Kondisi tidak menikahnya Imam An Nawawy, berdasar kesimpulan saya adalah KOMPLEKSITAS dari keadaan pribadi dan kondisi sosial budaya masyarakat zamannya.

“Yang saya bayangkan kita tidak “mudah melakukan simplifikasi”, membaca sesuatu kesimpulannya saja, melupakan “jalan cerita”, yang pada gilirannya bisa membuat kita salah membuat langkah.

Wallahu ‘Alam Bish Showab